[Oneshoot] Don’t Leave Me

fix 1

Author : Minji • Main Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji  •  Support Cast : Lee Donghae – Choi Siwon – Cho Ahra and others • Genre : Straight – Romance – angst • Length : Oneshoot

——————–

Kyuhyun menatap wanita yang tengah menyuapinya. Tidak ada kelegaan yang lebih besar bagi pria itu selain melihat Minji berada di sekitarnya, dalam jarak pandangnya. Minji istrinya, wanita itu terlihat lelah dan sedikit pucat. Meskipun begitu, wanita cantik berusia 24 tahun itu tetap menunjukkan senyuman terbaiknya pada sang suami. Ia tidak ingin membuat Kyuhyun marah, cemas, dan panik lagi seperti hari ini.

Oppa, setelah menyelesaikan makan siang ini kau harus beristirahat.” Minji meletakkan piring kosong di atas meja karena Kyuhyun telah menghabiskannya tanpa sisa. Ya, pria itu hanya mau makan dengan lahap jika disuapi istrinya atau setidaknya wanita itu harus mendampinginya saat makan.

“Kau akan tinggal? Jangan pergi lagi. Temani aku tidur. Cuaca sedikit dingin. Berada di dekatmu membuatku merasa lebih hangat.” Ujar Kyuhyun.

“Tentu, aku akan tinggal dan menemanimu. Jadi sekarang ayo minum obat dulu.” Balas Minji sambil tersenyum.

Kim Hana, ibu kandung Kyuhyun menyaksikan adegan di ruang makan siang itu dengan menitikkan air mata. Wanita tua itu sungguh bersyukur karena ia memiliki menantu yang sangat baik hati dan penyabar. Pada awalnya ia sama sekali tidak setuju ketika Kyuhyun pertama kali memperkenalkan Minji pada keluarganya dikarenakan latar belakang gadis itu. Namun kini Hana dan suaminya sangat setuju dengan putra mereka, bahwa Kang Minji gadis pilihannya adalah gadis yang memiliki hati sama cantik dengan wajahnya.

**

“Kyuhyun sudah tidur?”

“Ne, Omonim. Sepertinya ia akan tidur nyenyak dan cukup lama karena semalam ia benar-benar gelisah.” Minji duduk menemani mertuanya yang tengah menonton televisi.

“Minji ya, apa kau sudah makan siang? Aku lihat kau belum makan apapun saat menemani Kyuhyun tadi. Makanlah, atau kau mau kumasakkan sesuatu yang enak? Katakan kau ingin makan apa, aku akan membuatkannya untukmu.” Hana tersenyum pada menantunya.

“Terimakasih, Omonim. Aku tidak lapar. Entah mengapa akhir-akhir ini nafsu makanku sedikit berkurang.”

“Pasti karena kau sangat kerepotan mengurus Kyuhyun. Maafkan aku karena tidak bisa banyak membantu. Kyuhyun hanya mau mendengarkanmu.” Hana mengambil tangan menantunya dan mengusapnya pelan.

“Tidak, sama sekali tidak begitu. Aku menikmati tugasku sebagai seorang istri. Omonim jangan khawatir.” Minji tersenyum manis. Wanita cantik itu selalu berusaha meyakinkan semua orang bahwa ia baik-baik saja beberapa waktu belakangan, padahal semua orang justru sangat mengkhawatirkannya melebihi rasa khawatir terhadap Kyuhyun.

“Baiklah. Apa kau akan kembali ke kantor?”

“Aku sudah meminta ijin hari ini. Tidak apa-apa, karena Siwon oppa mengerti keadaan rumah. Ia memintaku untuk menjaga Kyuhyun oppa saja. Lagipula tidak banyak yang harus kukerjakan.” Jawab Minji setelah menggeleng pelan.

“Menantuku, aku benar-benar minta maaf atas kejadian hari ini. Sejak bangun tidur Kyuhyun terus marah-marah karena tidak menemukanmu. Ia tidak mau mandi, makan bahkan minum obat dan sepertinya ia hanya akan mau melakukan semuanya jika kau terus mendampinginya.”

“Sebenarnya ini salahku. Aku meninggalkannya begitu saja tanpa pamit karena ada meeting pagi sekali. Aku tidak tega membangunkannya karena semalam ia tidak bisa tidur dan baru terlelap menjelang subuh. Jika saja Kyuhyun oppa melihatku pergi, aku yakin ia akan menurut meskipun hanya kau atau pelayan yang mengurusnya. Lain kali aku tidak akan mengabaikannya lagi.”

Mendengar penjelasan menantunya, Hana kembali terenyuh. Wanita cantik dan pintar seperti Minji tidak seharusnya mengalami situasi sulit ini. Namun Hana tahu, tidak ada gadis yang mencintai putranya setulus yang dilakukan Minji.

“Aku rasa kondisi psikis Kyuhyun memburuk. Ia cepat sekali emosi dan sangat protektif terhadapmu. Ia juga tidak mau mengikuti terapi. Aku sangat sedih melihat putraku yang bersemangat kini terjebak dalam keputusasaan. Tidakkah kau juga merasakannya? Bagaimana jika kita membawanya ke psikiater? Kita perlu memotivasinya untuk sembuh.”

“Omonim, Kyuhyun oppa baik-baik saja. Mungkin ia hanya terlalu mencemaskanku.” Minji tersenyum menanggapi saran mertuanya. Ia tahu suaminya baik-baik saja, dan Minji yakin ia pasti bisa membujuk Kyuhyun untuk mengikuti rangkaian terapi demi kesembuhannya.

————————

Ahra terlihat begitu bahagia. Wanita itu kini genap berusia 28 tahun. Siwon, sang kekasih yang selama ini setia menemaninya juga terlihat sama bahagia dengan wanita itu. Malam ini untuk merayakan ulang tahunnya, Ahra mengadakan makan malam di rumah dengan keluarga dan juga kekasihnya.

Semua orang terlihat menikmati suasana makan malam sambil bercakap-cakap ringan. Tuan dan Nyonya Cho juga terlihat bahagia mengetahui kedua putra-putrinya telah menemukan pendamping masing-masing. Hanya saja Ahra dan Siwon belum menikah, karena keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ahra saat ini menjabat sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya, membantu sang ayah karena Kyuhyun anak laki-laki yang seharusnya meneruskan perusahaan tidak tertarik dengan dunia perkantoran yang menurutnya membosankan. Pria itu lebih memilih dunia arsitektur sebagai tujuan hidupnya dan keluarganya cukup menghormati keputusannya.

Sejak kecil Cho Kyuhyun adalah pribadi perfeksionis yang tidak bisa ditentang keinginannya. Dua hal yang pernah ia perjuangkan dengan sangat gigih di depan keluarganya adalah keinginannya menjadi seorang arsitek dan juga menikahi Minji di usia mereka yang masih muda. Semua orang terdekatnya sangat memahami bagaimana Kyuhyun sangat mencintai kedua hal itu.

Siwon yang merupakan calon kakak ipar Kyuhyun dan Minji adalah sekaligus atasan di sebuah perusahaan tekstil besar tempat Minji bekerja sambil menyalurkan bakat desainnya. Minji dan Siwon membicarakan masalah di kantor sambil sesekali tertawa diiikuti Ahra dan orangtuanya. Berbeda dengan yang lainnya, hanya Kyuhyun satu-satunya yang diam, hanya menyimak obrolan yang entah mengapa membuatnya merasa tidak nyaman.

“Aku ingin kembali ke kamar.” Ujar Kyuhyun tiba-tiba, membuat semua orang menghentikan obrolannya dan terfokus pada pria tampan yang belakangan wajahnya semakin tirus itu. Minji yang duduk di sebelahnya sejak tadi sedikit heran dan khawatir.

Oppa, kau tidak apa-apa?” Minji segera memfokuskan dirinya pada sang suami, khawatir Kyuhyun merasa sakit atau semacamnya.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin kembali ke kamar. Lagipula acara sudah selesai bukan?” nada Kyuhyun terdengar dingin. Mungkin Kyuhyun sedang tidak enak badan atau lelah.

Minji dibantu Siwon segera memindahkan Kyuhyun kembali ke kursi rodanya. Selanjutnya Minji membawa suaminya kembali ke kamar mereka yang kini terletak di lantai bawah di dekat ruang tengah agar tidak melewati tangga dan mempermudah Kyuhyun kemana-mana. Semua orang memperhatikan pasangan yang baru saja beranjak itu, membuat Nyonya Cho kembali prihatin.

“Kenapa lagi dia?” Ahra bergumam tapi tak seorang pun menanggapinya.

**

Setelah berada di kamarnya, Kyuhyun tidak berbicara apapun. Kini ia duduk bersandar pada headboard ranjang, menonton televisi dengan wajah yang tidak bisa ditebak. Minji tahu, sesuatu mungkin telah membuat Kyuhyun merasa tidak enak. Namun wanita itu tetap diam. Setelah menyiapkan obat Kyuhyun, Minji hendak keluar tapi Kyuhyun kembali menginterupsinya.

“Mau kemana?” Langkah Minji terhenti. Kyuhyun tengah menatapnya, masih dengan ekspresi yang sama. Datar dan sulit ditebak.

“Aku hanya akan ke dapur. Mengambil air lagi dan membuatkan susu untukmu.” Minji tersenyum.

“Tetap tinggal di sini. Aku tidak ingin minum susu.” Minji menghela nafas mendengar perintah suaminya.

Oppa, ada apa? Apa sesuatu tengah mengganggumu?” Minji yang penasaran mulai tidak tahan dan memutuskan untuk bertanya. Ia duduk di atas ranjang tepat di sebelah pria itu.

“Jangan keluar selama Siwon hyung masih ada di rumah ini.” Minji mengernyitkan alisnya mendengar perintah Kyuhyun. Apalagi sekarang?

“Aku tidak suka kau terlalu dekat dengannya.” Kyuhyun menekankan maksud ucapannya.

Wwae? Apa yang salah dengan Siwon oppa?”

