[Kyuhyun Version] Miracle in December

shinningstar13ff

Author: Minji ^__^Cast: Cho Kyuhyun – Kang Minji – and others • Genre : Straight – Romance • Length: Oneshoot

———————————

Namaku Cho Kyuhyun. Mungkin bagi sebagian besar orang yang pernah mengenalku di masa lalu, aku adalah laki-laki yang hebat dan kuat. Mungkin ada benarnya, tapi itu tidak seratus persen demikian. Orang-orang takut padaku, bahkan aku nyaris tidak memiliki teman saat di sekolah. Jikapun ada, itu pasti karena ayahku, bukan karena aku. Mereka takut pada ayahku dan nama besarnya serta kekuasaan yang mungkin bisa saja menghancurkan hidup seseorang. Hal itu, nama besar dan kekuasaan ayahku, secara tidak langsung membawa masalah dalam hidupku. Aku ditakuti orang-orang, namun aku juga memiliki banyak musuh di sekitarku.

Sejak kecil ayah selalu bilang padaku, bahwa Cho Kyuhyun adalah laki-laki yang hebat, kuat, dan pemberani. Dimanapun aku berada, aku akan membuat orang tunduk dan menurut padaku. Aku tidak boleh lemah dan menangis jika ada anak laki-laki lain yang menjahatiku. Hingga aku beranjak remaja, prinsip yang ditanamkan oleh ayah benar-benar mempengaruhi kepribadianku. Aku tumbuh menjadi anak laki-laki yang egois, berkuasa, dan tidak mau dikalahkan. Aku akan menghancurkan apapun yang kuanggap menjadi penghalangku, sekalipun itu akan menyakiti orang-orang di sekitarku. Hingga akhirnya, sesuatu mengubah hidupku. Sesuatu yang sederhana, yang aku tidak pernah menyangka itu akan menjadi kelemahanku.

SEOUL, 2004

Hari ini aku berkelahi dengan seorang adik kelas. Aku menghajarnya hingga ia dilarikan ke rumah sakit. Semua guru di SMA Yumkwang hampir seluruhnya sudah menyerah menghadapiku. Mereka juga tidak akan berani menghubungi dan memanggil ayahku. Untung saja, adik kelas yang kuhajar hanyalah anak pemilik usaha laundry dan bukan dari keluarga yang berkuasa. Jika iya, mungkin akan sedikit merepotkan dan aku bisa saja dituntut hingga memiliki catatan kriminal. Pihak sekolah meminta maaf pada keluarganya, dan sebagai tanggung jawab, aku menanggung biaya pengobatannya. Beruntung pecundang itu hanya luka dan tidak sampai menyebabkan anak itu dirawat inap.

Berbeda denganku, aku hanya mengalami sedikit memar serius di wajah dan guru membawaku ke ruang kesehatan. Seorang gadis menghampiriku, sepertinya dia adalah anggota palang merah sekolah. Terlepas dari itu, dia juga adalah siswa sekolah ini. Anak kelas satu. Siswa tahun ajaran baru.

Ah, aku bisa mengerti, tak ada pihak palang merah yang mau berurusan denganku jadi mereka memanfaatkan anak kelas satu untuk mengobati luka memar di wajahku. Gadis ini tersenyum saat pertama melihatku. Ia membawa perlengkapan untuk mengobatiku dan duduk di depanku. Tak ada dialog di antara kami. Aku juga mengijinkan tangan halusnya menyentuh wajahku. Entah mengapa, kali ini aku tidak melayangkan protes ketika orang lain melakukan sesuatu pada diriku.

“Sunbae, sudah selesai. Tolong jangan dikenai air dulu. Lukanya akan kering dalam beberapa hari.” Ujarnya tersenyum kemudian merapikan semua perlengkapan.

“Siapa namamu?”

“Ne?”

“Aku tanya siapa namamu.” Ujarku dingin. Ia terlihat sedikit takut, mungkin karena tatapan dinginku yang terlihat ingin memangsanya.

“Eh? Kang Minji imnida.” Ujarnya kemudian tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuhnya hormat.

“Gomawo, Minji ssi.”

Sejak saat itu. Sejak hari itu. Aku memiliki sebuah ketertarikan baru. Aku tertarik padanya, pada adik kelas yang mengobatiku di ruang kesehatan. Setelah mengikutinya dan mencari tahu tentangnya beberapa hari terakhir, ternyata ia adalah anak tunggal dari pemilik Hotel Grand Night, sebuah hotel bintang lima yang tersebar di seluruh Korea Selatan. Anehnya, ia adalah seorang putri kaya raya namun ia bertingkah seperti anak-anak lainnya di sekolah. Tubuhnya yang kecil, senyum polosnya, membuat hasrat dalam diriku semakin besar. Hasrat untuk selalu ada di dekatnya, hasrat untuk melindunginya.

Di sekolah, banyak gadis yang mencoba menarik perhatianku. Mereka mengirimiku surat dan hadiah hingga lokerku selalu penuh karena hal-hal tidak penting semacam itu. Beberapa isi surat yang sempat kubaca ketika aku tak punya hal penting untuk dikerjakan, mereka menghujaniku dengan pujian, kata tampan, dan semacamnya. Bahkan ada yang menawarkan diri untuk kutiduri dengan meninggalkan nomor handphone. Mereka gila, dan aku sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal semacam itu. Dan tiba-tiba aku mulai berpikir, andaikan gadis itu adalah salah satu dari gadis-gadis yang menginginkanku.

Aku mulai mengambil tindakan jelas. Kupikir aku harus mulai berteman dengannya. Aku selalu menunggunya di depan kelas setiap habis pelajaran, dan hal itu membuat teman-teman sekelasnya sedikit ketakutan. Ia selalu menjadi orang terakhir yang keluar dari kelas karena aku, dan dengan itu aku bisa bicara dengannya. Hal itu sempat kulakukan beberapa lama, dan gadis itu tidak pernah menolakku. Ia selalu menanggapiku, bahkan kadang tertawa dengan obrolan tidak jelas yang kubuat. Aku tidak tahu apa ia juga menyukaiku atau tidak, namun kami menjalani pertemanan seperti itu hingga ia naik kelas dan kini aku berada di kelas tiga.

Selama berteman denganku, gadis itu sedikit dijauhi oleh teman-temannya padahal aku tidak bermaksud demikian. Aku mendengar banyak gosip di sekolah tentang diriku yang menyukainya dan kami yang berpacaran, namun setiap aku bicara dengannya ia tidak pernah menyinggung soal itu. Aku tidak tahu apa ada yang salah dengan otakku atau hatiku. Tapi aku tidak bisa mengungkapkan isi hatiku padanya. Gadis ini terlalu baik dan polos. Aku takut ia akan terluka karena aku. Dan semuanya berawal ketika aku memutuskan untuk membawanya ke apartemenku. Semuanya berawal dari situ.

“Sunbae, aku sudah membantumu menyalin semua catatan sejarah ini. Sisanya bisa kau kerjakan sendiri kan? Aku harus pulang karena aku harus mengikuti  les bahasa Inggris.” Ujarnya sopan lalu memberikan buku catatan padaku.

