[SEQUEL Perfect Buttler] Propose

Author: Hanwoo

● Cast: Lee Hyukjae – Lee Hanwoo – Lee Donghae – Cho Yoora – Sunny SNSD – and others cameo

Length : Oneshoot – Sequel from Perfect Buttler  • Genre : Straight – Romance

Teman-teman ~~~

Tulisan biru adalah ucapan dari Hyukjae

Tulisan Merah ucapan dari Hanwoo

Maaf membuat mata kalian sedikit sakit [miane] semoga mengerti ^^

——–

“Aku adalah buttler tuan putri yang baru, anyeong haseyo. Namaku Lee Hyukjae, mohon bantuan dan jangan menyusahkanku. Jadwal hari ini kau harus pulang, makan malam dilanjutkan dengan private study denganku.”

‘Aku benar-benar tidak habis pikir siapa namja yang sedang ada dihadapanku saat ini? Wajahnya bersinar bagaikan pangeran dengan jas tuxedo hitamnya membuatku memujinya berkali-kali dalam hati. Dia mengenalku? Bagaimana dia tahu namaku sementara aku berpikir sepertinya kita tidak pernah bertemu sama sekali. Siapa dia?’

“Kau mau bernegosiasi denganku? Lebih baik kau kerjakan soal-soal itu karena aku akan memeriksanya. Lee Hyukjae, namaku Lee Hyukjae. Aku tidak sama dengan orag-orang yang pernah kau buat keluar dari rumah ini. Ini semua kulakukan demi eommamu.”

“Jika aku sudah berhasil hidup mandiri, kau akan pergi kan?”

“Berhentilah mengatakanku tuan putri yang manja karena kau bisa lihat sendiri, kan? A-ku bi-sa tan-pa-mu !

“Miane.. Aku menyukai seseorang. Miane..”

“Lihat saja besok apakah aku masih tetap tinggal atau terus bersamamu.”

“Aku cemburu.”

“Buahahaa kau cemburu?”

“Jadi hubungan kita bagaimana?”

*

Author’s POV

——————-

Hanwoo tersenyum menatap kalender. Sebuah angka 13 yang ia lingkari dengan gambar hati dipinggirnya dengan spidol merah menandakan bahwa tanggal itu adalah tanggal pentingnya dengan Hyukjae.

Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya mereka menjalani hubungan yang didasari atas nama cinta. Hubungan mereka selama ini selalu dipenuhi warna. Walaupun mereka lebih sering bertengkar namun tetap saja satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan. Perbedaan umur mereka yang beda tujuh tahun juga membutuhkan penyesuaian lebih.

Bagi Hanwoo Hyukjae terlalu dewasa dimatanya. Sifat namjanya itu kadang membuatnya kesal karena tidak terlalu peka terhadap apa yang diinginkannya. Begitu juga dengan Hyukjae yang menurutnya Hanwoo sangat manja dimatanya. Meminta jemput kesana-kesini disaat yang tidak tepat lalu marah dengan cepat karena permintaannya yang tidak bisa dikabulkan dengan cepat membuat Hyukjae sangat lelah. Tapi itu tidak memungkiri mereka untuk saling jauh atau berpisah.

“Dua minggu lagi … Hhhh~ tidak terasa sudah hampir tiga tahun bersama Hyukjae. Apakah namja itu masih mengingat hari penting ini?” Hanwoo mengembungkan mulutnya merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia sangat ragu terhadap Hyukjae takut bahwa namjanya melupakan hari penting itu.

*

Di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama, Hyukjae sedang sibuk mendata bahan-bahan bulan ini untuk cafenya. Dia sibuk mengetik di laptopnya. Sesekali dia mencecap kopi hangat di mejanya. Hyukjae menyadarkan tubuhnya di kursi mencoba istirahat sejenak karena pekerjaannya terlalu banyak.

Dia kembali menyentuh mousenya kemudian me-minimize wordnya. Merasa bosan Hyukjae membuka sebuah folder bernamakan “memory with you”. Beribu-ribu foto mulai terlihat jelas ketika folder itu dibuka. Hyukjae membuka satu potonya. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.

Fotonya bersama Hanwoo di sebuah gazebo pantai yang disewa. In adalah selca pertama dengan Hanwoo saat mereka menjalani hubungan yang baru saja dua minggu usianya. Mereka terlihat masih sangat mesra.

“Apa kau suka?” tanya Hyukjae.

“Ne ..”

Mereka duduk di gazebo menatap pemandangan sunset dan lautan. Seorang waiter datang membawa satu batok kelapa yang sudah ditebih atasnya siap untuk dihidangkan diatas meja. Hanwoo meraih lengan Hyukjae untuk dipeluknya sewaktu waiter itu pergi meninggalkan mereka.

“Jika kau bersama Ryeowook belum tentu akan melihat pemandangan seperti ini.” Imbuh Hyukjae datar. Hanwoo menoleh menatap namja itu. Ucapan Hyukjae membuatnya sedikit kurang mengerti.

“Kenapa membahas Ryeowook lagi? Kau masih cemburu dengannya? Lagipula dia sudah mempunyai yeojachingu.”

Hyukjae menghela napas karena kekasihnya tidak mengerti dengan ucapannya. Hyukjae menyentil pelan kening Hanwoo membuat yeoja itu memincingkan matanya secara repleks.

“Appoo~~” ujar Hanwoo dengan pipi yang mengembung.

“Kau tidak mengerti maksudku sama sekali?”

Hanwoo menggeleng. “ Anio. Kurasa kau cemburu dengan Ryeowook.”

“Aiish jinja. Jadi begini Lee Hanwoo, jika kau bersama namja lain belum tentu kau bisa melihat sunsetdi restoran yang mahal. Aku memboking restoran ini khusus untukmu. Apa kau masih belum mengerti?”

“Aigo, kenapa kau jadi sombong seperti ini?”

Begitulah kira-kira percakapan waktu itu. Hyukjae menggeleng-geleng sambil menahan malu terhadap dirinya sendiri. Dia malu karena mengingat dirinya pernah melontarkan kata-kata romantis pada Hanwoo. Itu sangat susah dia lakukan. Dan bodohnya Hanwoo tidak mengerti dengan ucapannya.

“Oppa !”

Sunny datang menghampirinya dengan cepat. Cepat-cepat Hyukjae menutup poto beserta foldernya karena dia tidak ingin Sunny melihatnya.

“Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?”

“Aigoooo, aku sudah mengetuknya berulang kali tapi tidak ada respon dari dalam. Aku kira kau mati karena minum racun disini.”

“Yak, kau menyumpahi oppamu, hah?”

Sunny tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. “ Anio ..”

Hyukjae mulai menatap dongsaengnya dari bawah sampai atas. Dilihatnya raut wajah Sunny begitu serius. Seperti ada sesuatu hal yang ingin disampaikannya.

“Ada apa mencariku?”

“Yak, kau lupa bahwa Donghae oppa dan Yoora onnie akan berkunjung kesini? Mereka sudah di depan menunggumu. Kau tahu, anaknya cantik sekali.” Ujar Sunny antusias. Sunny mendekati Hyukjae. Gadis itu menatap mata oppanya tajam. “Kau, kapan kau akan menikah dengan calon kakak iparku yang usianya lebih kecil empat tahun dariku?”

Hyukjae bangkit dari duduknya melangkah ke depan tidak menggubris pertanyaan Sunny sama sekali. Tidak terima dengan perlakuan oppanya yang mengacuhkannya Sunny mengikuti Hyukjae sampai mereka berjalan beriringan keluar.

“Oppa ingat umurmu sudah hampir memasuki kepala tiga, cepat berikan aku keponakan.” Suara Sunny cukup keras ketika mereka sudah sampai di luar ruangan. Hyukjae menghentikan langkahnya risih mendengar suara Sunny. Sunny ikut berhenti bingung menatap Hyukjae.

Hyukjae menoleh menatap Sunny. “Kau sendiri kapan akan memberikanku keponakan?”

Hyukjae meninggalkan Sunny. Mulut Sunny terbuka karena desisannya mendengar ucapan Hyukjae yang menurutnya kurang masuk diakalnya. Tangan kanan Sunny terangkat berkali-kali menunjuk Hyukjae kesal.

“Apa maksudnya? Tentu saja karena dia belum menikah aku tidak bisa memberikannya keponakan. Dimana-mana seorang kakaklah yang lebih dulu menikah. Babonika !

Hyukjae menemui dua pasang suami-istri yang sedang memangku seorang gadis kecil kira-kira usianya masih tiga tahun. Mereka adalah teman lama saat Hyukjae masih berada di Paris. Hyukjae bersahabat dengan Donghae dan Yoora sewaktu mereka masih berada dalam kampus yang sama. Donghae dan Yoora bangkit tersenyum ketika melihat sahabatnya datang.

Hyukjae memeluk Donghae. “Donghae..”

“Hyukjae, sudah lama sekali tidak bertemu denganmu.”

“Ne, bahkan anakmu sudah sebesar ini.” Ucap Hyukjae yang sempat melirik gadis kecil digendongan Yoora. Hyukjae melepas pelukannya pada Donghae lalu gantian memeluk Yoora.

“Bogoshipunda ..” ujar Yoora.

“Jangan terlalu lama memelukku, nanti kau bisa bercerai karena pelukanku.” Canda Hyukjae. Donghae tertawa memukul pelan lengan Hyukjae. Hyukjae menyentuh tangan gadis kecil itu. Dia tersenyum membungkuk agar tingginya setara dengan gadis kecil yang berada dalam gendongan Yoora.