“Tidak ada. Aku hanya tidak suka kau mengobrol begitu akrab dengannya. Kau sudah menikah dan aku tidak mau melihat istriku ditatap dengan cara seperti itu oleh pria lain.”

“Ya Tuhan. Dia calon kakak iparmu. Kami tidak mengobrol berdua tapi juga ada Ahra eonnie. Apa yang membuatmu tidak nyaman?”

“Kalian bertemu setiap hari di kantor ketika aku tidak ada. Bagaimana aku bisa baik-baik saja melihat kalian begitu akrab?” Nada bicara Kyuhyun sedikit meninggi melawan bantahan istrinya.

Oppa, kau cemburu? Lalu apa yang harus kulakukan? Dia adalah atasanku dan juga kekasih Ahra eonnie. Bagaimana bisa kami tidak menjadi dekat? Aku tidak mengerti jalan pikiranmu.” Minji merasa kesabarannya mulai sedikit terkikis. Ia ingin terus membantah Kyuhyun tapi di satu sisi ia juga kasihan pada pria itu. Kyuhyun mungkin mengkhawatirkannya melebihi siapapun di dunia ini. Minji ingin menangis. Kyuhyun kembali menatap televisi dengan hampa, tidak ingin melihat wajah istrinya. Pria itu menarik nafasnya sejenak sebelum kembali memberikan jawaban.

“Entahlah. Aku hanya tidak mau kau terlalu dekat dengannya. Ia pria normal.. sementara aku— hanya pria cacat.” Ucap Kyuhyun pelan dengan nada datar.

Minji menarik nafasnya dalam. Ucapan Kyuhyun sungguh membuatnya sedih. Wanita itu kemudian  memilih masuk ke dalam kamar mandi mereka, menguncinya dari dalam lalu menyalakan air wastafel dengan maksimal dan menangis. Minji sungguh tidak kuat menghadapi Kyuhyun yang seperti ini. Pria paling kuat dan paling percaya diri yang selama ini ia kenal seakan pergi dan tergantikan oleh sosok rapuh yang menyedihkan.

—————————-

Sore itu Kyuhyun duduk menyendiri di ruangan pribadinya, ruang kerjanya yang terletak di lantai dua rumahnya, tempat di mana ia bisa dengan tenang menyelesaikan pekerjaannya tanpa terganggu oleh apapun. Sebelum kecelakaan itu menimpanya, ruangan ini selalu menjadi tempat favoritnya dan Kyuhyun bisa menghabiskan waktu berjam-jam di dalam sini.

Kyuhyun melirik tumpukan kertas yang masih tersusun rapi di atas meja kerjanya. Beberapa gambar hasil rancangannya yang hampir dibayar mahal oleh seorang pengusaha real estate asing, kini kertas-kertas yang seharusnya berharga sangat mahal itu teronggok begitu saja, nampak tak berharga. Kyuhyun memandang coretan tangannya. Sejak menyadari dirinya lumpuh seperti ini, Kyuhyun memutuskan untuk mundur. Ia tidak bisa lagi terjun ke lapangan untuk mengawasi tawaran proyek yang datang padanya. Kepercayaan diri dan ambisinya seakan termakan oleh penderitaannya, membuat jiwanya terpuruk.

Kyuhyun menggerakkan kursi rodanya ke arah jendela kaca besar yang masih tertutup tirai berwarna merah. Kyuhyun menyingkapnya, dan melihat langit di luar sedikit gelap karena mendung. Minji belum pulang, dan hal itu membuatnya sedikit khawatir. Wanita itu mengemudikan mobilnya sendiri, dan Kyuhyun berharap istrinya akan tiba di rumah sebelum hujan deras turun sore ini.

“Dalam sepuluh tahun ke depan, kau akan melihatku menjadi arsitek yang diandalkan di negara ini. Maka dari itu, kau harus menerimaku menjadi kekasihmu.” Kyuhyun berkata dengan percaya diri, membuat gadis yang tengah sibuk mengerjakan tugas di sebelahnya mengernyitkan alis.

“Alasan macam apa itu?” gadis itu mencibir tak peduli.

“Kau tidak mengerti maksud ucapanku? Tentu saja jika kau menerimaku, masa depanmu akan sangat baik. Aku bahkan akan membuatkanmu sebuah istana megah sesuai keinginanmu.” Minji nyaris tersedak karena tawanya yang hampir saja meledak.

“Masa depan yang kau tawarkan terlalu susah kubayangkan. Apa kau pikir kita sedang hidup di negeri dongeng? Sunbae, kau ini ada-ada saja.” Minji, gadis itu kembali melanjutkan tugasnya setelah menggeleng-geleng pelan. Gadis itu bahkan kini tertawa, menertawai Kyuhyun tentu saja.

Tawa gadis itu terhenti secara tiba-tiba. Ia memegang pipi kanannya dan merasakan aura panas di wajahnya. Saat menoleh dengan ragu, Cho Kyuhyun tengah menatapnya, sangat dekat. Minji bahkan hampir lupa jika mereka saat ini tengah berada di perpustakaan, meskipun tempat mereka cukup terpencil karena terhalang beberapa deret rak buku. Satu hal yang disadari gadis itu.

Cho Kyuhyun baru saja mencuri sebuah ciuman di pipinya.

“Sunbae… kau tidak boleh—”

Kyuhyun tersenyum, memotong ucapan gadis itu dengan memegangi kedua pipinya yang merona. Mereka bertatapan dalam diam, dan berikutnya Kyuhyun mengecup bibir mungil itu dengan lembut. Minji memejamkan matanya, mencoba menerima sesuatu yang belum familiar baginya.

“Sunbae, kau keterlaluan—”

“Apa yang kau rasakan?” Kyuhyun kembali memotong ucapan Minji.

“A—Oh?”

“Apa yang kau rasakan saat aku menciummu? Tidakkah kau merasa berdebar? Ataukah hanya aku yang merasa berdebar?”

“A—aku..”

Ucapan gadis itu terputus lagi, kali ini ia mencoba mengatur nafasnya. Minji selanjutnya hanya diam. Tentu saja ia berdebar, bahkan mungkin kini wajahnya bersemu merah karena sikap Kyuhyun padanya. Minji tahu, sesungguhnya kini ia sudah mulai menyukai pria ini. Ia hanya malu dan takut mengakui perasaannya. Ia takut Kyuhyun tidak serius dengan perasaannya.

“Maafkan aku. Aku sungguh tidak bisa menahan diriku jika berada di dekatmu. Tidak bisakah kita mulai berkencan saja?”

Kyuhyun tersenyum tanpa ia sadari. Begitulah bagaimana ia mendapatkan gadis yang ia inginkan. Ia memang sedikit pemaksa, tapi Kyuhyun tidak akan melakukannya jika ia tidak yakin gadis itu juga sudah bisa membalas perasaannya. Minji ketika itu bukanlah gadis yang sulit didekati, tapi Kyuhyun berusaha keras karena begitu banyak teman pria yang menyukai gadisnya, terlebih ketika itu Minji sedang menata kembali perasaannya setelah dicampakkan seorang pria. Tentu saja, Kyuhyun harus memenangkan hati gadis itu, karena Minji adalah salah satu ambisinya.

Kyuhyun terkejut. Seseorang memeluk lehernya dan mengecup pipi kanannya. Pria itu menoleh dan tersenyum kecil ketika mengetahui Minji berada di sisinya saat ini. Wanita itu tampak sumringah.

“Kau sudah pulang rupanya. Aku baru saja hendak menghubungimu agar pulang sebelum turun hujan.” Ujar Kyuhyun. Minji berlutut di depan Kyuhyun, membuat dirinya sejajar.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kau ingin menggambar lagi?” Minji mencoba menggoda suaminya. Kyuhyun hanya tersenyum miris.

“Kau tahu itu tidak mungkin terjadi. Siapa yang akan percaya pada rancanganku sekarang? Aku bahkan tidak bisa lagi meninjau lokasi proyek secara langsung.”

Minji kembali tersentuh. Ia segera mengambil kertas-kertas di tangan Kyuhyun, meletakkannya di atas meja. Ia merapikan kerah kemeja santai yang dipakai Kyuhyun, kemudian wanita itu menggenggam kedua tangan suaminya.

“Siapa yang tidak percaya pada arsitek berbakat sepertimu? Kau bisa berkarya lagi jika kau mau. Dan kau bisa mendatangi lokasi proyek lagi setelah kau sembuh. Maka dari itu, kau harus mengikuti terapi dan pengobatan.” Minji tersenyum.

“Sembuh? Apa itu mungkin? Mengikuti arahan dokter hanya akan membuatku merasakan sakit lagi. Minji ya, kurasa sudah cukup bagiku. Sejak dulu aku selalu memaksakan kehendakku. Mungkin sekarang aku harus menyerah pada takdir.”

Mendengar nada pasrah dari ucapan suaminya, Minji merasa semakin sedih. Ia harus menghentikan topik ini sebelum Kyuhyun semakin terpuruk karena pembicaraan ini.

Oppa, kau mau makan apa malam ini? Aku akan memasakkan sesuatu yang enak untukmu.” Minji mengalihkan pembicaraan.

“Kau sedang mencoba menghiburku?”

Minji hanya mampu tersenyum. Ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Hatinya terlampau hancur melihat Kyuhyun yang kini merasa sangat rendah diri dan putus harapan. Sangat berbeda dengan Kyuhyun yang dulu ia kenal.

“Minji ya, maafkan aku. Dulu aku pernah berjanji akan merancang istana untukmu. Mungkin itu tidak akan pernah terwujud. Aku sangat menyesal.” Minji mencoba menetralkan perasaannya yang nyaris tumpah dengan air mata. Entah mengapa ucapan Kyuhyun bermakna sangat dalam baginya.

Ya!, sejak kau menjanjikannya aku sudah tahu hal itu tidak akan pernah terwujud. Kau pikir di mana kita bisa membangun istana di tengah modernisasi Seoul seperti ini? Kau hanya berkhayal waktu itu.” Minji menepuk dada Kyuhyun pelan. Ia mencoba untuk bergurau. Kyuhyun tersenyum miris.