Aku tidak pernah memintanya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahku, namun kurasa ia cukup paham dengan prestasi burukku di sekolah. Aku tidak punya nilai yang memuaskan bahkan baik sekalipun dalam pelajaran selain matematika dan menggambar. Hanya di dua pelajaran itu aku bisa mendapatkan nilai terbaik tanpa harus berkonsentrasi belajar. Berbeda dengannya, gadis yang kusukai ini adalah gadis berprestasi dan selalu masuk peringkat tiga besar paralel di sekolah.

Sebelum ia menyentuh daun pintu apartemenku, aku meraih tangannya dan menciumnya. Awalnya ia terkejut, namun beberapa detik berikutnya kurasa ia mulai melunak dan memberiku balasan. Ia tersenyum manis ketika aku melepaskan bibirnya.

“Gomawo sudah datang dan membantuku mengerjakan catatan. Aku akan mengantarmu pulang.”

Sejak hari itu, hari di mana kami berciuman, aku merasakan suatu perubahan besar. Gadis ini bahkan memiliki inisiatif menemuiku lebih dulu. Terkadang ia membawakanku bekal makan siang, menungguiku latihan basket, dan mengirimiku pesan setiap malam. Aku tidak mengerti ada apa dengannya, namun rasanya aku sangat bahagia dengan itu semua. Aku tidak mengatakan padanya untuk menerimaku. Aku bahkan tidak melakukan pengakuan cinta seperti pasangan-pasangan lainnya. Namun semuanya terjadi secara alami.

“Dia mulai menyukaimu.” Ujar Eunhyuk. Dia adalah seorang bartender di bar yang sering kukunjungi. Eunhyuk sudah kuanggap seperti kakakku, seperti keluargaku sendiri, mungkin bisa dibilang dia adalah satu dari sedikit orang yang kupercaya di dunia. Lihat, bahkan aku menceritakan hal seperti ini padanya.

“Cho Kyuhyun, kau ini seperti anak kecil yang polos dan baru mengenal cinta. Kau benar-benar tidak tahu bagaimana wanita ya?” kata Eunhyuk lagi.

Ya, aku memang tidak tertarik dan tidak tahu bagaimana wanita. Sejak kecil, aku selalu bertemu laki-laki dengan seragam serba hitam yang mengelilingi rumahku 24 jam. Bahkan saat pindah ke Seoul, aku memiliki banyak urusan dengan laki-laki yang tidak kukenal dan mereka selalu mencoba menyakitiku tanpa aku tahu apa penyebabnya. Mungkin karena ayahku. Mereka adalah orang-orang suruhan dari musuh ayahku. Jadi, satu-satunya wanita yang kukenal dalam hidup adalah ibuku. Wanita yang saat ini sudah tenang berada di surga. Wanita terbaik yang selalu memberikan kasih sayangnya tanpa mengharapkan imbalan apapun dariku.

“Hei, gadis itu memang sudah menyukaimu sejak awal. Jika ia tidak suka padamu, apalagi jika ia mengetahui latar belakang keluargamu, kurasa ia sudah menjauhkan dirinya dari lama. Tapi ia menerimamu. Kurasa ia semakin yakin padamu karena kau menciumnya. Hei bodoh, ketahuilah. Hati pria dan wanita tidak terbuat dari material yang sama. Wanita memiliki hati yang lebih lembut dan perasa dari pria.” Eunhyuk membuyarkan lamunanku. Ia berbicara begitu banyak.

Oh, mungkin benar yang Eunhyuk bilang padaku. Lagipula Eunhyuk adalah bajingan yang sudah berpengalaman dengan banyak wanita. Setiap bulan ia bisa mengencani wanita yang berbeda-beda. Kurasa semua teorinya mendekati kebenaran.

Aku melihat handphoneku bergetar, dan sebuah pesan darinya. Seperti biasa, ia mengucapkan selamat malam dan mengingatkan agar aku tidak lupa mengerjakan tugas sekolahku. Tiba-tiba saja, aku ingin bertemu dengannya saat ini juga.

**

Minji terlihat begitu cantik. Padahal ia tidak berdandan dan hanya mengenakan kaos, celana piyama serta atasan jaket tipis karena aku memintanya bertemu di depan rumahnya. Rambutnya dikuncir kuda, dan ia terlihat sangat senang melihatku dengan motorku di depan rumahnya.

“Ada apa Sunbae? Sepertinya ada hal penting yang ingin kau sampaikan.” Tanyanya dengan wajah berbinar.

“Aku memikirkanmu. Sampai aku tidak bisa belajar.”

Minji terlihat mengatur ekspresi wajahnya. Benar kata Eunhyuk, gadis ini sepertinya menyukaiku. Ucapanku barusan berhasil membuat wajahnya sedikit berantakan.

“Aku, aku juga memikirkan Sunbae.”

Tanpa peduli ini sudah malam dan aku tengah berada di depan rumah seorang pengusaha ternama Korea Selatan, aku memeluk tubuh mungilnya dan menguncinya. Kurasakan kedua tangannya yang semula diam mulai memelukku dan ia mengaitkan kedua tangannya di punggungku. Wajah cantiknya bersembunyi di dadaku, dan aku mencium puncak kepalanya beberapa kali. Kami saling menatap kemudian. Ia terlihat mendongak karena aku memang jauh lebih tinggi darinya. Kudekatkan wajahku padanya, dan mengecup ringan bibirnya. Wajahnya terlihat memerah di depanku.

“Masuklah. Sudah malam. Maaf jika aku mengganggumu dan waktu belajarmu.” Aku mengusap kepalanya. Minji terlihat senang.

“Oh ya, lain kali pakailah high heels jika aku mengajakmu bertemu seperti ini, jadi kau bisa menciumku dengan mudah.”

Minji tertawa malu dan wajahnya semakin memerah. Ia masuk ke dalam rumahnya yang mewah dan besar dan aku berharap ia tidak akan mendapatkan teguran dari kedua orangtuanya. Betapa beraninya aku, mendatangi gadis ini ke rumahnya hanya karena aku merindukannya. Ternyata, laki-laki kuat juga harus mengalami hal romantis seperti ini.

————————————-

Hari ini aku bertengkar dengannya. Pertama kalinya aku membentak gadis ini dan ia menangis. Sebenarnya ini bukan kesalahannya, namun aku memang pria brengsek yang tidak bisa diatur. Semalam aku berkelahi lagi. Berkelahi dengan beberapa orang tidak jelas yang mencoba menghadangku di tengah jalan. Aku tahu mereka bukanlah orang-orang yang harus kukhawatirkan karena mereka hanyalah preman jalanan yang ingin meminta uang dariku. Namun kurasa mereka salah mencari sasaran, hingga akhirnya aku yang sendirian berhasil mengalahkan mereka yang bahkan berjumlah tiga orang. Satu dari mereka mengalami patah lengan, dan keluarganya melaporkanku ke polisi. Hal itulah yang membuat kami bertengkar.