“Anyeong haseyo..” ucap Hyukjae dengan suara yang dibuat-buat demi menarik perhatian gadis kecil dihadapannya.

“Kajja, salam pada Hyuk ajuhsi.. Anyeong haseyo.. Kajja,” ujar Yoora pada anaknya. Mendengar tidak ada respon dari gadis kecilnya Yoora tersenyum. “ Haera belum bisa banyak berbicara. Dia masih malu-malu.”

“Jadi namanya Haera?”

“Ne, Lee Haera.” Ucap Yoora mantap.

“Baiklah duduk dulu. Kalian mau pesan apa?”

“Gratis?” tanya Donghae. Hyukjae menggeleng kemudian menepuk lengan Donghae.

“Santai saja. Pelayan!” panggil Hyukjae pada anak buahnya. Seorang yeoja datang menghampirinya. “Aku pesankan kalian makanan favorite pelanggan disini.”

Hyukjae berbicara dengan anak buahnya lalu membalikkan badannya ke arah Donghae dan Yoora lagi setelah anak buahnya pergi ke belakang.

“Jadi sekarang kalian tinggal dimana?” tanya Hyukjae.

“Kami tinggal di Mokpo kota kelahiranku. Saat ini kami hanya ingin menghabiskan liburan kami di Seoul jadi ingin menemuimu. Aku membuka sebuah restoran disana. Kapan-kapan kau bisa mampir.”

“Jeongmal? Baiklah nanti aku pasti berkunjung ke Mokpo menemui kalian. Jika ingin berlibur Jeju adalah tempat yang pantas dikunjungi.”

“Ne, kami juga sudah mengunjungi tempat itu, dan aku sangat suka.” Bubuh Yoora. Hyukjae mengangguk.

“Tempat itu memang tepat untuk dijadikan tempat bulan madu bagi pasangan baru seperti kalian.” Goda Hyukjae membuat Yoora menunduk malu.

“Lalu kau kapan menyusul kami? Umurmu sudah hampir tiga puluh tahun, Hyukjae. Kau harus mengenalkan tunanganmu itu. Tidak kusangka akhirnya kau jadi juga dengan yeoja idamanmu.”

Hyukjae tersenyum menatap Donghae. Donghae sangat tahu betul bagaimana Lee Hyukjae yang selalu berambisi ingin cepat pulang ke Seoul hanya untuk bertemu dengan Hanwoo yeoja idamannya. Tentu saja mendengar bahwa tunangan Hyukjae adalah yeoja yang diinginkannya selama ini Donghae turut senang.

“Nanti kau akan tahu jika surat undangan kami sudah sampai dirumahmu.”

Donghae mendelik. “ Mworago? Kapan akan menikah? Apakah tunanganmu sudah hamil?”

Kini gantian Hyukjae yang mendelik. “Yak ! Apakah aku terlihat seperti namja yang suka merusak kehidupan yeoja sebelum menikah? Aiisssh~~~”

Donghae tertawa mendengar ucapan Hyukjae begitu juga Yoora. Karena mereka tahu Hyukjae tidak akan seperti itu kepada yeoja. Apalagi yeoja yang dia sukai.

*

Hanwoo berjalan mondar-mandir sendirian di dalam kamar. Dia masih berpikir keras mengenai tanggal 13 yang akan datang lagi dua minggu ini. Terkadang dia duduk di sofa kamarnya yang berwarna pink kemudian bangkit dalam waktu sekejap melangkah mondar-mandir lagi.

Hanwoo menarik napas kemudian menghembuskan ke atas mengenai poninya yang berterbangan. Kepalanya menggeleng. Kedua tangannya berkacak pinggang.

“Eotte?? Apa yang harus aku lakukan untuk hari itu?”

Hanwoo mengambil handphonenya. Menekan tombol di angka satu menelpon Hyukjaenya. Siapa tahu dengan cara menghubungi kekasihnya dia dapat berpikir dengan baik.

Hyukjae yang masih asyik berbincang-bincang dengan Donghae merasakan handphonenya bergetar. Dia mengeluarkan handphonenya dari kantong celananya dan meminta permisi keluar pada Donghae dan Yoora.

“Yeoboseyo?”

“Jagiya, kau sedang apa? Apakah sedang sibuk?”

“Hmm ..” singkat Hyukjae.

“Ah begitu. Baiklah aku akan menutup telponnya.” Hanwoo merasa sedikit kecewa ketika mendengar jawaban Hyukjae yang singkat seperti itu seolah-olah namjanya sedang tidak ingin diganggu saat ini.

“Ada apa?” tanya Hyukjae sebelum Hanwoo benar-benar memutuskan handphonenya.

“Anio, aku hanya merindukanmu. Bolehkah aku menemui nanti malam?”

Hyukjae terdiam. “Ne, boleh.”

Hanwoo mengangguk-ngangguk. Senyumnya mengembang. “Baiklah. Sampai nanti.”

Hanwoo dan Hyukjae sama-sama menutup teleponnya. Hanwoo melompat-lompat girang karena senang akan bertemu kekasihnya lagi nanti malam. Hampir tiga tahun menjalin hubungan perasaannya terhadap Hyukjae masih tetap ada dan sama. Tapi dia bingung kenapa akhir-akhir ini Hyukjae jarang menghubunginya dan anehnya lagi kali ini Hyukjae menjadi sedikit lebih pendiam tidak seperti biasanya yang lebih cerewet.

*

Hyukjae membuka pintu apartementnya. Dia tersenyum simpul memandang Hanwoo yang datang dengan dress hitam di atas lutut. Rambut panjangnya itu diikat dengan poni dibelah tengah. Hyukjae menatap aneh yeojanya seolah-olah ada satu kesalahan yang diperbuat Hanwoo.

“Kau mau mengajakku kencan?” tanya Hyukjae.

Hanwoo gelagapan “A.. Anio..”

“Masuklah.”

Hanwoo melangkah masuk ke dalam apartement Hyukjae. Semenjak tinggal di Seoul Hyukjae memilih tinggal sendirian di apartementnya agar bisa memantau cafénya karena rumahnya berada sangat jauh dari Seoul. Rumahnya berada di kawasan Goyangshi karena dia terlahir dari daerah itu.

Hyukjae masuk ke dalam dapur dan membuka kulkas membiarkan Hanwoo yang seorang diri sedang berdiri melihat-lihat poto yang ditempel di dinding-dinding rumahnya. Hanwoo membalikkan badannya menatap Hyukjae yang sedang sibuk meracik minuman di dapurnya. Hanwoo menghampiri Hyukjae dan berdiri disebelah namjanya.

“Sampai saat ini tidak ada potoku sama sekali di ruangan ini.” Protes Hanwoo. Pipinya mengembung berbarengan dengan ekspresi wajahnya yang dibuat kesal. “Bahkan potomu sangat banyak di dalam kamarku. Apa kau sudah tidak mencintaiku?”

Hyukjae masih sibuk menuangkan orange juice ke dalam gelasnya hingga gelas itu berisi penuh dengan orange juicenya. Hyukjae mendorong gelasnya ke hadapan Hanwoo tanpa menggubris pertanyaan Hanwoo sedikitpun.

“Minumlah. Kau pasti haus.”

Hanwoo tersenyum mengambil gelasnya lalu meneguknya. Hyukjae membersihkan dapurnya dan mengembalikan peralatannya ke tempat semula.

Mereka berdua sudah duduk di sofa sambil menonton TV. Hanwoo diam-diam melirik namjanya yang daritadi hening menikmati acara TV yang ditonton. Dia merasakan cacing diperutnya bergerak-gerak dan berbunyi tanda dia sedang lapar. Dia butuh makanan malam ini.

“Hyukjae ..” panggil Hanwoo.

Hyukjae menoleh ke arah Hanwoo. Menatap yeojanya yang sedang memegang perut dengan bibir dikulum sudah mengerti apa maksudnya jika Hanwoo seperti itu.

Hanwoo duduk di meja makan sambil tersenyum memandangi punggung Hyukjae yang sedang sibuk memasak di dapur. Tak lama kemudian Hyukjae datang membawa semangkuk jajangmyun menaruhnya dihadapan Hanwoo. Hyukjae duduk dihadapan Hanwoo memandangi yeojanya yang mulai mengambil sumpit untuk mencicipi masakan buatannya.

“Mashitaaa~” seru Hanwoo begitu senang karena sudah lama tidak dimanja oleh Hyukjae.

“Yak, kau kesini hanya untuk merepotkanku, hmm?”

“Apakah aku terlihat seperti merepotkanmu?”

“Tentu saja.”

Gerakan dibibir Hanwoo melambat mendengar ucapan kekasihnya. Hanwoo menaruh sumpitnya kemudian menarik tissue untuk melap bibirnya. Hanwoo bangkit melempar tissuenya di atas meja sembarangan.

“Yak, kau mau pergi kemana?”

“Aku mau pulang.”

“Kau belum menghabiskan makananmu.”

“Kau bilang aku merepotkan. Jadi aku pulang saja daripada merepotkanmu.”

Hanwoo bergegas pergi namun Hyukjae bangkit mencegatnya. “Aigu, aku bercanda. Jangan marah seperti itu.”

Hanwoo menatap mata Hyukjae dalam. “Aku tahu kau sedang bercanda, tapi mood ku berkurang karena candaanmu.”

Hyukjae menghela napas. Dia mengaku salah. Lagi-lagi dia membuat kesalahan kepada yeojanya. “Miane. Lain kali aku tidak akan keterlaluan. Duduklah.”

“Anio, aku mau pulang. Sudah kukatakan aku mau pulang.

“Duduklah !” bentak Hyukjae.