“Kau tahu apa maksudku. Sudahlah, jangan mengubah topik pembicaraan. Aku tidak suka kau melakukan ini.”

“Dan aku lebih tidak suka melihatmu seperti ini. Kau membuatku khawatir. Tidak bisakah kau bahagia? Aku akan selalu menemanimu.” Minji berkata sedih. Ia menatap suaminya dengan sorot kepedihan.

“Bagaimana aku bisa bahagia jika pada akhirnya aku tidak bisa membahagiakanmu? Karena semua yang menimpaku, kau harus turut menderita. Jika tahu akan seperti ini, aku tidak akan menikahimu dan menyeretmu ke dalam penderitaanku dan—”

Ucapan Kyuhyun terhenti. Pria itu terdesak di tempatnya. Minji menciumnya, melumat bibirnya dengan lembut, penuh perasaan. Wanita itu terus memiringkan kepalanya, mencari celah untuk bisa membuat Kyuhyun membalasnya. Kedua tangan halusnya menangkup rahang suaminya, sementara Kyuhyun tetap pada posisinya. Ia bahkan tidak mampu membalas ciuman istrinya. Apa yang sesungguhnya ia pikirkan? Dan Kyuhyun baru menyadari, Minji menangis di sela-sela ciumannya.

Wanita itu melepas bibirnya, menatap Kyuhyun dengan air mata yang mengaliri kedua pipinya. Kyuhyun meraih wajah istrinya, mengusap air mata itu dengan ibu jarinya.

“Maafkan aku. Minji ya, maafkan aku. Jangan menangis kumohon.” Kyuhyun berkata lirih.

“Aku bahagia.. Tidakkah kau melihat betapa bahagia pernikahan kita? Kita saling mencintai. Sejak kau melamarku, aku sudah merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Aku selalu merasa bangga karena bisa menjadi istri Cho Kyuhyun, mahasiswa paling berbakat di Sekolah Seni Gwangjin.” Minji berkata pelan, membuat Kyuhyun merasa cukup berdosa.

Kyuhyun menarik Minji ke dalam pelukannya, membenamkan kepala gadis itu di dadanya. Wanita itu terisak dalam. Kyuhyun memeluk erat istrinya. Tidak seharusnya ia membuat wanita  itu bersedih seperti ini. Bukankah sebagai seorang suami ia seharusnya menjaga Minji?

————————–

Minji membelalakkan matanya tak percaya. Ia terus membaca berulang-ulang email yang baru saja ia terima, dan isinya masih tetap sama. Wanita itu meneguk air putih yang disediakan di atas meja kerjanya. Ia mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa hal ini bukanlah mimpi.

Sebuah brand busana terkenal di Paris baru saja mengirimkan email padanya dan mengatakan bahwa ia ditawari sebuah kontrak kerjasama, yang itu artinya Minji berkesempatan menjadi desainer tetap untuk brand kelas internasional itu.

“Apa yang terjadi?” Minji tersadar. Siwon tiba-tiba sudah berdiri di sebelah mejanya. Sejak kapan pria itu kembali dari makan siang, Minji tidak peduli dan ia segera menghambur memeluk calon kakak iparnya.

Wae? Kau terlihat seperti memenangkan hadiah uang jutaan Won.”

“Ne. Ini bisa menjadi jutaan Won. Oppa, kau harus membaca ini.” Minji menarik tangan Siwon, mendekat pada layar komputer di hadapannya.

“Astaga! Minji ya, kau serius? Aku pikir kau bercanda ketika kau berkata telah mengirimkan beberapa desain terbaikmu pada mereka dan kini mereka membalasnya? Oh tidak, mereka tidak hanya membalas tapi juga menawari prospek yang sangat bagus.”

Oppa, eotthoke? Aku sampai gemetar. Ini seperti mimpi.”

Chukkae! Kurasa tidak semua desainer di Korea mendapatkan kesempatan ini. Kau pemula yang beruntung!”

“Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?”

“Balaslah. Cepat kau balas. Tanyakan semua ketentuannya. Ya Tuhan, aku juga turut senang. Kau juga harus mengabari Kyuhyun. Aku yakin ia akan sangat senang mendengarnya.”

“Tentu, aku tidak sabar untuk pulang dan menyampaikan berita bahagia ini padanya.” Minji terlihat sangat bersemangat. Belum pernah ia terlihat sesenang ini selama tiga bulan terakhir.

**

“Kau senang?” Kyuhyun menatap istrinya sambil tersenyum. Minji mengangguk-angguk pasti dan ia berulang kali memeluk Kyuhyun. Pria itu juga sangat senang karena akhirnya ia melihat Minji tersenyum begitu tulus dan sumringah setelah sekian lama. Menjadi desainer adalah impiannya sejak dulu, dan Kyuhyun ingat betul Minji mengatakan ia sangat ingin bekerja untuk brand pakaian milik negara mode itu, karena nominal yang bisa dihasilkan tentunya sangat fantastis.

Chukkae~ sedikit lagi kau akan meraih impianmu. Aku bangga padamu.” Ujar Kyuhyun.
Dalam hati, pria itu merasa sangat sedih. Diterima di perusahaan sebesar itu, tentu saja Minji harus melewati proses yang mengharuskannya tinggal di Paris. Kyuhyun tidak tahu, apa Minji menyadari hal itu atau tidak. Namun untuk saat ini, ia tidak ingin merusak kebahagiaan istrinya, karena selama beberapa bulan terakhir Minji sudah cukup banyak menderita karenanya.

Oppa, kau baik-baik saja?”

Eo? Ne. Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa pegal duduk seharian di kursi ini. Tolong bantu aku untuk berbaring.”

———————-

Minji terbangun dari tidurnya. Pagi ini ia merasakan sesuatu yang berbeda, dan ketika membuka mata, betapa terkejutnya ia karena Kyuhyun tengah menatapnya, mengusap-usap pipinya dengan lembut. Minji tersenyum saat menyadari bahwa semalam mereka melakukannya. Ya, Kyuhyun menyentuhnya lagi dan Minji sangat senang karena sejak dinyatakan lumpuh tiga bulan lalu, Kyuhyun seakan tidak fokus lagi pada dirinya. Mereka sangat jarang berhubungan intim, dan setiap malam pria itu kerap merasa gelisah entah karena apa. Minji sangat mengerti dengan perubahan pada diri Kyuhyun dan ia tidak bisa menuntut pria itu untuk melakukan segala sesuatunya dengan normal.

“Kau tidak tidur? Masih subuh.” tanya Minji dengan suara serak.

“Aku terbangun satu jam yang lalu.”

“Kau baik-baik saja?” Minji mengusap rahang suaminya. Matanya menelisik seluruh wajah Kyuhyun, berharap pria itu baik-baik saja. Ia khawatir Kyuhyun tidak mendapat tidur yang cukup.

“Aku memang lumpuh tapi semua bagian tubuhku yang lain masih berfungsi dengan baik. Kau jangan meremehkanku.” Kyuhyun menyeringai nakal.

Minji tersenyum, mengecup bibir tebal pria itu. Ia sangat merindukan saat-saat seperti ini, saat di mana Kyuhyun menyentuhnya dan memanjakannya, saat di mana Kyuhyun menjadi liar ketika menggodanya. Dan baru saja, ia melihat seringaian nakal yang sudah mulai jarang ia lihat ketika pria itu mencumbu dan menidurinya.

Oppa, apa kau menikmatinya semalam?” Minji menatap suaminya dan menyusupkan jemarinya di rambut pria itu. Wajah mereka berhadapan, tersenyum satu sama lain.

“Kau yang terbaik. Terimakasih.”

Wajah Minji merona. Ia senang bisa menyenangkan suaminya. Minji tidak keberatan jika ia harus lebih aktif dan berinisiatif karena keterbatasan yang kini ada pada Kyuhyun. Dan bagi Minji, tidak ada yang berubah ketika Kyuhyun menyentuhnya. Semua masih tetap sama.

“Oppa, peluk aku lebih erat lagi. Aku kedinginan. Bahkan kita belum memasuki musim dingin tapi sudah seperti ini.” Minji mulai menunjukkan kemanjaannya. Ia menyerukkan wajahnya di leher Kyuhyun dan mencuri ciuman di sana. Minji sangat senang, karena hanya di saat-saat seperti ini ia merasa benar-benar terlindungi dengan berada di pelukan Kyuhyun.

————————–

“Kang Minji!”

Wanita itu menoleh, dan ia sangat terkejut saat menyadari siapa yang begitu lantang meneriakkan namanya. Dengan sedikit gugup Minji menghampiri seorang pria yang tengah bersama seorang gadis kecil berusia empat tahunan. Pria itu tersenyum padanya, senyum segaris yang dulu kerap membuat Minji kehilangan akal sehatnya.

“Apa kabar? Tidak kusangka kau akan datang ke acara ini.” Pria yang mengenakan setelan formal itu menyapa Minji.

“Kabarku baik, Oppa apa kabar? Gadis kecil ini pasti putrimu. Halo cantik!” Minji tersenyum dan mengusap kepala gadis kecil itu. Meskipun perempuan, Minji bisa melihat jika wajah gadis itu mewarisi wajah Donghae, ayah kandungnya.

“Nayoung ah, sapa ahjumma.” Donghae memberitahu putrinya.

Annyeong, Ahjumma.” Gadis itu tersenyum, semakin mirip Donghae. Minji tersenyum. Gadis ini sungguh menggemaskan.

Oppa. Dimana Yoora? Kau tidak mengajaknya?” Minji akhirnya berani bertanya, satu hal yang sedari tadi membuatnya penasaran.

“Kami sudah bercerai. Sudah satu tahun. Sekarang Yoora berada di Jepang, menekuni dunia modelingnya.”