“Sunbae, bisakah kau berhenti berkelahi? Apa aku harus mengobati wajah tampanmu ini setiap hari?” ujarnya saat mengobati lukaku di apartemenku.

“Aku tidak pernah mencari gara-gara duluan.” Jawabku dingin.

“Tapi tidak harus berkelahi. Kau bisa menghindari mereka dan bicara baik-baik.”

“Menghindar katamu? Aku ini laki-laki.”

Minji menghentikan pekerjaannya. Tapi memang ia sudah selesai memasang plester di rahangku. Wajahnya terlihat tidak senang.

“Kau mau kemana?”

“Pulang.”

“Bisakah kau tinggal sebentar dan bersamaku?” aku meninggikan nada suaraku. Karena itulah dia menangis. Minji mengambil tasnya kemudian keluar tanpa pamit padaku. Hatiku sakit melihatnya seperti itu. Aku tidak tahu apakah ayahku juga menghadapi wanita dengan cara seperti ini, namun aku memang pernah melihatnya membentak omma beberapa kali. Dan respon omma sama seperti Minji. Wanita hanya bisa menangis.

Kami saling tidak bicara selama beberapa hari, juga tidak saling menghubungi. Setiap berpapasan di sekolah, Minji mencoba menghindariku dan berpura-pura tidak melihatku. Aku mencoba untuk tidak membuat masalah apapun selama itu, bahkan aku tidak datang ke bar Eunhyuk untuk minum seperti biasa karena tidak ingin terlibat masalah saat di jalan. Aku mencoba mengerjakan tugas sekolahku di apartemen, dan memikirkan Minji. Aku merindukan gadis itu.

Hingga malam itu, saat aku hendak keluar membeli ramen untuk makan malam, aku melihat beberapa orang laki-laki yang sedikit lebih tua dariku sedang mengerjai seorang gadis. Sepertinya gadis itu membawa mobil. Amarahku tersulut ketika mengetahui jika gadis itu adalah Minji. Aku tidak tahu apa yang dikerjakan gadis itu di jam yang seharusnya dia sedang belajar di dalam kamarnya. Aku menghampiri gerombolan laki-laki pengecut itu dan memukul mereka tanpa ampun. Aku bisa mendengar Minji beberapa kali berteriak saat mereka berhasil memukul dan mengenaiku. Namun seperti yang kubilang, mereka hanya pengecut dan selamanya akan begitu. Lagipula mereka bukan musuh ayahku yang harus kukhawatirkan.

“Sunbae..” Minji terisak.

Ternyata Minji sengaja datang untuk menemuiku. Sayang sekali mobilnya mati beberapa blok sebelum sampai di apartemenku, dan ia diganggu oleh para pecundang itu. Kawasan itu memang sedikit rawan dan wajar saja saat melihat seorang gadis cantik apalagi membawa mobil para preman di sana akan beraksi.

“Jika saja kau menelponku, aku akan datang padamu. Tidak usah sampai kau datang tengah malam ke rumahku.” Ujarku dingin.

“Sunbae, aku merindukanmu.” Tiba-tiba kurasakan kedua tangan kecilnya memelukku dari belakang. Ia menangis lagi. Tentu saja, ia baru saja melihatku berkelahi lagi.

“Hei, berkelahi adalah salah satu cara laki-laki menyelesaikan masalah. Aku lupa mengatakan ini padamu waktu itu tapi kau sudah keburu kabur dan menangis.”

Aku melepaskan pelukannya, kemudian menyeret tangannya pelan agar duduk di sofa apartemenku. Aku memberikan satu cup ramen yang sudah matang padanya. Minji menatapku dengan air mata yang belum mengering.

“Makanlah. Maaf aku tidak punya makanan enak lain.”

Gadis ini menurut, dan perlahan ia terlihat lebih tenang setelah makan. Aku juga merasa lebih baik setelah menelan ramen ini, karena perutku memang sangat lapar sejak sore tadi.

“Sunbae, ayo besok pergi ke gereja bersamaku.”

“Mwo?”

“Kau jarang pergi ke gereja kan? Ayo besok kita ke gereja bersama. Dan mulai hari Minggu besok, kita akan selalu ke gereja bersama-sama.” Minji mulai tersenyum seperti biasa.

“Mengapa kau tiba-tiba mengajakku?’

“Ani. Aku selalu pergi ke gereja sendirian. Tapi Minggu kemarin saat kita bertengkar, aku datang dan melihat banyak gadis datang dengan kekasihnya. Aku mau mengajak Sunbae. Sunbae, kau mau kan meluangkan waktumu untuk pergi ke gereja setiap minggu denganku?”

—————————-

Ternyata seorang wanita benar-benar menghargai hal-hal kecil dan sederhana. Yang kutahu, gadis-gadis keturunan orang kaya di sekolah seperti Minji sangat berbeda. Namun gadis ini sangat baik, sederhana, dan punya jiwa sosial yang tinggi. Hari ini Minji mengajakku ke gereja, kemudian pergi ke panti asuhan dan ia beramal di sana. Saat kutanya, Minji bilang ia suka menolong orang. Ia memakai kekayaan orangtuanya untuk hal-hal yang positif. Untuk itulah ia memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, cita-cita yang mulia. Ya, kali ini aku sedikit tertarik karena Minji yang mengatakannya. Gadis ini bisa membuat hal-hal yang tidak menarik di mataku sebelumnya menjadi menarik karenanya.

“Sunbae, sebentar lagi kau akan ujian akhir. Kau akan meneruskan kemana?”

Aku tercengang dengan pertanyaannya. Aku bahkan tidak pernah berpikir apa yang akan kulakukan setelah lulus. Aku tidak seperti Minji, tidak seperti dirinya yang sudah memiliki cita-cita dan impian. Hal ini membuatku sedikit kehilangan rasa percaya diriku. Bahkan aku tidak tahu apakah ayahku masih peduli atau tidak pada masa depanku. Mungkin ayah ingin aku menjadi penerusnya, namun aku sudah kehilangan minatku sama sekali.  Sementara Minji, ia punya keluarga yang mendukungnya untuk menjadi orang yang sukses. Sangat berbeda denganku. Apakah aku pantas berada di samping gadis ini? Tiba-tiba saja di benakku terpikir hal seperti itu.

—————————-

Aku memperhatikan diriku sendiri pada kaca besar di kamarku. Aku baru menyadari jika diriku ternyata sangat mempesona dan tampan  jika kubandingkan dengan anak laki-laki lainnya di sekolah. Minji pasti akan sangat bangga menggandengku malam ini, dan aku yakin dia juga pasti akan sangat cantik. Rasanya tidak sabar melihatnya. Lihatlah, selama aku bersekolah di SMA Yumkwang, tak pernah sekalipun aku tertarik untuk menghadiri pesta seperti ini. Sudah beberapa kali aku melewatkan pesta couple dalam rangka ulang tahun sekolah. Namun karena kali ini aku punya Minji, dan ia ingin datang bersamaku, aku menyanggupinya.