Suasana menjadi hening. Hanwoo mengerjapkan matanya kemudian duduk lagi di kursinya. Dia hanya menatap jajangmyunnya saja tanpa memakannya. Malam ini dia benar-benar kesal. Dia datang untuk membahas tanggal 13 nanti tapi sepertinya Hyukjae tidak mendukung kedatangannya malam ini.

Mengetahui Hanwoo masih diam Hyukjae tidak tinggal diam juga. Hyukjae duduk disamping Hanwoo. Tangannya mengambil sumpit lalu mengapit jajangmyunnya membawanya ke hadapan mulut Hanwoo. Dia hanya takut maag Hanwoo kambuh lagi karena tidak makan malam ini.

“Makanlah, jangan diam seperti itu.”

Hanwoo menarik napasnya. Hatinya sedikit sakit melihat Hyukjae yang masih dengan tenang menghadapinya sementara dia sebenarnya resah karena memikirkan hubungannya yang sudah hampir tiga tahun ini namun sama sekali tidak memperlihatkan seperti hubungan yang sudah dewasa.

Dia sangat menginginkan Hyukjae mengetahui pemikirannya. Membahas tentang kelanjutan hubungan mereka untuk ke depannya. Hanwoo menatap jajangmyun dihadapannya. Nafsu makannya hilang seketika. Hyukjae mengerti. Jika seperti ini kekasihnya itu tidak akan mau menuruti apa perintahnya. Hyukjae menaruh sumpit itu di mangkuknya.

“Apa kau marah padaku?” tanya Hyukjae.

Hanwoo menoleh memincingkan matanya. “Apa kau sudah bosan denganku? Kenapa akhir-akhir ini aku merasa kau sangat dingin? Apa aku mempunyai satu kesalahan?”

Hyukjae terdiam mencerna ucapan Hanwoo. “Hanya perasaanmu saja. Aku masih mencintaimu seperti dulu.”

Hanwoo mengepalkan tangannya. Dia tidak kuat lagi. “Tapi kau berbeda akhir-akhir ini.”

Hyukjae merasa kalah. Kekasihnya benar-benar marah karenanya. Hyukjae bangkit merangkul Hanwoo dari belakang. Mencium pipi yeojanya agar tidak marah lagi.

“Apa yang berbeda dariku akhir-akhir ini, Hanwoo-ya? Katakan padaku maka aku akan merubahnya dengan cepat hanya untukmu, hmmm .. “ Kecupan Hyukjae turun menjalar ke leher jenjang Hanwoo.

“Hentikan ..” pinta Hanwoo yang sedikit risih dengan perlakuan Hyukjae ditengah moodnya yang sedang tidak baik. Hyukjae melepas rangkulan di leher Hanwoo dan turun mengangkat tubuh Hanwoo membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Wajah Hanwoo berdebar ketika tahu Hyukjae mengajaknya masuk ke dalam dan mengunci pintu kamarnya.

“Yaaak !!! Hyukjae-ya !!” Hanwoo mulai panik. Apa yang akan Hyukjae perbuat padanya? Hyukjae menjatuhkan Hanwoo di atas kasurnya kemudian menindih yeojanya. Hyukjae menatap mata Hanwoo dalam. Tubuhnya mengapit tubuh Hanwoo seolah-olah tidak mengijinkan Hanwoo kabur dari dekapannya.

“Kau mau kabur kemana Lee Hanwoo?”

“Hyukjae, lepaskan.”

“Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang berubah dariku?”

“Sudah kubilang kau semakin menjadi pendiam akhir-akhir ini. Menjawab perkataanku sangat singkat dan juga sering membuatku kesal.”

“Bukankah aku memang seperti itu?”

“Anio, aku mengenalmu dengan baik. Aku rasa jika kau seperti itu terus aku tidak bisa berhenti berpikiran baik denganmu. Apa kau masih mencintaiku atau tidak, apa rasa sayangmu masih sama seperti dulu atau tidak. Bahkan bulan ini kau sama sekali tidak mengajakku kencan. Bagaimana aku bisa bepikir baik tentangmu?”

Hyukjae hanya tersenyum mendengar ucapan Hanwoo. “Miane. Jika seperti itu membuatmu resah aku minta maaf. Bulan ini aku terlalu sibuk. Aku kedatangan tamu dari Paris jadi aku tidak sempat menghubungimu.” Hyukjae berdusta. Entah kenapa dia berdusta kepada Hanwoo.

“Bahkan kau baru mengatakannya sekarang padaku.”

“Yaak, aku sudah bilang maaf kan padamu. Jangan marah lagi.”

Hyukjae mencoba mengecup bibir Hanwoo pelan. Lengan kirinya tertekuk merebahkan dirinya disamping Hanwoo tanpa berhenti mencium bibir gadisnya. Hanwoo membalas lama ciuman Hyukjae karena moodnya masih sedikit tidak bagus malam ini. Namun bibirnya secara tidak sengaja bergerak mengikuti alur ciuman Hyukjae.

Hanwoo’s POV

——————-

Aku membuka mataku setelah kurasakan dekapan namja dihadapanku ini semakin mengendur. Kuangkat wajahku untuk menatap wajahnya. Dia masih terlihat tampan. Walaupun kerutan di sudut matanya mulai sedikit terlihat karena umurnya yang sudah hampir memasuki kepala tiga membuatku tetap memujinya bahwa dia adalah namja tertampan yang pernah kukenal.

Kutatap Rahangnya yang menonjol ingin keluar dan sangat keras. Rahangnya adalah rahang favoritku. Namja lain tidak memiliki rahang seindah rahangnya. Jika menyentuh rahangnya sekali saja akan membuatku ketagihan untuk menyentuhnya terus-menerus.

“Miane. Jika seperti itu membuatmu resah aku minta maaf. Bulan ini aku terlalu sibuk. Aku kedatangan tamu dari Paris jadi aku tidak sempat menghubungimu.”

Aku mengingat ucapannya. Entah kenapa aku sedikit ragu dengan ucapannya tadi. Aku melihat seperti ada hal yang dia sembunyikan akhir-akhir ini kepadaku. Kutatap lagi wajahnya. Tidur disampingnya membuatku terasa sangat nyaman. Tidur bersebelahan tanpa ikatan yang sah dari pernikahan sudah sering kami lakukan.

Hanya seperti ini dan aku sangat menyukainya. Kami tidak pernah sama sekali melakukan hubungan intim. Dia selalu menahan nafsunya untuk tidak memberikanku lebih dari sekedar ciuman dan pelukan. Dia pria yang hangat, lembut dan juga penuh kedewasaan. Pikirannya sungguh maju tidak sepertiku yang masih terlihat seperti kekanak-kanakan dan manja. Apa karena itu dia tidak mau cepat-cepat menikahiku?

Ekspresi wajahku berubah seiring dengan pemikiran konyolku. Kurapikan selimut biru yang melekat di tubuhnya.

“Hey, kapan kau akan menikahiku?” bisikku pelan agar tidak membangunkan Hyukjae yang sedang tertidur. “Jaljayo ..” sambungku lagi. Kucoba memejamkan mataku berharap hari esok moodku dan tingkahnya juga sudah berubah normal.

Hyukjae’s POV

——————-

Gemericik air dari dalam kamar mandi terdengar membuatku membuka mata secara perlahan. Aku menatap lurus ke depan. Kosong. Apakah dia sedang mandi? Kurebahkan tubuhku normal menatap langit-langit sembari mendengar gemericik air yang mulai berhenti.

‘Ckleek..’

Pintu kamar mandi terbuka dan melihat Hanwoo yang masih terbalut handuk dengan rambut yang basah. Dia mengenakan handukku. Kulit putihnya sangat bersinar. Dia berhenti dengan jarak tak jauh dariku agar aku bisa melihatnya. Ditambah lagi dia berpose berusaha untuk menarik perhatianku.

“Kau sudah bangun rupanya. Aku sudah membuatkanmu sarapan. Hanya sandwich dan susu hangat di meja makan. Aku harap kau menyukainya. Eumm .. aku juga ingin meminjam bajumu. Cepatlah bangun Hyukjae, antarkan aku pulang karena aku harus berangkat ke kantor siang nanti. Sungmin oppa pasti sudah berangkat ke kantor.” Ujarnya sambil membuka lemari dengan langkahnya yang sengaja dia lenggak-lenggokkan bagaikan model. Berani-beraninya dia berbuat nakal dihadapanku. Dia tidak tahu bahwa aku laki-laki normal yang lemah terhadap hal-hal seperti itu?

Aku mengantarkannya  pulang dengan mobilku. Ditengah perjalanan kami sama-sama diam entah kenapa menjadi canggung seperti ini. Biasanya juga dia akan lebih banyak berbicara tapi kenapa dia menjadi lebih diam?

“Sudah sampai.” Ujarku.

Hanwoo melepas sabuk pengamannya. “Ah ne..” ujarnya.

Aku memperhatikan gerak-geriknya yang terlihat sangat gugup. Ada apa dengannya? Hanwoo terdiam. Sepertinya dia tidak ingin turun dari mobilku.

“Apa aku perlu turun membukakan pintu untukmu?” tanyaku. Hanwoo menoleh menggeleng ke arahku. Matanya menyipit lalu dapat berangsur normal lagi melihatku.

“Aku .. Aku menunggumu untuk melamarku. Jika kau memang tidak ingin bersamaku tolong hentikan saja hubungan ini secepatnya.” Ucapnya. Pupil mataku membesar ketika mendengar ucapannya. Ini tiba-tiba sekali. Dia menginginkanku tapi .. kenapa dia tidak penuh percaya diri seperti itu?