“Ya Tuhan. Oppa, aku sungguh minta maaf. Tapi, mengapa kalian— bercerai?” Minji sedikit ragu untuk bertanya. Ia takut kurang sopan, tapi ia sangat ingin mengetahuinya. Tentu saja ia ingin tahu, karena wanita bernama Yoora itulah, segala harapan yang pernah ia miliki untuk seorang Lee Donghae kandas tanpa sisa.

“Tidak apa-apa. Kau bukan orang pertama yang terkejut dengan berita ini. Mengapa kami bercerai, mungkin kita butuh waktu khusus untuk berbincang-bincang. Tidak hanya tentang kehidupanku, tapi juga tentang dirimu. Ngomong-ngomong, Cho Kyuhyun apa kabar?”

**

Kyuhyun terlihat tidak senang ketika menyambut kedatangan istrinya. Minji pulang terlambat karena ia dan Donghae memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran melanjutkan nostalgia mereka.

Kyuhyun hanya diam di kamarnya seharian. Ia sengaja menolak ajakan Minji untuk menghadiri reuni akbar universitas mereka, karena Kyuhyun tidak ingin bertemu banyak orang yang hanya akan membuatnya merasa semakin terpuruk dan kehilangan rasa percaya dirinya. Minji pun memutuskan untuk menyerah membujuk Kyuhyun karena ia mengerti bagaimana perasaan pria itu.

Siapa yang tidak mengenal Cho Kyuhyun ketika itu. Pria yang dikenal pintar, populer, tapi hanya menghabiskan waktunya untuk mengejar seorang gadis. Banyak orang yang segan padanya, karena itulah Kyuhyun merasa takut jika semua orang mengetahui keadaannya saat ini. Ia merasa sangat malu dan tidak berguna.

“Aku minta maaf. Bertemu teman-teman lama membuatku hampir lupa waktu. Kau sudah makan? Akan kusiapkan air hangat dulu. Setelah mandi ayo kita makan.” Minji duduk di atas ranjang mereka, tetap lembut pada Kyuhyun. Minji mengerti betapa bosan pria itu karena hanya berada di dalam kamar ini seharian. Seharusnya Kyuhyun memang pergi bersamanya.

Perasaan Kyuhyun bercampur aduk. Setelah Minji masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air hangat untuknya, Kyuhyun menghembuskan nafasnya berat. Mengijinkan Minji datang ke acara reuni itu tanpa dirinya adalah hal yang sangat membuatnya khawatir. Namun jika melarangnya pergi, Kyuhyun akan terlihat sangat egois karena membatasi kegiatan istrinya. Selama ini Minji sudah cukup banyak menderita karenanya, dan Kyuhyun ingin melakukan sesuatu yang bisa membuat wanita itu bahagia. Sekalipun Minji selalu mengatakan jika dirinya bahagia dan baik-baik saja, tetap saja Kyuhyun tidak merasa tenang karena pada kenyataannya, dirinyalah yang kini menjadi beban berat seperti parasit pada istrinya.

—————————

“Semua terserah padamu. Jika memang hanya untuk enam bulan, aku rasa tidak ada salahnya jika kau pergi.” Tuan Cho memberikan pendapatnya. Nyonya Cho yang semula agak ragu kini mulai terpengaruh. Apalagi Ahra juga memberikan dukungan pada Minji.

“Minji ya, kurasa Kyuhyun pasti akan mengerti. Kau sudah sangat lama menginginkan hal ini. Kami juga tidak berhak membatasi ruang gerakmu karena pada dasarnya kau adalah wanita yang berbakat.” Ahra memberikan pendapatnya lagi. Suasana di ruang tengah keluarga Cho menjadi sedikit hening malam itu, ketika Minji kembali bimbang akan keputusannya.

“Bagaimana jika Kyuhyun oppa ikut denganku? Kurasa sedikit liburan di sana akan memberikannya suasana baru dan membuatnya merasa lebih baik.” Minji mengungkapkan pendapatnya.

“Aku tidak setuju. Minji ya, Kyuhyun lumpuh, dan ia akan merepotkanmu selama di Paris. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya sementara kau sedang tidak bersamanya? Biarkan Kyuhyun tetap berada di sini, kami akan menjaganya selama kau pergi. Siapa tahu kami berhasil membujuknya untuk ikut terapi.” Nyonya Cho mengatakan kekhawatirannya. Hal itu juga sepertinya disetujui oleh anggota keluarga lainnya.

Minji semakin bimbang. Setelah menerima persyaratan dan ketentuan kontrak kerja yang akan dijalaninya Minji menjadi ragu dan memutuskan untuk menyampaikan hal ini pada keluarga Kyuhyun, tentu saja tanpa pria itu karena semua hal ini menyangkut Kyuhyun juga. Jika mereka telah menemukan keputusan, barulah Kyuhyun akan diberitahu.

**

Pukul 3 pagi, dan Kyuhyun terbangun dari tidurnya. Minji masih terlelap, dan nafas teratur wanita itu menyapu dadanya yang hanya memakai kaos putih polos tipis. Kyuhyun memperhatikan wajah istrinya yang cantik, membuat perasaan pria itu semakin kalut. Kyuhyun menyapukan tangannya di pipi Minji, mengusapnya pelan dan lembut.

Sepertinya Minji benar-benar sangat lelah hari ini, ia sampai tidak sadar jika Kyuhyun tengah menyentuh wajahnya padahal biasanya wanita itu sangat sensitif.

“Oppa, aku sangat ingin bekerja di Paris. Tak ada yang lebih menghargai pekerjaan seorang desainer seperti di Paris.”

“Hmm, boleh saja. Aku akan ikut denganmu dan aku juga ingin mempelajari konsep bangunan-bangunan Eropa. Sepertinya impian kita sama.”

“Benarkah? Kau janji akan menemaniku?”

“Tentu saja. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Jika perlu, kita menikah dan tinggal di sana.” Wajah Minji merona merah mendengar pernyataan Kyuhyun, pria yang akhirnya berhasil merebut hatinya setelah sekian lama. Setelah Kyuhyun menyanggupinya, merekapun membuat kesepakatan dengan menautkan kelingking masing-masing.

Kyuhyun memejamkan matanya berat. Terasa begitu perih dan ia tidak bisa menahan lagi air mata yang terus mendesak ingin keluar. Bagaimana tidak, di hari sebelumnya, sore itu Kyuhyun yang baru saja bangun dari tidur siangnya tanpa sengaja mendengar percakapan istri dan juga keluarganya dari dalam kamar. Seperti dugaannya, perusahaan itu pasti meminta Minji untuk datang ke Paris. Meskipun hanya untuk masa percobaan yang menghabiskan waktu enam bulan, tidak menutup kemungkinan jika istrinya akan ditempatkan di sana, dan bukan di kantor cabang yang ada di Seoul.

Dan Minji telah membuat keputusan. Keputusan yang dibuat istrinya sungguh membuat Kyuhyun merasa sangat menyesal dengan keadaan yang menimpanya. Ia hanya bisa memberatkan istrinya, menempel pada wanita itu dan mempersempit ruang geraknya. Padahal dulu, ialah yang sangat memotivasi dan mengucapkan janji lebih dulu untuk menemani Minji pergi ke Paris jika impiannya itu bisa terwujud.

Minji membuka matanya karena merasakan sesuatu yang aneh di dekatnya. Ya, Cho Kyuhyun menangis. Suaminya yang ia kenal dulu adalah pria yang kuat, kini sedang menangis dalam diam dengan cairan bening yang mengalir dari kedua matanya yang terpejam. Meskipun dengan penerangan minim, Minji tentu tidak bodoh menyimpulkan jika pria itu memang menangis.

Minji menaikkan sebelah tangannya, meletakkannya di rahang pria itu. Kyuhyun membuka kedua matanya karena menyadari sentuhan itu. Pria itu kini menatap kedua mata bening milik istrinya. Ia telah membangunkan tidur lelap wanitanya.

Oppa, apa ada yang sakit?” Minji bertanya lembut, masih menatap suaminya.

“Tidak ada. Aku hanya bermimpi buruk.”

“Dan kau menangis?”

“Ah, mungkin karena aku terlalu takut dan lelah. Sudahlah, tidak apa-apa. Maafkan aku karena telah membuat tidurmu terganggu.”

Minji menatap Kyuhyun dengan lembut. Ia mencium bibir Kyuhyun, menempelkannya agak lama kemudian tersenyum setelah melepasnya. Kyuhyun merasa lebih tenang setelah melihat senyuman tulus istrinya.

“Oppa, ada aku di sebelahmu. Ayo tidur lagi.” Minji tersenyum lalu kembali menyerukkan wajahnya di dada Kyuhyun, memeluk erat pria itu.

———————

“Aku tunggu di Rainbow Café Myeongdong pukul 6.
Akan kutraktir makan malam.
Berhati-hatilah.”

Ekspresi Kyuhyun mengeras, dan reaksi yang sama terjadi pada sekujur tubuhnya. Ia bahkan hampir membanting ponsel milik Minji dengan keras jika saja ia tidak ingat wanita itu masih berada di dalam kamar mandi, bersiap-siap untuk bekerja hari ini. Kyuhyun sungguh tidak bisa menahannya, tapi ia memiliki rencana lain di benaknya.

Oppa.” Minji keluar dengan kimono mandinya sambil terus mengelap rambutnya yang basah dengan handuk. Ia tersenyum menyapa Kyuhyun yang duduk mematung pada kursi rodanya, menatap ke jendela. Pria itu menoleh, tapi tidak menyahut sama sekali. Ekspresinya datar dan Kyuhyun sudah bisa menahan sedikit agar amarahnya tidak meluap dan sampai menyakiti istrinya.

Suasana masih tetap hening hingga Minji selesai berpakaian dan memoles make up di wajahnya. Minji mungkin tidak menyadari jika ada perbedaan dari sikap Kyuhyun pagi itu. Setelah selesai dengan dirinya, wanita cantik itu segera menghampiri Kyuhyun, membenarkan syal yang dipakai suaminya kemudian bersiap akan membawa Kyuhyun keluar kamar mereka untuk sarapan bersama dengan yang lainnya.

“Aku tidak mau keluar.”