**

Aku melihatnya. Ia menangis, menangis dalam balutan gaun cantik berwarna cream yang seharusnya juga membuat wajah cantiknya tersenyum. Namun kini ia terlihat sangat menyedihkan dengan gaun itu, sama menyedihkannya denganku. Aku menghampirinya, berjongkok di depannya yang duduk sendirian si bangku taman sekolah yang sepi saat malam hari seperti ini. Ia mulai menyeka air matanya.

“Mian.” Hanya itu yang bisa kukatakan. Minji kembali menangis, ia bahkan tidak mau melihatku. Matanya terpejam. Aku menyentuh pundaknya yang tak tertutup apapun. Rasanya tidak tega melihatnya kedinginan, bahkan tulang selangkanya membuatku tidak bisa berkonsentrasi dengan benar. Aku membuka jasku, kemudian menyampirkan pada bahunya yang terbuka. Aku memegang kedua tangannya.

“Sunbae..” ia melihatku, masih terisak.

“Maafkan aku. Orang-orang itu menghancurkan semuanya.”

“Siapa sebenarnya mereka? Mengapa mereka terus saja menyakitimu?”

Aku diam. Aku tidak mungkin mengatakan kebenarannya pada Minji jika orang-orang itu adalah musuh ayahku. Mereka ingin menghancurkan ayahku, Cho Seunghwan, mafia yang sangat ditakuti di Busan. Jika aku mengatakan siapa diriku yang sebenarnya, mungkin saja Minji akan menjauhiku, seperti anak-anak lainnya.

“Sunbae, ada apa sebenarnya? Mengapa hidupmu begitu sulit?’

“Bukan apa-apa.”

“Kalau begitu, kita putus saja.” Minji ingin melepaskan tanganku, namun aku menahannya.

“Lepaskan aku sunbae. Aku lelah. Aku lelah karena terus mengkhawatirkanmu. Aku sedih melihatmu terus terluka tapi kau tidak mau memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi. Kurasa jika kita putus, aku akan berhenti mengkhawatirkanmu dan aku bisa berhenti menangis.”

“ANI.” Aku mempererat genggamanku, menatapnya tajam. Jadi selama ini Minji memang tidak mengetahui apapun. Kurasa tidak ada yang benar-benar memberitahunya tentang kehidupanku dan latar belakang keluargaku. Kurasa lebih baik aku mengatakannya. Setidaknya jika setelah ini ia memang meninggalkanku, ia akan meninggalkanku karena sebuah alasan yang jelas.

“Aku akan mengatakannya padamu. Tapi jangan lepaskan tanganku sebelum aku selesai bercerita.”

Minji hanya menatapku, namun kulihat ia mengangguk pelan.

“Ayahku adalah seorang mafia di Busan. Aku pindah ke Seoul karena tidak ingin hidup sepertinya. Namun musuh-musuh ayahku terlalu banyak, hingga mereka juga selalu berusaha menyakitiku agar ayahku terpancing. Aku tahu ayahku mengirimkan orang-orangnya untuk mengawasiku, karena itu tak ada satupun dari mereka yang bisa menyentuhku lebih jauh.”

Aku menarik nafasku sejenak, dan Minji terlihat mencerna ucapanku.

“Itulah mengapa orang-orang tidak mau berteman denganku. Sejak awal pindah ke Seoul aku sudah berkelahi dan menyakiti orang. Belum lagi mereka tahu statusku, siapa ayahku. Tidak ada yang benar-benar tulus berteman denganku.”

Di luar dugaan, Minji melepaskan tanganku dan memeluk leherku. Aku masih bisa mendengarnya terisak.

“Aku mau berteman denganmu, Sunbae. Aku tahu siapa ayahmu karena anak-anak juga sering membicarakan itu. Aku hanya tidak tahu jika kau sering disakiti oleh mereka yang membenci ayahmu. Aku tidak tahu jika kau mengalami hal yang sulit seperti ini.” Aku diam mendengarkannya.

“Kau tahu? Hari ini kau sangat mengecewakanku. Aku sengaja berdandan sangat cantik, aku bahkan memakai high heels seperti permintaanmu agar aku bisa menciummu lebih dulu. Aku menunggumu hingga pesta hampir selesai tapi kau tidak kunjung datang. Rasanya sakit sekali.” Minji terisak lagi.

“Jika aku tahu kau terlambat karena harus membereskan mereka, mungkin aku tidak akan sekecewa tadi. Tapi mendengar ceritamu barusan, membuatku sangat takut. Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu, Sunbae?”

Aku memeluknya. Aku tidak mau kehilangan gadis ini. Sekarang bahkan dia menangisiku.  Aku merasakan hidupku berubah banyak semenjak mengenalnya. Bagaimana agar dia tidak menangis lagi karena aku?

————————————

Aku tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Inilah yang kutakutkan sejak awal apalagi setelah mengetahui latar belakang gadis yang kucintai.

Tadi sore, beberapa pria menemuiku di apartemen dan mengajakku bicara. Mereka memintaku untuk putus dari Minji dan berhenti mengikuti gadis itu.

“Maaf jika kami lancang telah memperingatkanmu. Kami tahu siapa yang sedang kami ancam.”

“Tapi kau benar-benar harus menjauh dari Nona muda. Jika kau terus berada di dekatnya, Nona muda akan turut berada dalam bahaya. Apa kau tahu? Di luar sana mereka juga tengah berencana untuk mencoba menyakiti Nona kami.”

“Tuan besar hanya mencoba melindungi putrinya. Jika kau tersinggung dan memutuskan untuk mengadu pada ayahmu, Tuan kami juga sudah mempersiapkan orang-orangnya untuk menghadapi orang-orang kalian. Tapi kami tetap berusaha menyampaikannya dengan cara damai, kami harap kau bisa mengerti tujuan kami. Tolong jauhi Nona Kang, demi kebaikan kalian.”

Aku memikirkan perkataan mereka hingga kepalaku mau pecah. Tapi mereka benar, jika aku terus egois, itu akan menyakiti Minji. Lagipula, Minji masih punya banyak impian dan masa depan. Ia tidak sepertiku. Hidupnya berbeda denganku. Mungkin keputusan untuk melepasnya adalah hal yang menyakitkan, namun kurasa untuk saat ini itulah yang terbaik.

**

Setelah ujian akhir selesai, aku tidak pernah muncul di sekolah. Aku tinggal di tempat Eunhyuk karena aku yakin gadis itu pasti akan mencariku ke apartemen. Aku juga tidak datang ke sekolah saat upacara kelulusanku. Aku benar-benar berusaha agar tidak mencarinya, karena jika aku bertemu dengannya lagi, bisa jadi ia akan membuatku mengubah keputusanku yang sudah bulat.

Hari ini, aku datang ke sekolah di senja hari, di saat orang-orang tengah menikmati libur akhir semester mereka. Aku datang hanya untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal di lokerku. Tak ada lagi surat-surat dan hadiah menjijikkan semenjak gadis-gadis itu tahu jika aku berkencan dengan Minji. Namun kali ini, aku menemukan sesuatu di lokerku. Sebuah selebaran, sebuket bunga yang sudah mengering, dan juga sebuah surat.

“Sunbae, apa kabarmu?