Hanwoo membuka pintu mobil lalu turun keluar. Mataku masih tak lepas menatapnya yang melangkah memasuki rumahnya ketika pintu gerbangnya terbuka. Aku menghela napas menggeleng-geleng.

“Hanwoo-ya ..”

Hanwoo’s POV

——————-

Aku berhenti melangkah. Ada perasaan sedih ketika mendengar bunyi mobilnya pergi menjauh dari rumahku. Ingin rasanya menangis. Aku sudah tidak kuat lagi jika harus seperti ini. Dia tidak pernah membicarakan pernikahan padaku. Apa dia tidak berminat menikahiku? Jangan-jangan bukan aku yang kini ada dihatinya?

Aku masuk ke dalam rumah mendapat Hwang Minrin kakak iparku sedang mengasuh Sandeul anaknya yang masih berumur tiga tahun kurang. Aku mencoba menguatkan diriku melangkah melewatinya.

“Hanwoo-ya, apa kemarin malam kau menginap lagi di tempat Hyukjae?”

Aku berhenti lalu membalikkan badan ke arahnya. Kulangkahkan kakiku lalu duduk disampingnya. Aku mengangguk kecil sambil tersenyum mengiyakan. Kutatap Sandeul keponakanku. Melihat Sandeul aku jadi ingin mempunyai anak. Bagaimana rasanya?

“Onnie, bagaimana rasanya memiliki Sandeul?” tanyaku.

Hwang Minrin menoleh menatapku. “Yak, kenapa bertanya seperti itu? Tentu saja aku sangat bangga memiliki Sandeul.”

“Onnie ..” ucapku lemah dengan pandangan menatap ke bawah.

“Waeyo? Kau kenapa? Kau tampak lemas. Apa kau sakit?”

Aku menggeleng. “Aku tidak sakit. Tenang saja.”

“Lalu kenapa? Ah.. Apa kau hamil???” Hwang Minrin langsung menerorku. Aku mendelik menoleh ke arahnya. Hamil? Benarkah? Bahkan melakukannyapun belum pernah. Aku belum pernah merasakannya seperti kebanyakan yeoja yang sudah menikmatinya dengan pasangannya, tapi aku belum.

“Anio .. Hyukjae belum pernah menyentuhku.”

Hwang Minrin mengernyitkan keningnya. Sepertinya dia tidak percaya dengan ucapanku. Tentu saja. Siapa yang percaya? Bahkan aku sendiripun masih belum percaya kenapa sampai saat ini Hyukjae tidak pernah melakukan hal yang lebih padaku.

“Kau tidak usah takut padaku jadi kau tidak perlu membohongiku Hanwoo-ya. Aku tidak akan mengatakannya pada eomma atau oppamu jika kau takut.”

Bingo! Dia benar-benar tidak percaya padaku. Apalagi melihat umur Hyukjae yang sudah cukup. Dia pasti berpikiran mana ada pria dewasa yang tidak akan menyentuh seorang yeoja yang rela tidur bersamanya.

“Kami belum pernah melakukan apa-apa.”

Hwang Minrin mendelik . Matanya menyipit seola-olah sedang menyelidikku,“Jinchayo?”

Aku mengangguk menatapnya. “Ne. Hebat bukan?”

“Aigo~ Aku tidak percaya. Selama ini kau sering menginap di tempatnya, aku kira kalian sudah memiliki hubungan yang sangat jauh.”

Kurasakan hatiku sedikit perih mendengarnya. Air mataku berlinang hendak mengalir. Aku menunduk mencoba tegar. Kutengadahkan lagi wajahku agar air mataku tidak keluar.

“Waeyo? Kau baik-baik saja kan dengannya?”

“Ne. Sangat baik. Tapi .. entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa dia sedikit berubah.”

“Berubah seperti apa?”

“Dia menanggapiku dengan dingin. Menjawab ucapanku sangat singkat. Bahkan bulan ini dia tidak pernah mengajakku berkencan. Hubungan yang hampir kami jalani tiga tahun lamanya membuatku berpikir dia sedang jenuh denganku. Aku sangat takut dia akan mengkhianatiku. Menyelingkuhiku tanpa sepengetahuanku. Pergi dengan yeoja-yeoja yang lebih cantik dariku. Aku sangat takut. Berbeda denganku yang semakin hari semakin mencintainya.”

Aku tidak kuat. Aku menangis dihadapan kakak iparku. Menurutku ini sungguh memalukan. Dia merangkulku. Menepuk-nepuk pundakku membuatku tambah terisak. “Eotteke ..” suaraku mulai serak.

“Hubungan kalian sudah sejauh ini. Kau mengenal Hyukjae dengan baik bukan? Percaya padanya bahwa dia tidak akan melakukan tindakan bodoh yang akan membuatmu marah. Dia hanya terlalu dewasa bagimu.”

“Onnie-ya, jarak umur kami memang sangat jauh. Tapi aku sama sekali tidak menganggapnya bahwa dia setua itu. Aku mencintai Hyukjae. Aku hanya takut dia meninggalkanku. Dia berhasil membuat duniaku hanya memiliki satu namja. Aku tidak pernah melirik namja manapun. Hanya dia yang ada dihatiku. Tapi jika akhirnya kami berakhir, aku harus bagaimana? Tiga tahun itu tidak lama. Setiap pagi aku terbangun hanya mengingat namanya, begitu juga siang, sore dan malam hari. Aku bisa gila jika ..” Aku tidak bisa melanjutkan ucapanku. Benar-benar bodoh.

“Yak, babonika! Itu tidak akan terjadi. Kau dengannya sudah bertunangan sudah lama dan disaksikan oleh banyak orang. Jika kau putus bagaimana jadinya? Aku yakin Hyukjae bukan orang yang seperti itu. Atau aku perlu menelpon Hyukjae agar dia tidak menyakitimu?”

“Onnie, andwe.. Gwenchana. Baiklah. Sudah bercerita padamu saja aku sudah merasa tenang. Aku akan bersiap-siap dulu karena siang ini aku harus bekerja.”

“Ne. Jangan sedih lagi. Kunci suksesmu adalah percaya pada pasanganmu sendiri seperti aku mempercayai Lee Sungmin sepenuhnya.”

Aku tersenyum mengangguk. “ Ne, onnie gomawo. Itu karena kau menemukan namja yang tepat.”

“Aku berdoa untukmu agar Hyukjae adalah orang yang tepat untukmu.”

Percaya pada pasangan sendiri? Aku menarik napas pelan sambil bangkit meninggalkan ruangan ini. Aku percaya padamu Hyukjae. Lakukan apa yang kau mau asal jangan meninggalkanku.

Author’s POV

———————-

“Ada apa memanggil kami, Hyuk?” tanya Donghae ketika Hyukjae menelpon meminta mereka untuk datang berkunjung ke cafenya. Hyukjae terlihat mencari-cari Haera namun sepertinya Donghae dan Yoora tidak membawa anaknya.

“Anio. Kalian tidak membawa Haera?”

“Haera sudah kami titipkan dengan neneknya.”  Ujar Donghae sambil melangkah mengikuti Hyukjae ke dalam.

“Kau tidak perlu khawatir Hyukjae. Ada apa?” tanya Yoora gantian. Mereka duduk disebuah meja dekat jendela.

Hyukjae tersenyum. “Kalian adalah sahabat baikku, kan?”

“Ne. Apa kau sedang membutuhkan uang?” tebak Donghae asal.

“Yak ! Apa aku terlihat seperti kekurangan uang, hah?” Hyukjae tidak terima.

Donghae tertawa sambil menggeleng-geleng. “Hari ini kau terlihat seperti kekurangan uang.”

“Yeobo berhentilah mengejeknya. Sepertinya Hyukjae sedang dalam masalah.” Lerai Yoora. “Kami sahabat baikmu Hyukjae. Waeyo?”

“Bantu aku. Kalian hanya perlu menjawab pertanyaanku saja.”

Donghae dan Yoora saling pandang. Ekspresi wajah Hyukjae menunjukkan keseriusan bahwa dia berharap agar kedua sahabatnya mau membantu.

“Mworago?” tanya Donghae.

“Baiklah. Aku mulai dengan pertanyaan pertama. Dulu, sewaktu kalian masih berpacaran, apakah kalian melakukan hubungan itu?” tanya Hyukjae.

“Hu.. Hubungan itu?” Yoora masih belum mengerti tapi tak lama kemudian dia saling pandang lagi dengan Donghae. Tawa Donghaepun membludak yang akhirnya mengerti dengan apa yang dimaksudkan Hyukjae.

“Kau menanyakan hal itu kepada kami? Apa kau belum pernah menyentuh tunanganmu?”

“Yak, kau jangan meledekku ikan mokpo. Aku .. Aku hanya takut dia menolak jadi aku tidak pernah melakukannya selama ini.” Ucapan Hyukjae melemah.

Donghae melanjutkan tawanya tidak percaya bahwa sahabatnya sungguh konyol seperti ini. Yoora tersenyum simpul memandang Hyukjae.

“Apa tunanganmu tidak pernah protes?” tanya Yoora mencoba mencari tahu.

Hyukjae menggeleng. “Tidak pernah.”

“Jika dia tidak pernah meminta berarti dia menyukai sikapmu yang seperti ini. Tapi, bisa jadi dia juga menginginkan hal lebih darimu.” Ujar Yoora.

“Aku tidak mengerti bagaimana cara melakukannya, maka dari itu aku menghubungi kalian. Mungkin kalian lebih berpengalaman dariku.”

“Yak, apa perlu kami mencotohkannya dihadapanmu.”

“Aniooo~ Bukan seperti itu. Apa menurut kalian sifatku terlalu kuno? Apa aku harus merubahnya?”