Wae?” Tanya Minji heran. Kyuhyun tidak menjawab.

“ Kalau begitu aku akan bawakan sarapannya ke kamar. Oppa tunggulah sebentar aku—”

“Aku tidak mau makan!” nada Kyuhyun sedikit meninggi, membuat Minji tersentak akan perubahan emosi yang tersirat dari perkataan suaminya. Wanita itu menarik nafasnya, mencoba berdamai dengan Kyuhyun dan mencari tahu apa yang membuat pria itu merasa tidak enak hati. Minji bersimpuh tepat di depan Kyuhyun, tapi pria itu justru membuang muka ke arah lain.

Oppa, kau harus sarapan dan minum obat. Aku tidak bisa berangkat dengan tenang jika kau belum minum obat.”

“Aku bisa minum obatku sendiri. Pergilah. Aku tidak mau menghambat aktivitasmu.” Suara Kyuhyun mulai melunak. Tidak biasanya ia seperti ini.

Oppa, maksudku bukan seperti itu tapi—”

“Pergi.”

Minji menyerah. Kyuhyun positif sedang marah meskipun ia tidak tahu pasti apa penyebabnya. Wanita itu mulai berpikir untuk mengikuti saran mertuanya. Haruskah ia membawa Kyuhyun ke psikiater? Minji merasa sangat sedih, karena ia telah berpikiran buruk tentang kejiwaan suaminya.

Kyuhyun masih belum mau melihat ke arahnya. Wajah pria itu sedikit memerah, mungkin karena menahan amarah. Minji mencium pelan pipi suaminya, kemudian berpamitan untuk berangkat ke kantor. Kyuhyun memandang pintu kamar mereka yang tertutup ketika Minji sudah keluar. Nafas Kyuhyun sedikit memburu, dan yang lebih parah adalah hatinya terluka.

Lee Donghae, haruskah kau kembali di saat aku benar-benar sangat membutuhkannya?” geram Kyuhyun dalam hati sambil menahan emosinya.

————————-

Minji tersenyum ketika melihat seorang pria dengan kemeja putih tengah duduk di salah satu meja sambil membaca buku. Lee Donghae memang pria yang selalu tepat waktu dan sangat bisa memperlakukan seorang wanita dengan baik. Minji tidak heran mengapa begitu banyak wanita menggilai pria itu bahkan mungkin hingga sekarang, dan Minji juga pernah menjadi salah satu dari wanita-wanita itu.

“Senang bertemu denganmu lagi. Duduklah.” Donghae tersenyum setelah mereka berpelukan sejenak. Sudah sekitar dua minggu setelah acara reuni dan akhirnya mereka bertemu kembali. Donghae sedikit khawatir karena wajah Minji terlihat kurang baik. Wanita itu seperti habis menangis karena matanya yang sedikit bengkak. Mereka memesan minuman dan beberapa cake sebagai camilan sebelum memulai obrolan.

“Kau baik-baik saja? Sepertinya kau habis menangis.”

“Kyuhyun oppa terlihat sangat aneh pagi ini. Ia mengacuhkanku dan menolak sarapan. Mertuaku juga menelepon jika ia melewatkan makan siangnya dan tidak minum obat. Aku tidak tahu harus bagaimana dan aku hanya bisa menangis di ruanganku selama jam kerja.”

“Kau pasti sangat mengkhawatirkannya. Tapi, aku punya kabar bagus.” Donghae kembali tersenyum.

“Oh ya?! Jadi bagaimana? Apa kau menemukan kontak dan alamatnya yang baru?” Minji seketika terlihat antusias. Pria itu hanya mengangguk kecil.

“Ini kartu namanya. Aku harap ini akan benar-benar bisa membantumu.”

Oppa, terimakasih banyak. Kau memang selalu menjadi penolongku sejak dulu.”

**

PRAAAAANG!!!

Minji terkejut ketika ia baru tiba di rumah menjelang pukul 7 malam. Keadaan sedang kacau, dan Minji melihat ibu mertuanya sedang menangis di pelukan ayah mertuanya di ruang tengah. Pintu kamarnya dan Kyuhyun terbuka, dan Minji mendengar suara ribut seperti pertengkaran di dalam sana dan yang terakhir, ia mendengar suara pecahan barang yang cukup keras.

Minji melempar tasnya begitu saja di atas sofa tanpa menyapa mertuanya. Ia segera masuk ke dalam kamar dan mendapati Ahra yang juga tengah menangis dan Kyuhyun yang terlihat kacau di atas kursi rodanya. Wajah pria itu merah padam, dan Kyuhyun terlihat seperti mengatur nafasnya. Minji tidak peduli lagi dengan keadaan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Bantal-bantal berserakan, dan pecahan barang di mana-mana. Minji bahkan tidak sadar jika guci kesayangan pemberian ibu angkatnya juga menjadi korban amukan suaminya. Melihat kondisi Kyuhyun Minji segera mendekati suaminya, melewati Ahra yang masih berdiri dengan pakaian kerjanya sambil menutupi wajahnya.

Minji menghampiri Kyuhyun, mencoba memeluk pria itu tapi respon yang cukup mengejutkan terjadi. Kyuhyun mendorong tubuh istrinya hingga wanita itu terjatuh ke lantai. Kali ini Minji benar-benar menangis. Wanita itu tidak menyerah dan segera bangkit untuk menenangkan Kyuhyun karena memang biasanya hanya Minji yang bisa mengendalikan pria itu.

“Jangan menyentuhku!” Kyuhyun membentak keras sebelum Minji sempat menyentuh tubuh suaminya.

“Oppa.. apa yang terjadi padamu? Aku sudah pulang. Ceritakan padaku, apa yang membuatmu merasa kesal dan marah.” Minji berkata dengan suara bergetar. Ia duduk di lantai, di bawah kaki Kyuhyun sambil berurai air mata. Ahra benar-benar tidak sanggup melihat pemandangan itu. Ia segera menarik tangan adik iparnya, membuat wanita itu berdiri.

“Kau menyakiti omma dan sekarang kau juga mau menyakiti istrimu? Cho Kyuhyun sadar apa yang tengah kau lakukan? Apa kau mulai sakit jiwa?!!!”

Eonni!!!” Minji membentak Ahra. Kedua wanita itu sama-sama berurai air mata.

“Kyuhyun oppa tidak gila. Suamiku sama sekali tidak gila. Jangan berkata seperti itu lagi padanya..” Minji melunak, memeluk kakak iparnya. Ahra kembali hanya bisa menangis tanpa merespon apapun. Pertengkarannya dengan Kyuhyun telah membuat wanita itu kehabisan akal sehatnya.

“Tinggalkan kami. Kumohon..” ujar Minji kemudian.

Ahra menurut dan melangkahkah kakinya keluar kamar meninggalkan pasangan suami-istri itu. Minji mencoba tenang, ia menarik nafasnya sebisa mungkin dan mencoba kembali mendekati Kyuhyun. Ia sedikit takut menghadapi suaminya sendiri, tapi Minji tidak tega melihat situasi terus seperti ini. Wanita itu kembali berlutut, mencoba meraih tangan suaminya. Minji sedikit tenang karena Kyuhyun tidak lagi memberontak saat kulit mereka sama-sama bersentuhan. Mungkin saja tadi Kyuhyun sangat emosi karena Ahra.

“Kau bertemu Lee Donghae.”

Minji seakan disambar petir dengan pernyataan tiba-tiba suaminya. Suara Kyuhyun begitu jelas dan dingin. Pria itu masih tidak mau menatapnya, dan lagi ia melepaskan tangan istrinya. Minji kini paham apa yang menjadi penyebab Kyuhyun bersikap seperti ini. Lagi-lagi karena dirinya.

O— oppa, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskan semuanya.” Tanpa peduli darimana Kyuhyun mengetahui tentang pertemuannya dengan Donghae sore ini, Minji hanya ingin membuat Kyuhyun merasa lebih baik.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Seorang pria dan wanita bertemu dan makan malam bersama. Aku tentu mengerti apa yang terjadi pada kalian.” Minji tertegun mendengar tuduhan suaminya, meskipun ia tahu tidak semua yang dipikirkan Kyuhyun adalah benar.

“Kami hanya membicarakan sebuah hal penting—”

“Dan kalian berpelukan?”

Minji seakan didorong ke dalam jurang. Bagaimana ia bisa menampik tuduhan Kyuhyun jika semua yang ia katakan memang benar. Tapi Minji sangat ingin menyerukan jika pikiran suaminya itu tidaklah benar. Minji paham, Kyuhyun sepertinya meminta orang untuk menguntitnya hari ini. Pria itu tidak sekali ini melakukannya, bahkan beberapa waktu dulu. Kyuhyun sangat protektif terhadapnya.

Minji diam, menelan ludahnya pahit. Bagaimanapun ia menjelaskan, Kyuhyun pasti tidak akan mempercayainya. Lee Donghae adalah hal yang sangat sensitif untuk dibahas dalam hubungan mereka. Air mata kembali mengalir melewati kedua pipi wanita itu. Minji menangis dalam diam.

“Aku tahu sekarang aku hanya pria tidak berguna. Dan Lee Donghae kini seorang duda. Bukankah sangat mungkin jika kalian kembali bernostalgia dan—”

Oppa! Kau tahu kini aku hanya mencintaimu dan kami hanya berteman,,”

“Sudahlah. Seharusnya aku tidak pernah bersikeras untuk mendapatkanmu. Bukankah sejak dulu aku memang hanya pelarian saja?”