Aku harap kau baik-baik saja, meskipun aku tahu pasti di wajahmu akan selalu ada memar baru. Aku mengijinkan memar-memar itu karena mereka akan pergi seiring waktu. Namun kumohon, jangan biarkan luka-lukanya bertambah karena itu bisa menghapus ketampananmu.

Sunbae, kau jahat sekali padaku. Kau pergi tanpa mengucapkan perpisahan padaku. Aku sedih, aku menangis setiap hari memikirkanmu, tapi aku berusaha mengerti karena aku yakin kau selalu punya ribuan alasan yang mungkin tak bisa kau sampaikan padaku. Aku tahu, hidupmu sulit.

Aku menunggumu di hari upacara kelulusanmu, tapi kau tidak datang. Jadi kutitipkan saja bunga yang kubawa di lokermu. Selamat, Sunbae akhirnya kau lulus. Aku ingin sekali mengambil nilaimu dan melihatnya lalu memberikannya padamu namun sepertinya kau sudah bekerja sama dengan pihak sekolah agar nilaimu bisa dikirim langsung padamu. Tapi bagaimanapun, aku tahu semua nilaimu pasti buruk kecuali matematika dan menggambar. Ah, aku menangis saat menulis ini.

Aku berikan selebaran padamu, ada kompetisi melukis yang hadiahnya kurasa akan sangat berguna untukmu. Sunbae, hasil gambarmu sangat bagus. Kau bisa menjadi pelukis hebat. Cobalah temukan impianmu. Lakukan apapun yang kau suka untuk menemukan masa depanmu. Jika kau mau, kau harus meneruskan sekolahmu dan ambilah kuliah di jurusan seni.

Sunbae, maaf jika aku cerewet dan bertingkah seolah aku berhak mengaturmu. Aku bertingkah seperti istrimu. Terus terang, aku memimpikan suatu hari bisa menikah denganmu.

 Terlalu banyak hal yang ingin kukatakan jika saja aku bisa bertemu langsung denganmu. Tapi aku lelah. Menulis di sini juga rasanya sangat berat. Karena aku menangis, aku bahkan lupa apa saja yang ingin kukatakan padamu. Seharusnya aku memberimu sebuah buku diaryku, jadi semuanya bisa tertulis lebih jelas.

Sunbae, aku tidak tahu apa kita masih bisa bertemu lagi setelah ini. Aku tidak tahu kau ada di mana sekarang, tapi aku yakin kau akan datang dan menemukan surat ini di lokermu. Aku akan menjalani tahun terakhirku di sini, dan aku harap kau bisa datang menemuiku di sekolah. Atau mungkin bolehkah aku berharap bisa bertemu denganmu di suatu tempat meskipun secara tidak sengaja? Kenapa aku jatuh cinta pada orang yang begitu misterius? Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentangmu. Oh ya, aku pasti akan menjadi seorang dokter yang sukses. Jika seandainya nanti kau rindu padaku, datanglah berobat padaku saat kau sakit. Aku akan menyembuhkanmu dan kita akan bicara lagi ^^

Sunbae, aku meninggalkan nomor ponselku. Aku sebisa mungkin tidak akan menggantinya. Jadi jika kau merindukanku, cobalah hubungi aku. Aku takut, jadi aku meminimalisir kemungkinan kita tidak bisa berhubungan lagi. Hmm.. kurasa tidak ada lagi yang bisa kutulis. Jika kau enggan menemuiku  di  sekolah, aku ada di gereja yang sering kita datangi setiap hari minggu pagi. Datanglah. Aku harap bisa bertemu sunbae di sana.

Sunbae, aku mencintaimu,

-Kang Minji-

Sial. Mataku basah karena gadis ini. Bagaimana ini?  Jika bukan karena takut dia tersakiti lebih dalam karena aku, aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Hah, apakah laki-laki kuat seperti yang dikatakan ayahku adalah seperti ini? Aku justru merasa sangat lemah sekarang.

———————————-

SEOUL, 2012

Hari ini adalah natal, dan aku sudah kembali pulang ke Seoul. Aku datang ke gereja yang biasa kudatangi dengannya dulu untuk mengikuti perayaan. Salju memenuhi Seoul akhir-akhir ini, jadi aku memakai coat dan pakaian serba hangat.

Begitu banyak orang di gereja hari ini. Aku mengamati banyak orang, dan setiap kali melihat gadis dengan perawakan kecil, rambut panjang, dan mata bening hatiku rasanya ingin meloncat keluar. Sejak menghilang darinya, tepatnya sebelum aku memutuskan meninggalkan Korea, sesuai permintaannya jika sempat aku selalu datang ke gereja setiap Minggu pagi, dan melihatnya dari kejauhan. Andai saja Minji tidak diawasi orang-orang ayahnya, mungkin aku sudah menghampirinya. Ia terlihat semakin cantik dari hari ke hari. Namun di tahun ketika aku akhirnya memutuskan untuk pergi,  ia tak lagi muncul di gereja. Kurasa Minji dan keluarganya pindah rumah, atau mungkin ia yang pergi ke luar kota. Aku merasa kehilangan nafasku karena hal itu. Tapi aku yakin, kini Minji sudah tumbuh menjadi gadis yang dewasa. Ia kini sudah menjadi seorang dokter muda, sesuai dengan cita-citanya.

“Sunbae.”

Aku menoleh. Tubuhku bagaikan disengat listrik. Gadis yang kupikirkan kini ada di depanku. Rambutnya yang hitam dibiarkan tergerai, ia mengenakan coat berwarna cokelat dan stocking hitam hangat serta flat shoes. Wajah cantiknya dipoles make up tipis. Wajahnya tidak terlihat gembira. Apakah ia terkejut karena melihatku lagi?

“Kang Minji..”

“Sunbae mencariku?”

Aku menelan ludahku. Aku memang selalu datang kemari dengan harapan aku akan bertemu dengannya lagi.

“Ne. bogoshippo. Apa kabarmu?”

“Nado. Apakah menurutmu aku terlihat baik-baik saja?”

Aku tersenyum kecil melihatnya. Ia juga merindukanku. Setidaknya Ia tidak melupakanku.

“Sunbae, minggu depan aku akan bertunangan dengan seseorang. Jika kau masih ingin bersamaku, kumohon datang dan gagalkan pertunangan itu.”

Aku menelan ludahku. Pahit. Apa dia tengah menipuku? Mengapa dia tiba-tiba menyampaikan hal semacam ini? Ia bahkan baru melihatku setelah sekian lama. Apakah ini alasan mengapa wajahnya tidak terlihat senang?

“Mengapa kau diam? Sunbae.. aku tahu kau menungguku. Aku tahu kau menginginkanku. Jadi kumohon, jangan biarkan aku terikat dengan pria yang bahkan tidak kucintai. Sunbae.. kumohon..”

Aku melihat matanya berkaca-kaca. Aku tahu gadis ini pasti tidak punya pilihan. Ia adalah anak tunggal dan ayahnya pasti sudah menyiapkan yang terbaik untuknya.