“Jika kau merubah sifatmu itu menurutmu adalah pilihan yang sangat baik tapi kekasihmu malah tidak menyukainya kusarankan lebih baik tetaplah dengan sikapmu yang seperti ini. Kau sudah lama menjalani hubungan dengan tunanganmu, bukan? Bahkan dia tidak pernah protes terhadap sikapmu yang seperti ini. Kau harus percaya kepada kekasihmu bahwa hanya kaulah yang ada dihatinya. Itu kunci sukses di dalam sebuah hubungan. Seperti aku mempercayai Lee Donghae. Aku memasrahkan semua hidupku padanya. Begitulah seorang yeoja. Mungkin kekasihmu juga sama denganku.”

Hyukjae terdiam merenungkan perkataan Yoora. Dia hanya berpikir, apakah gadis manja yang menjadi tunangannya bisa mempercayainya dan memasrahkan seluruh hidupnya padanya? Hyukjae mulai tidak percaya diri.

Waitresspun datang menaruh tiga cangkir teh hangat di atas meja kemudian pergi ke belakang. Donghae mencecap tehnya begitu juga dengan Yoora.

“Oppaaaa !!” teriak seseorang dari luar. Sunny berlari menghampiri oppanya dan duduk disamping Hyukjae. Donghae dan Yoora menatap Sunny heran. Seperti ada sesuatu yang tengah terjadi dengan napas Sunny yang tersengal-sengal.

“Miane jika aku mengganggu kalian. Yak, apa kau bertengkar dengan Hanwoo?” tanya Sunny tidak memperdulikan kedua sahabat Hyukjae yang daritadi heran menatapnya.

“Anio. Ada apa?”

“Dia bolos bekerja hari ini dan mengajakku bertemu tadi. Dia tidak mengijinkanku untuk mengatakannya padamu. Jadi .. mmphtt ..” Sunny meneguk teh milik Hyukjae . “Jadi jika kau ingin tahu ada apa dengannya, kau harus memberiku imbalan 10 ribu won dulu baru aku akan mengatakannya.”

Hyukjae memukul lengan Sunny pelan. “Yak, gadis mata duitan! Katakan cepat padaku jika tidak aku akan menendangmu dari sini.”

Sunny menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Hyukjae. Gadis berambut pendek sedagu itu membulatkan mulutnya menatap Hyukjae memikirkan apa dia harus memberitahu semuanya tentang percakapannya tadi dengan Hanwoo calon kakak iparnya???

*

Sunny menarik kursi dihadapan Hanwoo, “Tumben sekali, ada apa memanggilku?”

“Apakah hari ini kau sibuk?”

“Lumayan. Hmm.. Tapi kau menyelamatkanku dari rapat sore ini yang membosankan. Apa kau tidak bekerja ??” Sunny menggenggam tangan Hanwoo menatap calon kakak iparnya berbinar-binar seolah-olah Hanwoo adalah penyelamatnya hari ini.

“Seharusnya aku bekerja tapi aku memilih bolos.”

Sunny melepas genggamannya,“Yak, waeyo? Hanya karena oppaku kau bolos. Jika dia tahu kau pasti akan dimarah olehnya.” Geram Sunny.

“Onnie, dari mana kau tahu ini masalah Hyukjae?” tanya Hanwoo yang merasa Sunny sudah tahu dia akan membahas tentang Hyukjae.

“Lalu kau pikir siapa lagi?”

Hanwoo tersenyum. “Ne ini masalah Hyukjae oppa.”

Mata Sunny terpejam sembari mengangguk-ngangguk paham dengan pengakuan yeoja disebelahnya. Tangan yeoja berambut pendek itu terlipat di dada. “Araseo. Ada apa dengan Hyukjae oppa?”

“Kau kan dongsaengnya, pasti tahu bagaimana Hyukjae disaat tidak sedang bersamaku. Menurutmu apakah dia masih mencintaiku?”

“Yak, yak, yak ! Ada apa ini? Kenapa bertanya seperti itu padaku?”

“Onnie jawablah.. Apakah dia pernah membawa yeoja lain ke cafenya? Atau dia sering pulang malam? Misalnya pergi ke diskotik, atau ..”

“Hyukjae oppa tidak pernah ke diskotik. Dia juga tidak pernah kulihat membawa yeoja selain dirimu. Hanya saja ..”

“Hanya saja?” Wajah Hanwoo berubah menjadi serius menatap Sunny. Sunny seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Hanya saja akhir-akhir ini dia sedang kedatangan tamu dari Paris. Cho Yoora dan Lee Donghae sahabatnya. Dulu Yoora onnie pernah memendam perasaan kepada Hyukjae oppa namun untunglah Donghae oppamengungkapkan perasaannya terlebih dahulu padanya  jadi dia bisa berpaling dari oppaku karena oppaku tidak bisa melupakan kenangan masa lalunya sebelum berangkat ke Paris.”

“Kenangan masa lalunya?” Hanwoo mengernyitkan keningnya.

“Kau jangan pura-pura tidak tahu.”

“Aku tidak tahu apa-apa. Memang kenangan masa lalu apa?”

“Kau benar-benar tidak tahu apa? Memangnya dia tidak pernah memberitahumu?”

Hanwoo menggeleng. “Anio. Apa dia memiliki masa lalu dengan seorang yeoja?”

“Aigo~ tentu saja. Dan yeojanya sendiri adalah kau. Haah biar kubuka saja kartunya ..”

Sunny mulai menceritakan semuanya tentang kehidupan Hyukjae selama di Paris . Itu membuat perasaan Hanwoo sedikit tenang. Dia sangat senang bisa bertemu Sunny sore ini dan tak terasa sampai malam mereka berbicara. Sunny dan Hanwoo juga semakin dekat karena obrolan hari ini. Hanwoo berharap agar mereka bisa lebih dekat lagi di lain waktu.

Hanwoo’s POV

———————

“Oppa benar-benar menyayangimu. Dia belajar dengan giat hingga selalu mendapat prestasi di kelasnya hanya karena ingin membahagiakan seseorang di masa lalunya. Lee Hanwoo. Dia selalu bercerita padaku mengenaimu bahwa tetangga kita dulu di Seoul sangat manis.Padahal aku sendiri sudah lupa bagaimana rupamu dan lupa bahwa aku pernah memiliki tetangga bernama Lee Hanwoo. Dia mengatakan bahwa kau itu gulalinya. Gulali yang sangat manis. Sungguh berlebihan sekali oppaku. Dan di setiap saat dia selalu merindukanmu. Menunggu surat-surat balasan darimu sampai membuatnya jatuh sakit hingga eomma menanyakan padaku apa sebabnya dia seperti itu. Karena Hyukjae oppa sangat dekat denganku jadi eomma menanyakan itu padaku hingga akhirnya eomma menghubungi kedua orang tuamu dihadapanku lewat telpon yang berhasil dilacak oleh anak buahnya di Seoul. Eomma juga sempat pulang ke Seoul bertemu dengan kedua orangtuamu hanya demi Hyukjae oppa yang sangat sangat menyukaimu..”

Suara Sunny onnie masih terngiang-ngiang dipikiranku. Aku tidak tahu mengenai ini. Dia tidak pernah menceritakan kehidupannya selama di Paris dan bodohnya aku juga tidak bertanya padanya. Benarkah seperti itu detailnya? Jika benar aku adalah yeoja paling beruntung yang pernah memilikinya.

“Hyukjae, bogoshipunda..”

Kurasa aku sudah menemukan jawabannya. Aku akan menunggu dirinya siap untuk menikahiku. Aku tidak akan memaksa sampai kapanpun.

*

Author’s POV

——————-

Jangan menghubungiku dan menemuiku untuk saat ini.

 Aku sedang sibuk. Aku akan datang menemuimu jika tugasku sudah selesai.

Hanwoo menelan ludah. Sesampainya dirumah dia mendapat pesan dari Hyukjae. Baru saja dia ingin menghubungi namja itu hanya untuk mengungkapkan perasaan cintanya yang begitu dalam tapi Hyukjae menyuruhnya untuk tidak menghubunginya sementara waktu.

Hanwoo terjatuh lemas di lantai. Alisnya bertaut merasakan hatinya yang begitu sakit. Dia tidak mengerti dengan Hyukjae akhir-akhir ini. Setelah pikiran-pikiran baik tadi sempat menghampirinya, jika mengalami hal seperti ini bagaimana bisa pikiran baik mengenai namjanya itu dapat bertahan? Hanwoo menangis terisak. Dia mencoba menghubungi Hyukjae namun handphonenya tidak aktif.

Hanwoo juga tidak tinggal diam. Dia datang ke café milik Hyukjae namun tidak ada siapa-siapa disana. Pelayan disana juga mengatakan bahwa Hyukjae tidak meninggalkan pesan apa-apa. Dia hanya meninggalkan sebuah pesan yang tertempel di kulkas untuk menyuruh anak buahnya bekerja dengan baik karena dia tidak akan berada di café beberapa hari ini.

Sunny keluar dari dalam ruangan Hyukjae dan terkejut melihat Hanwoo yang hendak melangkah keluar. Hanwoo berhenti kemudian membalikkan badan menoleh menatap Sunny. Senyumnya sedikit mengembang dari balik keresahannya ketika melihat Sunny.

“Kau mencari Hyukjae?”

“Ne. Bisakah kau memberitahuku dia berada dimana saat ini?”

“Jika aku mengatakan dia sedang pergi ke Paris menemui appa, apa kau ingin menyusulnya?”

“Pa.. Paris?”