“CUKUP!!!” Minji berteriak tidak tahan. Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, tidak percaya Kyuhyun mencari tahu sampai sejauh itu. Sangat ingin wanita itu menjelaskan pada suaminya alasan mengapa ia bertemu Donghae, tapi ia tahu itu hanya akan sia-sia karena Kyuhyun pasti hanya akan menuduhnya beralasan saja. Bahkan setelah pertemuan di reuni beberapa waktu lalu, ini adalah kali pertama mereka berjumpa lagi tanpa membawa perasaan pribadi. Minji tahu, Lee Donghae tidak berarti apa-apa lagi di hatinya. Begitu pula pria itu, yang sedari dulu baik padanya tapi tidak pernah bisa menganggapnya sebagai wanita karena Minji sudah seperti seorang adik baginya. Minji tidak bodoh untuk mengulang cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada pria itu, sekalipun Lee Donghae saat ini tanpa pendamping. Dan satu hal lagi, Minji hanya mampu melihat Cho Kyuhyun sebagai pria yang melindunginya, sampai kapanpun, tidak peduli meskipun kini pria itu tidak bisa lagi menjaganya seperti dulu.

Kyuhyun melihat punggung tangan istrinya berdarah dan ada goresan yang cukup besar di sana. Pasti karena terkena pecahan barang ketika ia mendorong istrinya. Menyadari hal itu, Kyuhyun kembali memaki dirinya dalam hati. Ia bahkan menyakiti wanita yang dicintainya. Apa pantas dirinya disebut sebagai seorang suami?

——————–

Rahim anda lemah, Nona. Selain itu karena stres yang terjadi pada diri anda belakangan menyebabkan janin ini tidak bisa dipertahankan.”

Minji terkulai lemas di atas tempat tidurnya. Matanya sembab, dan ia tidak masuk kerja selama dua hari ini. Betapa bodoh dirinya karena tidak mengetahui keadaan dirinya sendiri yang tengah hamil muda. Yang ia pikirkan hanya Kyuhyun dan bagaimana kesehatan pria itu juga hubungan mereka yang merenggang.

Dua hari lalu, Minji merasakan sedikit nyeri pada perutnya hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan. Betapa terkejut dirinya akan pernyataan dokter yang menyatakan bahwa dirinya baru saja keguguran tanpa pendarahan seperti yang umumnya terjadi. Jangankan berpikir soal keguguran, Minji bahkan tidak tahu jika dirinya tengah hamil. Jika saja ia tahu hal itu, mungkin Minji akan menjaga kandungannya dengan sangat baik. Kini ia sangat terpukul dan menyesal, karena kelalaiannya sebagai seorang wanita ia telah membunuh buah cintanya dengan Kyuhyun. Minji bahkan belum siap memberitahukan hal itu pada Kyuhyun. Hanya Ahra satu-satunya orang yang tahu perihal kegugurannya karena wanita itulah yang turut menemaninya saat periksa.

Setelah kejadian di mana Kyuhyun mengamuk saat itu, hubungan Kyuhyun dan Minji menjadi tidak baik. Kyuhyun menghindari istrinya, dan ia lebih memilih pelayan untuk mengurusi segala keperluannya termasuk membantunya melepas pakaian saat mandi meskipun Minji sudah pulang dari kantor. Mereka bahkan tidak lagi tidur seranjang, dimana Kyuhyun tidur di kamar mereka dan Minji menempati kamar kosong di sebelah kamar Kyuhyun. Semua anggota keluarga merasa prihatin akan situasi itu, tapi tidak ada yang bisa menentang kemauan Kyuhyun. Mereka semua merasa kasihan pada Minji, karena wanita itulah yang paling tertekan menghadapi Kyuhyun di rumah ini. Apalagi Ahra, ia yang tahu betul apa yang tengah dialami oleh adik iparnya itu. Tidak ada yang tahu kapan keadaan itu akan membaik.

Minji menghapus air mata yang tidak berhenti keluar ketika menyadari Siwon dan Ahra masuk ke dalam kamarnya. Pasangan kekasih itu duduk di atas ranjang, mengelilingi Minji yang segera duduk dan memasang senyuman terpaksa pada keduanya.

“Kau sudah merasa baikan? Jangan pikirkan urusan pekerjaan dulu. Beristirahatlah dengan baik.” Siwon yang juga merupakan atasan Minji bertanya dengan lembut. Ia tentu tahu situasi Minji yang sebenarnya dari Ahra. Wanita itu hanya memandang Minji dengan iba.

Oppa, aku ingin berhenti bekerja.” Ucapan Minji yang tiba-tiba membuat Siwon dan Ahra saling pandang. Apa yang kini tengah dipikirkan oleh wanita itu?

“Minji ya, kau jangan bertindak bodoh. Apa yang akan kau lakukan jika tidak bekerja?” sergah Ahra.

“Aku ingin mengurus suamiku. Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku harus berbaikan dengan Kyuhyun oppa. Eonnie aku mencintainya… aku merasa bersalah karena aku telah membunuh calon anaknya.. aku tidak berguna –“ Minji terisak karena berikutnya Ahra memeluk wanita itu. Air mata Minji bahkan membuat baju yang dikenakan Ahra terasa basah. Siwon hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Jika memang itu adalah keputusan Minji, ia hanya bisa mendukungnya.

**

Temuilah Minji. Ia sedang sakit. Aku tahu kau marah karena cemburu tapi sebagai laki-laki, kau harus menunjukkan sikap yang gentle. Siapa lagi yang lebih berhak menemaninya di saat seperti ini jika bukan dirimu? Kau adalah suaminya.”

Ucapan ayahnya membuat Kyuhyun tergerak, karena itulah malam ini ia berada di sini, di depan pintu kamar istrinya. Selain itu ia sendiri sudah sangat merindukan wanita itu. Kyuhyun membuka pintu yang tidak terkunci, mendorongnya agar terbuka dengan kedua tangannya. Kyuhyun kemudian menggerakkan kursi rodanya untuk memasuki kamar yang berukuran lebih kecil dari kamar miliknya. Tidak ada apapun di dalam kamar itu kecuali sebuah tempat tidur, meja kecil, sebuah televisi dan juga lemari. Kamar itu memang hanya dipakai jika ada tamu keluarga yang menginap.

Merasa ada orang lain di dalam ruangan itu, Minji yang sedang berbaring dengan membelakangi arah pintu seketika terkejut ketika ia berbalik dan melihat sosok suaminya ada di situ. Mereka saling menatap, Kyuhyun dengan ekspresi tak terbaca dan Minji yang matanya berkaca-kaca. Bagaimanapun, melihat Kyuhyun otomatis akan mengingatkannya pada calon bayi mereka yang telah hilang. Calon bayi yang Kyuhyun sendiri tidak akan pernah tahu keberadaannya.

Oppa..” Minji tersenyum dan bergumam, membuat Kyuhyun menggerakkan kursi rodanya hingga ia berada di pinggir ranjang. Sudah satu minggu sejak kejadian itu.

“Aku—aku ingin tidur di sebelahmu.” Pinta Kyuhyun.

Mendengar perkataan suaminya, Minji seketika mengerti apa yang harus ia lakukan. Wanita itu segera membantu Kyuhyun untuk naik ke atas ranjangnya. Ketika posisi Kyuhyun sudah sempurna berada di atas tempat tidur yang sama dengannya, suasana seketika hening. Kyuhyun yang bersandar pada headboard ranjang menatap Minji dan wanita itu tersenyum senang.

“Kau sakit apa?” Kyuhyun bertanya sambil mengusap kantung mata istrinya. Mendengar hal itu, Minji kembali terenyuh dan sedih. Bagaimanapun ia tidak mungkin mengatakan jika ia baru saja keguguran anak mereka.

“A— aku, aku hanya sakit biasa. Tidak enak badan dan dokter bilang itu karena lelah. Tapi kurasa besok aku akan segera sembuh, karena— kau ada di sini menjengukku sekarang.” Minji berusaha terlihat baik-baik saja.

“Aku ingin minta maaf. Aku hanya bisa menyakitimu, dan terus menyusahkanmu.”

Minji menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memegang tangan Kyuhyun yang masih bertengger di wajahnya.

“Bukan salahmu. Kau tidak bersalah sedikitpun.”

Kyuhyun tertawa dalam hati. Wanita ini begitu baik, tapi ia hanya bisa menjadi penghancur kebahagiaan wanita ini. Sungguh brengsek dirinya sebagai laki-laki!

“Ayo tidur. Merapatlah, akan kupeluk.” Kyuhyun memerosotkan tubuhnya, diikuti Minji. Seperti biasa, ia memeluk pinggang istrinya dan Minji tersenyum kecil di balik dada pria yang sangat ia cintai.

Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu, tapi aku benar-benar tidak tahu lagi bagaimana cara untuk membahagiakanmu—” gumam Kyuhyun dalam hati, lalu menenggelamkan wajah pada rambut istrinya, mencium puncak kepala Minji.

———————–

I want to capture the image of you walking to me,
hundreds of times a day
How did I become like this? You’re the one who makes my empty heart breathe
But I didn’t know your smallest dissapointments or sadness
Forgive me, forgive me baby, we’re locking eyes today
And I have something to tell you –

Hari itu rumah keluarga Cho kembali dilanda kegemparan, tapi kali ini bukan karena amukan Kyuhyun atau pertengkaran dan semacamnya. Hal yang mungkin lebih buruk dari itu baru saja terjadi, tepat ketika semua orang baru saja selesai menikmati makan malam yang enak, masakan hasil buatan Minji, menantu kesayangan keluarga itu.

Setelah acara makan malam, Kyuhyun meminta semua anggota keluarganya untuk berkumpul di ruang tengah. Malam itu, Kyuhyun menggugat cerai istrinya, membuat semua orang tidak mengerti dengan jalan pikiran Kyuhyun. Kang Minji, wanita malang itu hanya menatap hampa map berisikan surat gugatan yang diberikan Kyuhyun padanya.

Cho Kyuhyun ingin menceraikannya.

Minji mengingat semua kejadian yang terjadi belakangan. Pertengkarannya dengan Kyuhyun, keguguran janin, dan ia yang kembali berbaikan dengan Kyuhyun dua hari lalu. Lalu kini – pria itu meminta cerai darinya, tanpa Minji tahu apa kesalahannya. Minji tahu ia bukan wanita paling baik yang mungkin pernah Kyuhyun temui, tapi ia punya rasa cinta yang sangat besar untuk pria itu. Tanpa bisa dibendung lagi, wanita itu mengeluarkan air matanya, di hadapan mertua juga kakak ipar, dan di depan Kyuhyun, suaminya.