“Sunbae, aku harus pulang. Pria itu menungguku di mobil. Jangan lupa. Aku masih menunggumu. Annyeong.” Minji mendekat, memelukku sebentar. Lalu ia pergi.

Haruskah? Haruskah kali ini aku melakukannya?

———————————–

Eunhyuk terlihat sedang membersihkan meja bar karena sebentar lagi tempat ini akan tutup. Pandanganku rasanya mengabur. Aku terlalu banyak minum. Sudahlah, toh pertunangan itu sudah terjadi beberapa jam yang lalu, dan aku hanya membuang-buang waktuku dengan berpikir dan minum seharian di bar. Mereka baru bertunangan kan? Mereka bukan menikah. Aku akan menggagalkannya lain kali. Aku akan menggagalkan pernikahannya dan akulah yang akan menjadi mempelai prianya hari itu.

SEOUL, Desember 2013

Aku sangat bersemangat, hari ini adalah peresmian sekaligus pembukaan galeri lukisanku. Akhirnya aku membuktikan pada ayah dan juga diriku sendiri, dan semua ini juga berkat saran seseorang. Jika ia tahu, ia pasti akan tersenyum bahagia. Cho Kyuhyun bukan lagi seorang bajingan dan tukang kelahi. Cho Kyuhyun yang sekarang adalah Cho Kyuhyun yang sudah memiliki masa depan. Aku juga mengundangnya hari ini. Aku masih menyimpan nomor handphonenya, dan aku mengirimkannya pesan sekaligus undangan khusus agar ia datang menghadiri pembukaan galeriku. Ia benar-benar menepati janjinya, ia tidak mengganti nomor handphonenya. Lagipula,  berita pembukaan galeri lukisanku sudah tersebar ke seluruh pelosok Korea. Aku yakin, ia akan mendengarnya. Jika ia datang, ia akan menjadi undangan spesialku. Aku punya sesuatu untuk kutunjukkan padanya.

Begitu banyak orang yang datang hari ini, dan mereka semua mengagumi hasil karyaku. Benar kata Minji, jika melakukan hal yang kau sukai, rasanya sangat menyenangkan. Andai saja aku menyadarinya sejak dulu. Kurasa ayahku bahkan kini  bangga padaku.

“Sajangnim, seorang wanita mencari anda. Ia bilang teman lama anda.”

Aku tersenyum. Aku tahu ia akan datang. Jika aku tak bisa menemuinya, ia pasti akan menemuiku. Itu artinya, Minji memang masih menungguku. Sekarang aku sudah lebih baik dan lebih percaya diri untuk menemuinya. Aku sudah memiliki masa depan dan hal membanggakan untuk kuperlihatkan padanya.

“Sunbae..” ia tersenyum, seperti biasa. Ia terlihat cantik dan lebih berisi. Ia datang dengan penampilan yang tidak jauh berbeda dengan tahun lalu saat aku terakhir kali melihatnya di gereja. Hanya saja kali ini ia memakai coat berwarna abu-abu, syal, dan high heels. Bibirnya dipoles warna merah agak pucat, dan rambutnya yang kini lebih pendek sedikit melewati bahu dibiarkan tergerai. Ia terlihat anggun dan cantik. Minji adalah seorang dokter, bukan lagi gadis SMA yang dulu bersamaku.

“Akhirnya kau datang. Aku menunggumu. Ayo ikut aku, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu.”

Aku menggandengnya. Tangannya sedikit bergetar. Mungkin karena udara di luar begitu dingin meskipun belum turun salju. Desember selalu seperti ini. Sesekali kupandangi wajahnya dan ia terlihat menahan tangis karena terharu. Namun ia tersenyum.

“Masuklah.”

Minji melangkahkan kakinya ke ruangan ini, satu lagi ruangan di galeri ini yang belum aku buka untuk publik. Aku sengaja menundanya karena ingin Minji melihatnya terlebih dulu. Minji terlihat takjub. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Aku tahu ia terharu.

Ruangan ini semuanya berisikan wajahnya. Wajahnya yang selalu menjadi inspirasiku sejak awal aku bertemu dengannya. Aku melukisnya kapanpun aku memikirkannya. Dan semakin lama rasa rinduku semakin membuatku gila karena membayangkannya.

Minji mendekati salah satu lukisan tentangnya. Menyentuhnya. Di lukisan itu ia terlihat sedang duduk dan mengobati seorang bajingan yang hobi berkelahi.

“Kau bahkan membuat ini. Aku hampir lupa jika dulu aku sering kerepotan karena ini.” ujarnya dengan suara pelan.

“Itu pertemuan pertama kita. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak kau mengobatiku waktu itu.” aku berkata jujur.

“Sunbae.. gomawo. Kau tidak melukisku saat aku telanjang kan?” ia terlihat menarik nafasnya. Wanita ini kenapa masih cengeng dan gampang menangis. Namun pertanyaannya membuatku terkekeh geli. Mungkin ia mencurigaiku karena aku berimajinasi banyak tentangnya. Aku membayangkan apapun yang ia kerjakan dan menuangkannya di atas kanvas.

“Aku punya. Tapi kusimpan sebagai koleksi pribadi. Aku tidak mau orang-orang melihatnya.” Aku tersenyum dan ia tertawa kecil, menepuk lenganku.

“Kang Minji, aku minta maaf. Selama ini aku bersembunyi. Aku tidak bermaksud mengabaikanmu. Aku hanya.. aku ingin melindungimu. Aku takut mereka akan menyakitimu karena tahu aku sangat menyayangimu. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukan itu demi melihat kehancuranku.” Aku mengambil kedua tangannya. Mata gadis ini berkaca-kaca.

“Aku tahu. Sempat terpikir olehku.”

“Tapi sekarang tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku sudah bukan Kyuhyun yang dulu lagi. Oh ya, aku benar-benar mengikuti audisi yang kau beritahukan dan aku memenangkannya. Aku bahkan sempat pergi ke Eropa selama satu tahun.”

“Ne. aku tahu. Dan aku sempat berpikir kau sudah melupakanku.” Aku tersenyum mendengar pengakuannya. Perlahan kuambil sesuatu dari saku jasku, kemudian membuka kotak kecil itu di hadapannya.

“Aku tidak mungkin melupakanmu. Sekarang kau sudah disini. Kau mau menerimaku kembali kan? Aku sudah berhenti berkelahi. Kau tidak perlu mencemaskanku lagi.”

Minji menangis. Air mata mengaliri kedua pipinya. Namun wajahnya tetap tersenyum. Ia menatap cincin emas putih yang kuperlihatkan. Kurasa itulah penyebab utama air matanya mengalir. Kulihat ia kemudian menggeleng pelan.

“Sunbae.. maafkan aku. Aku selalu menemuimu di saat yang tidak tepat dan selalu membawa beban untukmu. Tapi, aku akan menikah setelah natal bulan ini. Dan aku ingin kau datang.”

Habislah aku. Kurasa aku bermimpi buruk. Rasanya seperti disambar petir.

“Kau.. tidak sedang mengerjaiku, kan?”