*

Selama perjalanan Hanwoo menangis. Dia merasa dirinya seperti dikecewakan lagi oleh Hyukjae. Pergi tanpa sepengetahuannya. Dia merasa tidak kuat lagi karena akhir-akhir ini dia selalu resah memikirkan hubungannya.

“Perasaanku benar, bukan? Kau berubah Hyukjae. Kau berubah. Kau semakin menjauhiku. Apa kau ingin mengakhiri semuanya denganku?”

Hanwoo mencoba menjalani harinya dengan cara menyibukkan dirinya di kantornya. Namun deadline tanggal yang dilingkari di kalendernya selalu mengingatkannya pada Hyukjae seperti alarm. Hanwoo semakin tidak mau cepat-cepat pulang kerumahnya. Dia lebih memilih tidur di kantornya daripada pulang kerumahnya yang akan mengingatkan dia dengan Hyukjae.

Hanwoo membungkukkan badannya di meja kerjanya. Hari ini sudah malam. Tidak biasanya dia menginap di kantornya. Sudah lima kali dia menginap disini selama Hyukjae meninggalkannya. Dia merasa tubuh dan pikirannya sangat lelah. Tangannya menyentuh handphonenya dan menekan tombol yang membuat handphonenya menyala memperlihatkan wallpaper Hyukjae yang sedang tersenyum memperlihatkan gigi dan gusi favoritnya.

Air matanya mengalir lagi. Bahkan tangisannya terdengar mengeras karena photo ini. Dadanya begitu sesak karena merasakan sakit dihatinya yang rasanya seperti diperas. Hanwoo menocba mengganti wallpaper handphonenya karena dia sudah tidak kuat lagi terlalu merindukan Hyukjae. Tangannya sempat bergetar ketika sedikit lagi dia berhasil mengubah wallpapernya dengan gambar lain namun gagal. Dia terlalu mencintai Hyukjae. Dia tidak bisa menggantikan Hyukjae dengan apapun.

“Eodise..yo Hyukjae oppa?” suaranya bergetar. “Apa aku yang harus mengakhiri semua ini?”

Beberapa jam kemudian Hanwoo sudah memejamkan matanya. Dia merasa sudah tidak kuat lagi untuk memikirkan Hyukjae hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur.

*

Hyukjae menatap ombak yang menerkam bebatuan karang di pantai Mokpo. Berulang kali ombak itu mencoba memecahkan sang batu karang tapi bebatuan itu sungguh tangguh tidak dapat terpecahkan hanya dengan terpaan ombak dan angin yang menghadang.Melihat hal Itu dia seperti mendapatkan sebuah motivasi dan semangat untuknya.

Donghae menghampiri Hyukjae dan berdiri disamping sahabatnya itu. Hyukjae sempat menoleh kemudian tersenyum menatap laut lepas di sore hari.

“Gomawo ..” ucap Hyukjae. “Gomawo atas bantuan dan pengarahan kalian berdua.”

“Cheonmaneyo, Hyukjae.”

Hanwoo’s POV

———————-

Sore ini aku sedang dalam perjalanan menuju Mokpo. Direktur Hwang memintaku untuk menghadiri seminar kebudayaan tentang fashion yang ada di daerah terpencil disana. Aku sedikit mengenal daerah itu. Kudengar-dengar Mokpo adalah daerah terpencil di Korea yang letaknya dipinggir laut dan belum begitu memiliki banyak fasilitas IT yang lengkap seperti Seoul karena kebanyakan rakyat Mokpo bertransmigrasi keluar untuk bekerja.

Aku mulai melihat pantai dari kaca jendela. Hari ini moodku sudah berangsur baik. Melihat ombak membuat pikiranku menjadi sedikit tenang. Sedan hitam yang membawaku ini berhenti. Berhenti tepat di sebuah restoran di dekat pantai.

Pintu mobilku terbuka. “Nona, sudah sampai. Silakan turun.” Begitu kata supir pribadiku mempersilakanku turun.

Aku turun sembari mengenakan kacamata hitamku. Angin pantai ini semilir menyentuhku. Melangkah masuk ke dalam restoran yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Ternyata restoran ini sepi pengunjung.  Belum adakah orang yang datang?

Langkahku mendadak pelan. Restoran ini sangat indah. Aku merasa seperti sedang berada di Eropa. Restoran ini dipasangi lampu kabel yang melilit di bagian atas. Suasananya lebih meninggalkan kesan romantis. Dipenuhi dengan beberapa meja yang sudah ditata rapi namun sama sekali aku tidak melihat adanya banner atau perangkat LCD yang mendukung adanya seminar.

Seseorang waitress menghampiriku. Kulirik waitress itu dari bawah sampai atas yang mengenakan seragam blouse putih dengan vest hitam dan bawahan rok hitam. Hanya ada satu waitress kah? Ini begitu aneh.

“Nona yang mengikuti seminar kebudayaan?”

“Ne. Kenapa begitu sepi?”

“Para tamu diantar pakai bis. Mereka masih dalam perjalanan menuju kesini.”

“Tapi seharusnya ada panitia. Kenapa sepi sekali. Aiish aku harus menelpon Direktur Hwang.”

“Nona bisa menunggu mereka di luar pantai. Pemandangan di pantai ini sangat indah apalagi menjelang sunset.”

Aku terdiam. Mungkin ada baiknya aku akan menunggu sampai para peserta dan panitia seminar datang. Kuanggukkan kepalaku tanda mengerti.

“Baiklah, mungkin aku akan jalan-jalan dulu.”

Author’s POV

——————–

Waitress itu tersenyum menatap kepergian Hanwoo. Seorang namja datang menghampiri waitress tadi kemudian mengecup kening waitress itu.

“Dimana Hyukjae?”

“Dia sedang bersiap-siap. Waitress Yoora, kau sungguh cantik malam ini. Bolehkah .. eumm..”

Donghae memonyong-monyongkan mulutnya manja sambil memejamkan matanya berharap Yoora mau membalas ciumannya. Tapi Yoora malah mencubit lengan Donghae centil. Donghae meringis merasakan perih di lengannya membuka mata dan melihat istrinya yang pergi meninggalkannya.

*

Jam menunjukkan pukul enam sore. Sunset sore di Mokpo ini hampir tenggelam. Langitpun menjadi berwarna jingga. Sangat indah.

Hanwoo berdiri di pesisir pantai sambil menenteng heels putihnya agar tidak kotor dan terkena air. Dia membiarkan kakinya disentuh dan disapa oleh air laut yang menghampiri. Rambutnya mulai berantakan karena diterbangkan angin.

Bayangan Hyukjae di pikirannya masih menghampiri. Dia muak dengan semua ini. Muak karena merindukan seseorang yang belum tentu memikirkannya sepenuh hati. Dia merasa Hyukjaenya seperti menjauh.

Hari ini adalah hari yang seharusnya mendengar ajakan kencan dari Hyukjae seperti yang sering namja itu lakukan selama ini padanya. Namun dia harus melupakan semuanya bahwa kenyataannya pada hari ini dia harus sendiri. Merayakan anniversary dengan seorang diri. Mungkin malam ini dia akan mabuk.

Hanwoo melirik jamnya lagi. Saatnya kembali ke dalam restaurant itu. Dia merasa ada yang aneh dengan restaurant yang tidak ada menunjukkan tanda-tanda seminar. Hanwoo membalikkan badannya hendak melangkah ke dalam. Tapi langkahnya terhenti karena melihat seseorang yang dia rindukan ada dihadapannya. Ia seperti melihat bayangan Hyukjae yang menatapnya sayu.

Hyukjae’s POV

———————

Aku melangkah perlahan melewati pasir-pasir mokpo menuju dimana seorang yeoja sedang berdiri memandang sunset. Aku tepat berdiri dibelakangnya menatap punggung yeoja itu. Sudah lama sekali tidak bertemu yeoja itu. Rasanya aku sedikit kejam meninggalkannya seperti kemarin.

Beberapa hari terakhir ini aku tinggal di Mokpo bersama Donghae dan Yoora. Pasangan itu walaupun terlihat selalu mesum dan bahagia di depanku tapi mereka sangat membantuku untuk membuat suatu kejutan pada hari ini.

Hanwoo membalikkan badannya. Matanya menatapku nanar. Aku masih mencoba diam memandangnya memberikan dia penyesuaian. Wajah ini, aku tidak bisa melihatnya jika wajahnya sayu begini seperti orang sakit.  Mulutnya sedikit terbuka lalu dia mendesis.

“Oh aku akan gila. Lee Hyukjae berhentilah menggangguku.” Nadanya seperti orang frustasi. Ia melangkah mendekatiku kemudian menabrakku. Langkahnya terhenti tepat disampingku kemudian menoleh menatapku dengan mata bulatnya yang hampir keluar. Dia seperti terkejut. Apakah dia baru menyadari keberadaanku?

Hanwoo’s POV

———————

Bayangan itu datang menghampiriku lagi. Ini sungguh memuakkan. Kenapa harus bayangannya yang datang menghampiriku? Tidak bisakah penjelmaan aslinya yang datang menemuiku dan menjelaskan semuanya lalu mengakhiri hubungan ini secepatnya daripada harus membuatku gila karena tidak terbiasa dengan perubahannya. Aku benar-benar marah kali ini padanya.

Aku mendesis, “Oh aku akan gila. Lee Hyukjae berhentilah menggangguku.”

Aku melangkah tak menghiraukan bayangannya yang seperti benar-benar nyata. Aku mencoba menepis bayangan itu namun mampu membuatku tercekat saat menepisnya. Alisku bertaut dengan ekspresi wajah yang sungguh kaget. Bagaimana bisa bayangannya begitu terasa kuat saat aku berusaha menepisnya. Aku seperti menabrak bayangan bukan sedang menepis bayangan. Bahkan kulitnya masih terasa gesekannya di kulitku.  Kusentuh lenganku dan membalikkan badan ke arahnya begitu juga dengannya yang menghadap diriku.