“Cho Kyuhyun! Apa kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu sekarang?!” Ahra seketika naik pitam. Ia tidak bisa melihat adik kandungnya terus-terusan menindas Minji seperti itu. Ahra sangat mengerti penderitaan adik iparnya. Melihat Minji kini menangis di depan mereka semua, membuat wanita itu sangat marah pada Kyuhyun.

“Kyuhyun ah~ kau tidak bisa mengambil keputusan ini sendirian. Aku tidak akan mengijinkan hal ini terjadi.” Tuan Cho berkata tegas. Sementara Nyonya Cho, wanita tua itu menahan tangisannya, berusaha menenangkan Minji yang duduk di sebelahnya. Minji masih belum mengeluarkan tanggapan apapun selain tangisannya yang menyayat perasaan semua orang di ruangan itu termasuk Kyuhyun. Bahkan beberapa pelayan yang menguping pembicaraan itu juga merasa terkejut.

“Maafkan aku. Ini adalah keputusan yang kuambil, dan ini semua demi kebaikan Minji.”

Minji menatap Kyuhyun dengan tajam ketika mendengar pernyataan pria itu. Kyuhyun membalas tatapan istrinya yang sangat mengintimidasinya dan tentu saja, membuatnya semakin merasa bersalah.

“Kebaikanku? Oppa, apa yang kau sebut kebaikan untukku dalam hal ini? Apa kau pikir aku akan baik-baik saja jika aku menerima keputusanmu ini? Jawab aku.. kumohon, berikan aku alasan yang bisa membuatku menerima hal ini..” Minji terisak.

Kyuhyun menelan ludahnya pahit. Ia sudah mempersiapkan jawaban terbaik, karena ia sudah tidak punya jawaban lagi.

“Maafkan aku. Kau mungkin akan berubah sangat membenciku setelah ini. Tapi, aku— aku sudah tidak mampu lagi untuk membahagiakanmu..”

——————————-

You don’t have to do what I want
My head is filled with you baby
I get strength from you, don’t let go of my hands
I’m right here for you

When I’m tired from life, I smile by looking at you
Stay with me, stay with me
Whenever I’m happy, I think of you first
Stay with me, stay with me

Kyuhyun Oppa,

Aku tidak tahu harus memulai dari mana, terlalu banyak hal yang ingin kuungkapkan padamu. Aku ingin memakimu, memarahimu, tapi sebagian besar isi surat ini hanya ungkapan rinduku pada sosok Cho Kyuhyun yang selalu mencintaiku…

Aku sangat ingin tahu, mengapa kau mencintaiku? Mengapa kau mengejarku, memilihku, menikahiku, kemudian menceraikanku hanya dengan satu pikiran yang tidak bisa kupahami hingga detik ini bahkan mungkin sampai kapanpun? Aku benci padamu karena kau membuatku kembali gagal untuk percaya akan perasaan yang tulus terhadap seorang laki-laki. Mungkin aku memang wanita malang yang tidak layak dicintai pria manapun. Bahkan, orangtua kandungku juga tidak mencintaiku. Kau tahu? Kau sangat kejam dalam hal ini.

Aku adalah gadis yang jarang mendapat keberuntungan sejak kecil. Aku tidak tahu siapa orang tua kandungku, bahkan ibu angkat yang mengadopsiku meninggal ketika aku masuk kuliah. Aku harus banyak berterima kasih padanya, karena ibu maka aku bisa mendapatkan beasiswa dan menekuni hobi desainku. Aku tahu bahwa masih banyak hal yang harus aku capai. Hingga akhirnya satu hal yang sangat kusyukuri – aku bisa bertemu denganmu.

Bagiku, kau adalah keberuntungan terbesar dalam hidupku selain ibu. Karenamu, aku tahu bahwa menunggu cinta tak berbalas hanya membuatku tersesat. Kau adalah orang yang selalu menungguiku sampai kelasku berakhir, kau juga satu-satunya orang yang memberiku bunga ketika hari kelulusanku. Dan aku sadar, bahwa segala ketulusan dan kesabaran yang kau tunjukkan telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupku – karena aku mencintaimu.

Menjadi istrimu selama dua tahun ini sungguh membuatku sangat bahagia. Aku bisa merasakan memiliki orangtua yang utuh, memiliki Ahra eonnie sebagai kakakku, dan merasakan kasih sayang seorang suami yang tidak pernah habis. Kecelakaan yang kau alami, aku sama sekali tidak pernah berpikir itu adalah sebuah kesialan dalam hidupku seperti yang mungkin kau pikirkan. Hal itu justru membuatku semakin mencintaimu, aku ingin merawatmu dan melihatmu sembuh. Aku tidak tahu – apa aku masih punya kesempatan itu? Aku sangat ingin melihatmu berjalan di atas kedua kakimu lagi. Oppa, dokter tidak pernah mengatakan kau cacat seumur hidup. Permintaan terakhirku, lakukanlah yang terbaik untuk kesembuhanmu.

Kyuhyun oppa, kali ini aku sungguh meminta maaf. Aku mungkin bukan istri yang baik, aku tidak bisa mengurusmu dengan benar, dan aku telah membuatmu salah paham. Donghae oppa, dia adalah sahabatku, dan perasaanku padanya tidak lagi seperi dulu. Pertemuan kami waktu itu adalah karena ia ingin memberitahuku seorang dokter dan ahli terapi hebat yang bisa memotivasimu untuk sembuh. Ibu Donghae oppa juga dulunya lumpuh dan sembuh di tangan dokter itu. Kurasa, kau sebaiknya mencoba dan aku sudah memberitahu Ahra eonnie di mana kalian bisa menemui dokter itu.

Oppa, setelah aku jauh darimu, kau harus menjadi orang yang lebih baik. Jika suatu hari kita bertemu lagi, aku ingin kau berdiri dengan tampan sebagai seorang arsitek hebat di negeri ini, seperti yang selalu kau katakan dulu. Cho Kyuhyun, pria hebat itu masih ada, dan aku tidak pernah berhenti percaya akan itu.

Musim gugur ini adalah musim gugur paling melelahkan dalam hidupku. Ibu angkatku meninggal juga ketika musim gugur, dan sulit rasanya percaya kita harus berpisah di musim gugur. Kurasa, aku tidak akan pernah menanti datangnya musim gugur lagi karena terlalu banyak kenangan pahit yang kuingat.

Terakhir, aku akan selalu mendokan kesembuhan dan kebahagiaanmu. Aku mencintaimu ^^

-Kang Minji-

—————————-

6 TAHUN KEMUDIAN

Minji terlihat sibuk mempersiapkan kelengkapan acara. Wanita cantik itu berulang kali mondar-mandir mengecek apakah semuanya sudah siap, baik konsumsi untuk para undangan maupun kesiapan anak-anak yang akan menampilkan acara hiburan. Seorang wanita tua berusia 60 tahunan menghampirinya, meminta Minji untuk beristirahat sejenak.

“Minji ya~ kau harus makan siang dulu. Aku lihat kau belum makan apapun sejak pagi.” Minji tersenyum ramah. Wanita itu menyeka sedikit keringat di dahinya dengan tisu.

“Ibu Kepala jangan khawatir. Aku juga tidak lapar, terlalu bersemangat untuk hari ini.”

Nanti sore, adalah perayaan ulang tahun Yayasan Jungmun, panti asuhan tempat Minji berasal. Meskipun sibuk dengan pekerjaannya, wanita berhati malaikat itu sesekali menyempatkan dirinya untuk datang ke yayasan dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di sana. Meskipun tinggal sendirian dan tidak di yayasan, Minji berusaha mencari kesenangan dengan membantu pengurus yayasan karena hal itu bisa mengurangi stres yang ia rasakan karena masalah hidup dan pekerjaan. Melihat anak-anak tertawa, Minji teringat akan dirinya ketika masih menjalani masa kanak-kanak di tempat itu sebelum diadopsi oleh almarhum ibu angkatnya. Mengingat hal itu, Minji merasakan kedamaian.

Pukul 5 menjelang senja, di saat cuaca mulai dingin karena Seoul sudah memasuki musim dingin, yayasan yang kini sudah menjadi besar itu mulai ramai dengan orang. Para undangan mulai berdatangan yang sebagian besar adalah donatur dan juga orangtua angkat yang masih menjalin hubungan baik dengan yayasan. Minji sendiri adalah seorang donatur meskipun ia dulunya juga berasal dari tempat itu. Dan kali ini, ia juga turut terlibat dalam kepanitiaan sebagai kordinator acara.

“Minji ya~ kemarilah. Ikut aku sebentar. Aku ingin mengajakmu bertemu dengan Tuan Lee, seorang donatur yang selama ini sangat banyak membantu yayasan dan memantau aktif semua kegiatan kita.”

“Tuan Lee Jonghyun? Diakah itu? Dia juga datang sekarang? Kau bilang dia sangat sibuk dan tak pernah menyempatkan diri untuk datang.”

“Ya, tapi kali ini dia datang. Aku ingin ia mewakili para donatur lain menerima cinderamata dari yayasan, jadi kau harus bertemu dengannya untuk berkordinasi dulu. Ia juga ingin tahu acara kita seperti apa.” Ibu Kepala berkata cukup jelas. Minji hanya tersenyum dan menurut.

**

“Tuan Lee, maaf membuatmu menunggu lama. Ini Nona Kang, kordinator acara kami hari ini.”

Beberapa pria dan wanita menoleh ketika ibu kepala masuk ke ruang pertemuan yayasan dengan membawa seorang wanita. Mereka semua adalah para donatur yang menyempatkan diri untuk memenuhi undangan karena biasanya kegiatan mereka sangatlah banyak. Minji tersenyum pada mereka semua, hingga pandangannya berhenti pada satu objek yang membuat aliran darahnya seakan bergetar hebat. Minji tak berkedip, dan senyum ramah di wajahnya pelan meredup ketika matanya beradu pandang dengan sepasang mata tajam itu.