“Tahun lalu saat aku bertemu denganmu di gereja, aku benar-benar berharap banyak padamu. Aku pikir kau masih menungguku hingga aku memintamu melakukan hal gila waktu itu. Namun kau tidak datang. Dan sejak saat itu, aku mulai putus asa dan aku mulai belajar untuk melupakanmu.”

“Begitukah..”

“Sunbae. Tahun lalu aku memintamu datang untuk menggagalkannya. Namun kali ini, aku benar-benar memintamu untuk datang sebagai tamu undanganku. Sebagai orang yang akan memberkati pernikahanku.”

“Kau.. serius? Tidak bisakah aku menggagalkannya? Aku akan melakukannya kali ini. Aku janji.”

Minji menggeleng lemah. Ia menarik tanganku pelan  dan membawanya masuk ke dalam coat yang dipakainya, hingga tanganku kini menyentuh permukaan perutnya yang masih tertutup kaos. Aku mencoba untuk menampik pikiran negatifku namun ini adalah kenyataan. Aku hanya bisa menatapnya lemah, dan kurasa sekarang akulah yang benar-benar akan menangis.

“Maafkan aku, sunbae. Aku tidak bisa menjaga diriku. Aku tahu kau akan kecewa. Tapi bayi di dalam  perutku ini tidak memungkinkan pernikahan itu untuk digagalkan. Mian..” Minji menangis. Matanya terpejam menahan agar air matanya tidak jatuh semakin banyak.

Aku menurunkan tanganku dari perutnya. Aku memeluknya, dan aku menangis. Pertama kalinya aku menangis di depan orang lain. Biar saja, biar dia melihat betapa lemahnya aku. Aku lemah tanpa dirinya.

“Aku mempersiapkan ini semua untukmu. Haruskah seperti ini?”

“Mian. Aku mencintaimu, sunbae. Tapi aku tidak pernah tahu jelas bagaimana perasaanmu terhadapku. Aku menunggumu. Tapi kau tidak pernah benar-benar mencariku. Aku lelah..”

“Seharusnya aku mengatakan ini sejak awal. Seharusnya aku memberitahumu bahwa aku benar-benar menginginkanmu. Maafkan keterlambatanku. Saranghae..”

Minji menatapku. Pipinya basah karena air mata. Semenderita inikah dia? Dan mengapa aku masih saja membuatnya menangis di saat-saat dimana seharusnya ia bahagia. Apakah hanya ini yang bisa kulakukan untuknya? Aku hanya bisa membuatnya sedih dan menangis, tanpa bisa memberikan sedikitpun kebahagiaan untuknya.

 “Sunbae, aku akan menyimpan perasaanku. Aku sedang berusaha mencintai calon suamiku. Ia lelaki yang hebat, meskipun ia tidak sehebat dirimu.” Setelah berkata demikian, ia menciumku. Ciuman terakhir kami.

While struggling to find you who cannot be seen, while struggling to hear you who cannot be heard

I (can) see things that couldn’t be seen before, I (can) hear things that couldn’t be heard before

After you left me, I have grown a power I didn’t have before

The selfish me who only thought about myself, the unmindful me who didn’t know your feelings

I can’t believe myself that I have changed this much, your love still moves me like this

If I just think, I can fill the world with only you

Because one snowdrop is one tear drop that belongs to you

One thing I can’t do is making you come to me, I hope I don’t have this miserable power

Stop the time, go back to you, I open this book of reminiscence and open your page

I’m in there, together with you

The very small and weak person, your love

Like this for everything (my whole life), changed it (the whole world)

Me, who didn’t know love was something to be thanksfull,

Me, who thought it was the end if it ended

To the very image that you wanted, I fix myself everyday

I think my love will continue to be everlasting

But, the thing that I met in that winter……

(Miracle in December – EXO)

———————————-

Tahun itu, bulan Desember, musim dingin. Minji benar-benar menikah dengan pria pilihan orangtuanya. Seorang eksekutif muda yang gagah, dan sepertinya pria itu memang bisa membahagiakan Minji. Aku menghadiri pernikahannya dengan jiwa yang sangat tegar. Tak kusangka, itulah hadiah natal yang kudapatkan tahun itu. Aku memulai kehidupan baruku sebagai seorang pelukis ternama, dan sekaligus melepaskan cinta pertamaku untuk selama-lamanya. Sungguh di luar rencanaku, padahal aku berencana menjadikannya hadiah atas kesuksesanku. Namun pada akhirnya, hatiku membeku bersama salju yang turun di musim dingin terburuk dalam hidupku.

Bagaimanapun juga, sebesar apapun penyesalanku, Minji tetap adalah hal terbaik yang pernah kutemui dalam hidup. Dia mengajarkanku banyak hal, mengajariku rasanya mencintai dan menyayangi, dan aku sangat berterima kasih padanya. Karena setelah mengenalnya, setidaknya aku tidak menjalani kehidupan sebagai lelaki yang keras seperti ayahku. Aku terbebas dari bayang-bayang ayahku dan aku bisa mencapai apa sesungguhnya impianku, meskipun tanpa dia yang seharusnya di sisiku melengkapi semuanya.

END-

Wooh,, fanfic kilat sehari jadi. Andaikan nulis FF sekuel lain juga bisa sekilat ini.

Buat non EXO stan yang baca dinikmati aja storynya yaa,, biarpun sebenernya akan lebih dapet feelnya kalo dengerin lagunya. Aku ngetik ini juga sambil dengerin lagunya hehe~~

Gatau kenapa kepikiran ide macem gini buat Kyu version. Dan aturan kesepakatan rapat para author adalah tidak ada happy ending jadi memang pasangan-pasangan mesti dicerai berai sementara kkkk~~ sorry kalo kurang memuaskan, maklum kilat dan aku ga bakat bikin genre sad ending huhuhu

ThanKYU for reading yaaa~~ ditunggu story lain bakal tetep aku update kok J

 

 

 

 

 

 

54 thoughts on “[Kyuhyun Version] Miracle in December

  1. onnie T____T
    ga tega bacanya… Apa kalian gini pas baca FF ku kmaren ya??
    Ga tega nyakitin oppa T___T
    kasian banget kyu nya .. dia ga bisa ngelakuin apa2 untuk ceweknya.
    untuk kang minji yang karakternya disini lugu huhuhu.
    seniman kyu yang pecundang kayak hyuk yang pecundang di FF kmaren.
    ga bisa apa2 ngelakuin untuk jodoh masing2.
    dan onnie pake eunhyuk untuk penjaga bar nya aaak makasih sudah memilih dia sebagai cast bartender. wakakakaka. dan tetep peran Hyuk always plaboy T____T
    hhhh miracle in december ini …
    sakit.

    ditunggu tulisan author yang lain ^^
    aku ngepost ini sambil baca sambil denger lagu exo. nyebak.
    good luck thor!!

    Suka

    • ga nemu yg cocok buat kerja di bar selain si hyuk xDD
      playboynya kentel~~

      iyaaaaa FFmu yg itu jg bikin mewek!
      tp yg kudu disalahin emg lagunya.
      ini jg bs sehari jd bikin gr2 full repeat satu lagu doank kkk

      Suka

  2. ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
    Habis ff daydreammu ff ini juga sukses bikin gue nyebak bo ㅠㅠ.
    Simple tapi awal kisahnya manis. Suka banget ama karakter kyu n minji disini dapet feelnya.