Aku masih tidak dapat berbicara ketika menatap wajahnya sedekat ini. Aku menelan ludah ketika kurasakan tenggorokanku tercekat. Dia adalah Hyukjae bukan hanya sekadar bayangannya saja yang menghampiri. Wajahku terasa panas. Air mataku tidak dapat kutahan dan mengalir begitu saja.

“Kenapa kau menemuiku?”

Kudengar Hyukjae menghela napas dan semakin mendekatiku. Tapi kaki ini spontan kakiku terangkat mundur beberapa senti. Melihat hal ini Hyukjae menghentikan langkahnya tidak mendekatiku lagi.

“Berhenti. Jangan mendekatiku .. Kumohon..” pintaku.

“Hanwoo-ya ..” Hyukjae mencoba menangkap tanganku namun aku berteriak mencoba menepisnya. Aku menangis menutup mulutku dengan tangan yang berhasil kulepas dari cengkramannya. Aku mendengar suaranya. Dia memanggil namaku. Apakah aku sudah gila? Bayangan ini nampak terasa nyata buatku. Dan kurasa ini benar-benar nyata. Bukan mimpi.

“Sudah puas membuatku hampir gila karena memikirkanmu? Kemana saja kau selama ini? Sekalian saja jangan menemuiku lagi ! Atau perlu aku yang meninggalkanmu?!” aku berteriak dan pergi meninggalkannya seorang diri. Hatiku sangat sakit. Napasku tiba-tiba terasa sesak membuat kaki ini bergetar melemah. Aku tidak bisa melanjutkan langkahku dan tidak bisa menjaga keseimbangan. Aku begitu terkejut melihatnya yang tiba-tiba ada dihadapanku. Aku merasa pusing dan berkunang-kunang. Tubuhku terjatuh begitu saja di atas pasir.

Hyukjae’s POV

——————

Aku dan Hanwoo sama-sama terdiam duduk di pesisir pantai menatap bintang-bintang yang mulai bermunculan di langit malam. Kulepas jasku lalu memasangkannya di tubuhnya. Yeoja itu menolak dengan sangat lembut.  Dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berteriak atau berdiri untuk kabur meninggalkanku seperti tadi yang akirnya aku juga yang mengangkat tubuhnya membawanya duduk disampingku seperti ini. Kupasangkan paksa jasku di tubuhnya lagi berharap kali ini dia tidak menolak pemberianku .

“Pakailah. Aku tahu kau sedang marah.”

Hanwoo tidak menanggapi. Kami terdiam lagi hingga jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam kami masih terdiam dalam pikiran masing-masing. Hanwoo masih tidak ingin berbicara banyak. Sepertinya aku melakukan kesalahan yang fatal. Bahkan sepertinya aku gagal dalam membuat kejutan kali ini.

“Bagaimana mengenai hubungan kita? Katakan saja sekarang Hyukjae. Aku tahu ..” Hanwoo menghela napas berusaha menahan suaranya yang bergetar karena ingin menangis. “ Aku tahu.. Aku bukanlah yeoja yang begitu spesial seperti kebanyakan yeoja lainnya. Aku tidak begitu cantik, manja dan juga kekanak-kanakan. Sudah kubilang padamu berulang kali jika kau merasa jenuh denganku, jika kau ..” dia tidak melanjutkan ucapannya. Sepertinya sangat sakit dan susah untuk menjelaskannya padaku. “Jika kau sudah mempunyai penggantiku, yeoja yang lebih dewasa dariku dan juga bisa segalanya, akhiri hubungan kita sekarang.”

Begitukah pandangannya mengenaiku selama ini? Aku menoleh menatapnya sekejap kemudian mengembalikan pandanganku seperti semula.

“Jika kau mempunyai cara untuk melupakanku, tolong beritahu aku ..”

Hanwoo tertawa pelan, “Bukankah kau sendiri yang pandai? Melupakanku adalah hal yang paling kau kuasai.”

“Kau hanya menyimpulkan pemikiranmu sendiri.”

“Kau yang membuatku menyimpulkannya seperti itu.”

Aku menghela napas. “Apa kesimpulanmu? Berpikir bahwa aku berselingkuh, berubah akhir-akhir ini menjadi pendiam, begitukah cara pemikiranmu?”

“Kau juga tidak mengatakan secara langsung kalau pergi ke Paris. Kau jahat.”

“Siapa bilang aku pergi ke Paris?”

Hanwoo menoleh menatapku. “Sunny yang mengatakannya.”

Aku tertawa dihadapannya. “Kau memang sudah benar-benar masuk dalam perangkap kami, Hanwoo-ya.”

Hanwoo mendelikkan matanya. “Maksudmu?”

“Sunny-ya, Waitress di depan tadi beserta suaminya yang merupakan sahabatku, begitu juga dengan direktur Hwang, mereka membantuku membuat kejutan untukmu tapi sayangnya itu semua tidak berhasil karena kemarahanmu.”

“Kejutan..?”

Aku menghela napas memalingkan pandanganku dari Hanwoo, “Ne.. Beberapa hari ini aku tinggal di Mokpo dan dalam sebulan ini aku memang sengaja mendiamkanmu hanya untuk hari ini. Bukankah hari ini adalah hari pertunangan kita yang ketiga tahun? Tapi sepertinya kau tidak antusias sama sekali bahkan menyuruhku untuk mengakhiri hubungan ini begitu saja. Ooh, kasihan sekali. Apa benar kau ingin mengakhiri hubungan ini?”

“Aku tidak bilang begitu ! Aku hanya menyuruhmu mengakhiri hubungan kita jika memang sudah ada yang menggantikan posisiku.”

Aku mencibir memajukan bibir bawahku mendengar pernyataannya. Aku berdiri merenggangkan oto-otot bahuku dan melakukan sedikit melakukan pemanasan sekadar membungkukkan tubuhku berulang kali.

“Yak !! Lee Hyukjae !!!” teriaknya yang sudah berdiri disampingku. Aku menghentikan aktivitasku lalu menoleh menatapnya. Hanwoo menangis lagi. Kenapa semua yeoja meluapkan perasaannya dengan cara menangis? Itu membuatnya jadi terlihat jelek dan tidak menarik.

“Lalu bagaimana dengan hubungan kita?” tanyanya.

Apakah saatnya untuk menjelaskan semuanya? Kurasa aku benar-benar nervous dan deg-degan. Aku maju selangkah menghampirinya. Tangan kananku bergerak untuk menghapus air mata di pipinya.

“Kita akhiri saja semuanya.” Ucapku.

Hanwoo’s POV

——————–

“Kita akhiri saja semuanya.”

Aku menatapnya mencoba mencari keyakinan di wajahnya. Mencoba menemukan keseriusan di wajahnya. Mungkin mataku hampir keluar karena ucapannya. Nyawaku seperti tercabut. Aku menelan ludah berusaha menelan rasa pahit yang kualami hari ini tepat tanggal 13, Hari jadiku yang ke tiga tahun.

Memang tidak perlu lama-lama, akhirnya dia mengatakannya juga padaku. Mungkin apa yang selama ini dia pendam sudah ia ungkapkan juga. Lalu , aku harus bagaimana?

Memikirkan disaat aku terbangun pada esok hari, apakah aku masih bisa hidup tanpanya? Mengucapkannya begitu mudah padaku. Apakah dia bisa hidup tanpaku? Perkataannya yang sekarang tidak sesuai dengan apa yang tadi dia ucapkan.

“Inikah kejutan yang kau berikan?”

“Ne. Kita lupakan semuanya. Kita akhiri saja pertengkaran kita malam ini lalu menyantap makan malam berdua yang sudah dihidangkan oleh kedua sahabatku, kita juga mempunyai pekerjaan yang lebih berat untuk hari esok. Memikirkan kartu undangan, gaun pernikahan, gereja yang akan kita gunakan..”

“Cakkaman.. Kartu undangan, gaun pernikahan dan gereja .. Apakah kau ..” tanyaku ragu.

Hyukjae tersenyum. “Hanwoo-ya, berhentilah menangis. Malam ini aku sedang melamarmu. Apakah kau mau menikah denganku? Mau menerima kekuranganku? Menjaga dan merawat anak kita bersama tanpa sedikitpun mempunyai pemikiran untuk meninggalkanku? Memiliki anak yang mirip sepertiku, memiliki anak yang mirip sepertimu. Apakah kau tidak ingin hidup bersama denganku? Jika kau merindukanku, kau bisa langsung menciumku kapanpun kau mau. Aku ingin kehidupan yang seperti itu.”

Senyumku mengembang.  Kuhapus air mata. Mungkin pipiku kini memerah karena mendengarnya. Hatiku tidak lagi gundah. Dia melamarku. Aku tidak bisa mengeluarkan apa yang ingin kuungkapkan. Dia menginginkanku untuk hidup berdua selamanya. Memiliki anak yang mirip sepertinya, dan memiliki anak yang mirip sepertiku. Kita akan hidup berdua tanpa beban dan penuh kebahagiaan.

Aku melangkah maju lalu merangkul lehernya. Kupejamkan mataku. Wajahku perlahan-lahan maju mengecup bibirnya seiring dengan kakiku yang menjinjit karenanya yang lebih tinggi dariku. Ketika mau melepaskan kecupanku dibibirnya, Hyukjae dengan cepat mengunci bibirku sangat dalam. Kedua tangannya memeluk pinggangku dan sedikit mengangkatnya agar aku tidak kesusahan. Tubuhnya sedikit membungkuk. Kami sama-sama saling memagut. Sepertinya saliva kami juga sudah bercampur.  Tangannya bergerak pelan mengelus pundakku. Ini membuatku semakin terlena.