    Duh pokoknya gue spechleesss ㅠㅠ
    Besok2 ga usah aja kali ya ada perjanjian buat ff nyesek ending kayak gini. Ga tega nyakitin oppars. T.T

    berusaha ga nangis tapi ujung2nya cang mewekkkk

    Suka

  3. Trus gue mesti gimana sama ini :(((((
    Trus gue mesti gimana thorssi (?)

    Gue lg terombang ambing di selat bali baca ini makin terombang ambing TT /ok lebai
    Intinya kyu telat n terlalu sibuk nyari pembuktian diri..walopun dia lakuin itu jg biar dia bisa sama minji..biar orang gk ngeliat dia cuma sebagai anak mafia TT
    TAPI TETEP AJA GUE MAKAN HATIIIIII /kunyah qtela
    TTTTTTT
    Pengen ceburin tunangannya minji..seenaknya aja nabur benih..emang dikira yg dititipin sepenuhnya mau? TTTT

    Suka

    • lmao komen terakhir bikin ngakak!!
      haha you should asking semua cwe yg hamil tanpa rencana. ’emang yg dititipin sepenuhnya mau?’
      omg kata2nya xDD
      sbnrnya lelaki itu adalah maskrisss kkk

      Suka

  4. bener2 nyesek banget baca ff ini..
    kirain kyu sama minji..
    ternyata T_T
    andai saja kyu datang waktu itu..
    jadi kepikiran gmn nasib kyu setelah itu..

    Suka

  5. KOK JADI GINIIII TTTTTTT
    speechless..
    Huhu
    Oh emg hasil rapat ga bole ada happy endig ya?
    :((
    Syedih..
    Innie pedalem kyuhyunnya gak ada pasangannya ditinggal minji..
    Gimana kalo adain psrt 2 sama yoora aja?
    >><<
    Daebak!

    Suka

  6. ohhh ya ampun.. nyesek banget thorrr… kasian kyuhyun. dia sih kelamaan ngungkapinnya..jadi nyesel kan 😦
    btw salam kenal author author yang ada disini. aku new reader nih 😀 haha

    Suka

  7. gatau ini ekspressi apa yg aku keluarkan..
    aku baru mendingan dari sakit thypus dan baca ini ff yg endingnya gg enak.
    nyesek jadi minji nya kyu kebiasaan bgt kelamaan mikir ni problem bnyk cowok kyknya kasian cewek2 yg nunggu kalian tau!!
    eh ini yg bikin penasaran siapa pria yg nikahin minji???sengaja gg dirilis ya pria2 pengganti para pasangan???
    yuuuu ditunggu ya ff yang ada sunggyu nya, hohohoho XD

    Suka

  8. huhuhu.. author tanggungjawab nih bikin reader nangis bombay kayak gini. :’)
    sedih n nyesek deh bacany..
    penyesalan emg biasany dateng terlambat.
    kasihan banget sih kyuhyun nunggu bertahun-bertahun buat bisa buktikan dia bisa sukses buat minji eh pas dia udah sukses dia malah akhirny nda bisa dapetin minji.
    sedih ah eonnie. 😦

    Suka

  9. dri smua ff yg miracle desember ini yg paling paling bikin aq nyesek nangis bombay deh 😥

    Minji yg bsa ngerubh kyuhyun jdi lbh baik lg .knapa kmu lama bgettt kyu ngebuktiinnya jdi gni dh akhirnya akh kmu pngecut bgt ..

    Yg bkin aq nangis min pas kyu mau nglamar mnji truz dia yg nyentuhin tngan kyu k’perutnya oh my god nyesek bgt itu min sumpahh ini ga brenti nangis T_T

    Suka

  10. KYUHYUUUNNN NIE TERLALU BANYAK MIKIR…
    TERLAMBAT SEMUA KAN JADINYA ..
    UJUNG2NYA KAMU GAK BISA DAPETIN APA2..
    WALAUPUN SEKARANG UDAH SUKSES TAPI GAK AKAN SEPENUHNYA BISA BUAT BAHAGIA..
    SECARA KEBAHAGIAAN SESUNGGUHNYA SUDAH PERGI DAN JATUH KEPELUKAN ORANG LAINN…
    GAK RELAAA SEBENERNYA LIHAT KYU KAYAK G2..
    PADAHAL MINJI WANITA PERTAMA YG DY CINTAI..
    TAPI KENAPA HARUS BERAKHIR SEPERTI INI..
    KENAPA JUGA SIHHH MINJI BISA HAMIL DULUAN??
    DAN COBA AJJA WAKTU ITU KYU MENUHIN PERMINTAAN MINJI..
    KAN GAK BEGINI JADINYAAAAA

    Suka

  11. hikz 😥 Aq ny Jdi ikutan sdih jga kya Kyu Oppa,, — wlaupun gk bsa sma Minji, setdknya Kyu Oppa ud mengutarakan prasaan yg ud lma dpemdam.. ya yg sbar aj ya Oppa msih ad Naya Koq hehe 😀

    Suka

  12. duilaahh kyuhyun gak gercep bgt, keburu diambil orang lain kan tuh minji-nya :” authornya jago bgt ngasih harapan palsu, padahal diawal aku udh seneng kyu berubah jadi baik grgr minji…eh ujung2nya…ah sudahlah :”)

    Suka

  13. Aku readers baru, salam kenal.. Aku suka ff ini, aku suka gimana cara authornya ngerangkai kata2 d ff ini..sbg pembaca aku merasa bisa ‘masuk’ dlm ff ini..alu bisa merasakn prsaan si ke 2 tokoh…salut bgt sma authornya, keep writing..tulisan kamu benar2 bagus 🙂

    Suka

  14. eonnieeeeee…..
    kau sangat jahat…
    hatiku dibuat hancur berkeping-keping..setelah diawal kau buat melayang..
    aishh jahat banget…

    kyumin engga bersatu…
    minji jd milik org lain…
    kyuppa merana…

    hwaaa apa ini miraclenya?
    yakk eonnie ini mah bukan miracle…
    tapi ruin…

    Suka

  15. Sedih bgt baca kyu minji disini, kyunya jh dr awal gak ngasih kejelasan sih, ud bnr minji mnt gagalin Pertunangannya malah diem aja dan minum di bar eunhyuk akhirnya nyesel kan, pdhl ktm di gereja itu Tandanya dikasih kesempatan ke dua lho, dan jrg dpt kesempatan ketiga, jd biarpun sedih terima masib aja deh kyu hehe

    Suka

  16. The another sad ending story….
    Huhuuu… Lg2 hrs sedih mereka tgk berjodoh di cerita ini,,
    Tp emg sih si kyu yg kurang mau berkorban dgn aksi nyata, cepat dan tepat … Hahaha..

    Oke lah gpp
    Terima kasih

    Suka

Leave a Comment ...