Kurasakan ciumannya semakin dalam membuatku kesusahan untuk bernapas. Kulepas ciumanku begitu juga dengannya. Dahi kami saling menempel. Napas kami tersengal-sengal mungkin karena terlalu terburu-buru dan bersemangat.  Ditambah rasa rinduku padanya yang merajai hasratku.

Entah kapan bibirnya sudah menempel lagi di bibirku. Memainkan lidahnya di rongga mulutku. Mata kami sama-sama terpejam. Ciumannya memelan dan sangat lembut. Pelukannya tambah erat di pinggangku. Mungkin kami tidak akan berhenti berciuman sampai esok hari.

Author’s POV

——————–

3 bulan kemudian ..

Hyukjae dan Hanwoo dalam posisi tidur di atas rumput. Posisi Hyukjae miring dengan tangan kiri tertekuk menopang kepalanya. Hanwoo tersenyum menatap Hyukjae. Tangan yeoja itu mencoba merapikan dasi kupu-kupu Hyukjae.

“Yeobo ..” panggil Hanwoo.

“Aiguu~ pernikahan kita masih lagi sebulan..” bisik Hyukjae di telinga Hanwoo. Hanwoo tersipu malu.

“Memang kenapa? Kau juga akan mendengarnya nanti.”

‘KLIK.. KLIK .. KLIK …’

“Yak yang lebih natural lagi … Ini sudah bagus ..”

Sang photographer masih sibuk memotret kedua pasangan yang sedang melakukan photoshoot pra-wedding. Dari pagi hingga menjelang siang mereka masih sibuk dengan pemotretan. Hanwoo berulang kali mengganti gaun pengantin begitu juga dengan Hyukjae. Demi persiapan pernikahan mereka yang sebulan lagi akan berlangsung.

Dari kejauhan terlihat kedua ibunda dari Hanwoo dan Hyukjae yang sedang menunggu di bawah pohon sambil mengibas-ngibas kipas mereka berdua dengan kru lainnya.

“Hanwoo sangat cantik dan cocok dengan gaun putihnya. Hyukjae sangat pintar dalam memilih pasangan. Aku baru mengerti kenapa anakku begitu terpikat dengan anakmu.”

“Aku juga bersyukur akan memiliki menantu seperti anakmu. Aku harap Hyukjae akan menjaga Hanwoo dengan baik.”

“Dia akan aman di keluarga kami. Tenang saja. Sebentar lagi aku akan memiliki cucu.” Sedih ibu Hyukjae membenarkan kacamatanya lalu kembali mengibaskan kipasnya yang sempat terhenti.

“Yak, tenanglah. Aku sudah lebih dulu menjadi nenek.” Balas ibu Hanwoo.

Begitulah percakapan kedua orang ibu yang sedang melihat kebahagiaan dari kedua anaknya. Mereka sangat senang ketika mendengar Hyukjae dan Hanwoo akan menikah. Waktu itu Hyukjae meminta kedua orang tuanya untuk membuat sebuah pertemuan karena ada hal penting yang ingin mereka sampaikan. Hyukjaepun melamar Hanwoo dihadapan keluarga mereka bahwa mereka ingin meneruskan hubungan ini ke jenjang pernikahan dan kabar baik ini direstui oleh keluarga mereka.

“Sekarang Hyukjae berpose mencium nona Lee..” ujar sang photographer.

“Mwo???” tanya Hyukjae kaget. Hanwoo langsung mencubit lengan Hyukjae karena dia tahu betul Hyukjae pasti tidak akan mau jika melakukan hal ini dihadapan banyak orang.

“Yaaak, kau jangan kaget seperti itu, ini memalukan.” Kesal Hanwoo.

“Lebih memalukan lagi kalau kita berciuman dihadapan banyak orang.”

“Baiklah siap ..” teriak sang photographer.

Hanwoo mulai panik melihat Hyukjae yang sepertinya tidak mau mengikuti perintah sang photographer.

“Hana ..”

“Hyukjae, kajja sekali saja ..” Hanwoo mulai merajuk berharap Hyukjae mau menuruti kata-kata sang photographer.

“Aiishh andwee…”

“Dul ..”

“Jika kau tidak mau, baiklah.” marah Hanwoo.

“Set ..”

‘CUP’

Hyukjae mencium kening Hanwoo sangat lama. Menahan bibirnya di kening yeojanya membuat Hanwoo sedikit terkejut. Hyukjae memejamkan matanya berusaha melawan rasa malunya. Tangannya menggenggam erat tangan Hanwoo. Senyum keduanya mengembang tidak menghiraukan suara kamera yang sedang beraksi.  Mereka larut dalam perasaan masing-masing. Perasaan yang begitu mencintai dan ingin memiliki.

THE END.

Anyeong ^^ mian terlalu cepat sekuelnya aku keluarin. Gimana ceritanya?? Yang baca ini g ngerti baca cerita sebelumnya di “Perfect Buttler” ya ^^ disana ada kehidupan Hyukjae dan Hanwoo sebelumnya. Bagaimana FF nya?? Terlalu lebay ya?? Ah miane.. ahahaha. Aku rasa ini cerita terlalu berlebihan dan hiperbola banget.

Maaf juga kalo kurang romantis yah atau lebih ke gaje dan hiiuhh banget #hikseu. Maaf juga ngebosenin… Tapi alam bawah sadar saya ingin membuat FF itu dan membayangkannya setiap hari ahahahagggg…

Maaf kalo misalnya ada yang ga dapet feelnya >///< thanks for yang sudah baca mohon tetep dikoment yah J ehehhe. Biar tahu gimana sih pendapat kalian mengenai tulisan saya yang ini? Thanks for Lee Seunggi. Lagu-lagunya keren banget hingga aku bisa menghasilkan FF sequel ini.

Semoga dapet ide untuk sequel “Propose” ehehe. Tapi masih belum kepikiran. Kalau banyak yang setuju lanut buat sequel aku pasti pikirin idenya ^^

Dan untuk sweet namja … mohon ditunggu ya . ahaha. Miane lama..

Gomawo.

32 thoughts on “[SEQUEL Perfect Buttler] Propose

  1. disini hyuknya beda bgt saeng..pribadinya tenang bgt ,, cool bgt,, dewasa bgt..,,hati2 bgt kayanya..huhhuu
    feelnya dapet :))sequeell d tnggu 🙂

    Suka

  2. aiaaaa….haduh gimana ini
    jadi tambah jatuh cinta sama hyukjaeee….. eeehh maksudnya couple ini….
    i think i need sweet namja dehhh …

    Suka

    • huuaaa sweet namjanya mian kelamaan >///< saya lagi mentok nih takut pada bosan semua T_T memikirkan ide susah bgt #nangisdipelukanhyuk.
      makasi ya sudah menunggu :*** #popo

      Suka

  3. ya ampun hyuk bikin salah paham orang aja nih -…- sampe deg-deg an ih bacanya -_-
    tapi lega deh pas baca endingnya >,<

    ditunggu sequelnya ya thor u,u

    Suka

  4. Hay lee hanwoo…
    :****
    aku suka inih..
    Hohohohoho
    Hanwoo..jeg sing suwud2 being childish..
    Sesungguhnya ketika hyukje mendiami hanwoo..dia sedang bersama hyojiiiin /senyum nista

    aku butuh kalimat lamaran yang romantiiiisss
    ;;_____;;

    Suka

  5. ternyata hyukjae sengaja berbuat begitu,,,, tp q jd sebel ma hyukjae knp harus pake cara kyk gt kan kasian hanwoo y n lg hyukjae y kyk dilema n frustasi gt ma hubungan y n penasaran krn apa n tp tu rencana y buat ngelamar hanwoo…
    padahal hanwoo y dunia y udah jungkir balik tau y cuma kejutan untung deh langsung dilamar n nikah….
    happy ending…

    Suka

  6. gyaaah hyukjeeee :** manis sekaliih …
    ah terima kasih telah menghadirkan keluarga kecil yg bahagia iniih , hae yoora dan haera :*

    Eh wani piro jadiin aku waitreess hiiih

    Hanwoo nya jek pengen tak jambak , manja sekalii uu,uu
    Ah foro prewed jd inget teukso xD
    Sekuel lah ya … :*

    Suka

  7. gyaaah hyukjeeee :** manis sekaliih …
    ah terima kasih telah menghadirkan keluarga kecil yg bahagia iniih , hae yoora dan haera :*

    Ohya sunny disini berasa bayangin wonyi di pandayang ><
    Eh wani piro jadiin aku waitreess hiiih

    Hanwoo nya jek pengen tak jambak , manja sekalii uu,uu
    Ah foro prewed jd inget teukso xD
    Sekuel lah ya … :*

    Suka

  8. yaallahh hanwoo menngoda iman gitu jalan lenggak-lenggok XD
    hyuknya songong, nappeun, tapi manissssss
    segmen prewed pasti inspirasi teuksora kkkkk
    daebakkk

    Suka

  9. Suka banget karakter Hyuk disini, kesannya dewasa n melindungi banget, image yadong-nya juga terbang entah kemana. Pokonya suka deCh.

    Suka

  10. hyukjae yg penuh misteri n kejutan,,

    bikin hanwoo kesel di awal2 nya tp tetep berujung sama kebahagian…ohya salut juga di sini hyuk bida nahan diri ampe 3 thn.. hhe

    Suka

Leave a Comment ...