“Tuan Lee, ini Nona Kang.” Ibu Kepala tersenyum, diikuti oleh senyum yang tiba-tiba terlihat dari bibir pria yang sedari tadi membuat Minji mematung dan masih kehilangan akal sehatnya hingga detik ini. Pria yang terlihat paling muda itu berdiri dengan ragu dari duduknya lalu mendekati Minji serta Ibu Kepala yayasan. Tepat di hadapan Minji, pria itu kembali tersenyum canggung. Minji tidak tahu apa yang ia rasakan ketika berhadapan dengan pria bernama Lee Jonghyun ini.

“Hallo, Nona. Apa kabar? Senang bertemu denganmu.”

**

“K—kau, terlihat sehat. Aku terkejut.”

Kyuhyun tersenyum kecil. Ia merapatkan coat hitam panjang yang dipakainya dan kepalanya sedikit tertunduk, tidak mampu memandang langsung wajah wanita yang tengah menemaninya berjalan-jalan di sekitar taman yayasan.

“Apa kau senang? Aku memenuhi harapanmu. Sulit kupercaya, aku bisa berjalan dalam jangka waktu lebih cepat dari yang diprediksikan dokter.” Kyuhyun sedikit melirik wanita itu, berusaha tersenyum. Ia melihat kedua tangan cantik itu menyatu dan terkumpul di depan pahanya, kadang meremas coat berwarna merah yang dipakainya. Kang Minji terlihat sangat manis, seperti yang dulu-dulu. Wanita itu tidak banyak berubah, hanya saja tubuhnya terlampau kurus bagi Kyuhyun. Pria itu tidak tahu apa Minji mendapat asupan gizi yang cukup selama mereka berpisah.

“Kau sangat kurus.”

“Sebaliknya kau lebih berisi.”

“Aku tidak suka kau terlihat begini kurus.” Kyuhyun berhenti, membuat mereka berdiri di jalan setapak kecil yang dikelilingi rumput dan tanaman perdu juga hias. Udara dingin menyapu kulit wajah keduanya. Minji hanya tersenyum canggung. Wanita itu menatap tanah, dan wajahnya sedikit merona.

“Terimakasih. Aku tidak menyangka akan mendapat perhatian ini lagi darimu. Tapi, bukankah sudah tidak pantas kau berkata demikian? Hal seperti tadi— hanya akan membuatku merasa sedih.” Minji menatap mata itu, mata yang begitu familiar baginya. Kyuhyun pun menatap wanita itu, dan aura wajahnya terlihat sedih.

“Maaf. Aku tahu aku tidak pantas lagi meminta maaf, bahkan sebaiknya aku tidak muncul di depanmu. Aku tidak pantas berdiri di sebelahmu seperti ini dan bertingkah sebagai pria terhormat yang harus kau segani.”

“Apakah kemunculanmu hari ini adalah sebuah kesengajaan?”

Kyuhyun menunduk pasrah, tapi ia berjanji akan memberikan penjelasan agar Minji tidak semakin membencinya.

“Maafkan aku, karena mengganti namaku di daftar donatur. Aku tidak ingin kau tahu keberadaanku. Selama ini, aku mengawasimu. Selama enam tahun ini, aku menjalani banyak sekali masa-masa sulit. Setelah kau benar-bear pindah ke Paris, keluargaku bahkan juga kehilangan kontak denganmu, membuatku nyaris gila dan ingin menyerah melakukan terapi. Aku pikir, untuk apa aku sembuh, jika aku tidak bisa melihatmu lagi, jika aku tidak bisa menunjukkannya padamu—”

“Kau membaca suratku?”

“Aku membacanya, mengetahui segala kesalahpahaman dari noona dan aku menyesal setelahnya. Aku bahkan berusaha keras mewujudkan apapun yang kau inginkan dariku. Tapi tetap saja, meskipun kini segalanya membaik, aku masih merasa bahwa aku belum pantas untuk menemuimu. Dan begitu menerima kabar kau ada di Korea, kau tidak tahu betapa aku tidak bisa menahan perasaanku.”

“Lalu kenapa kau memutuskan untuk menjadi donatur tetap? Apa itu juga karena aku?” Kyuhyun terdiam sesaat. Ia menatap Minji, lalu meraih kedua tangan wanita itu. Minji melihat kedua tangannya yang kini menyatu dengan tangan mantan suaminya. Kyuhyun sungguh ingin mengubur dirinya hidup-hidup. Ia sangat yakin Minji tidak baik-baik saja selama enam tahun ini. Terlihat jelas dari wajahnya, dan ekspresi yang wanita itu tunjukkan ketika menghadapinya kini. Wajahnya menyiratkan luka mendalam.

“Jangan berburuk sangka. Meskipun aku menjadi donatur karenamu, tapi aku sangat ikhlas melakukannya. Aku sudah melakukannya sebelum aku sembuh, sejak aku tahu bahwa kau berasal dari yayasan ini. Aku merahasiakan identitasku karena alasan tertentu. Aku harap kau memaafkanku untuk hal ini.”

Minji tersenyum miris. Kyuhyun mengawasinya. Pria itu mengetahui keadaannya tapi ia sama sekali tidak tahu apapun tentang pria itu selama enam tahun ini. Minji melepaskan tangannya perlahan, membuat pria itu terkejut dengan responnya.

Oppa, tidakkah kau sadar ini tidak adil bagiku? Kau menyadari keberadaanku, tapi aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi padamu. Aku kembali ke Korea karena tak ada satupun hal yang bisa kukerjakan dengan benar selama di sana. Berada di Paris bukan membuatku melupakanmu, malah aku semakin terpuruk dan rindu karena berada sangat jauh darimu.” Air mata mengalir dari sudut mata Minji, membuat suara gadis itu sedikit bergetar. Minji menjelaskan gambaran penderitaannya sepeninggal Kyuhyun.

“Kembali ke yayasan membuatku merasa jauh lebih baik. Asalku memang di sini, dan bisa melakukan hal berguna ketika aku sudah bisa memberi membuatku merasa bahagia.. Yah, setidaknya, aku tahu ada tempat dimana orang lain membutuhkan diriku—” Ucapan Minji terhenti karena Kyuhyun mengusap air mata di wajah cantiknya dengan ibu jari milik pria itu. Kyuhyun bahkan menyentuhnya seperti apa yang pria itu lakukan ketika mereka masih sepasang suami istri.

“Aku membutuhkanmu. Aku sangat membutuhkanmu, seumur hidupku aku membutuhkan dirimu.” balas Kyuhyun lirih.

“Jika kau membutuhkanku, semua ini tidak akan terjadi menimpa kita.” balas Minji lirih.

“Aku tidak cukup percaya diri dan aku tidak yakin akan bisa membahagiakanmu. Itulah alasan mengapa aku melepaskanmu, semua karena aku terpuruk dengan keadaanku. Aku tidak sanggup menghadapimu. Aku malu terhadapmu—“

“Bukankah itu berarti kau tidak percaya padaku? Jika kau percaya padaku, kau tidak akan merasa seperti itu. Kau meragukanku.”

Kyuhyun menarik tangan Minji dan memeluk wanita itu erat.

“Jangan katakan apapun lagi. Aku menyesal. Aku sangat menyesal.” Kyuhyun terisak di bahu Minji, membuat wanita itu semakin sulit menahan air matanya.

“Seharusnya, semua pembicaraan ini kau ungkapkan dulu. Sebelum kau benar-benar memutuskan sesuatu. Sekarang, semuanya sia-sia saja, Oppa.”

W—wae? Mengapa sia-sia?” Kyuhyun mulai panik. Ia menatap wajah mantan istrinya yang semakin terluka karenanya.

“Karena kita sudah bercerai.”

“Tapi, aku masih mencintaimu. Dan aku tahu, kau masih merasakan hal yang sama terhadapku. Tidak bisakah kita kembali? Aku ingin menebus segala penderitaanmu dengan kebahagiaan. Aku akan melakukannya—“

“Kini aku semakin yakin, bahwa laki-laki adalah makhluk yang kejam. Oppa, apa kau pikir perasaanku bisa kau balikkan semudah kau membalikkan telapak tanganmu?”

E—eotthoke.. kumohon beritahu aku. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku…”

“Pikirkanlah baik-baik sebelum kau mengambil keputusan. Aku sudah dua kali gagal dan tersakiti, dan aku tidak yakin ingin memulai sebuah hubungan lagi.” ujar Minji dingin.

“Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kuanggap ini adalah bagian dari karmaku. Tapi jangan menjauh dariku. Dulu, butuh bertahun-tahun untuk menjadikanmu milikku. Dan kini aku sudah siap jika aku harus kembali berjuang untuk mendapatkanmu. Aku sudah terbiasa menunggu, dan aku akan terus menunggumu. Aku tidak peduli kapan kita akan mencapai kebahagiaan itu. Meskipun usiaku mencapai 40 tahun, 50 tahun, bahkan 60 tahun, aku akan tetap menunggumu. Karena kau adalah segalanya bagiku.” Kyuhyun tersenyum setelah menyampaikan permintaannya.

Minji menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba agar air matanya tidak megalir lagi. Ia tidak tahu jika kisah cintanya akan sepelik ini. Mendengar kesungguhan Kyuhyun untuk menunggunya, membuat Minji membayangkan bahwa kebahagiaannya semakin jauh saja.

“Bagaimanapun, terimakasih. Kau sudah datang padaku dengan berjalan di atas kedua kakimu. Terimakasih karena telah sembuh, mantan suamiku.”

END-

Hellooo~~ 

Maaf karena FF ini telat post- Ini maunya di post waktu mabok lagu baru yg dibikin Siwon, tapi malah jadinya begini.

jangan lupa sempetin nulis  komen ya~ Thanks buat author Hyojin yang uda bantu mikirin ending FF gajelas ini xD Aku ga berbakat bikin FF melow hihi

ThanKYU for reading ^^

74 thoughts on “[Oneshoot] Don’t Leave Me

  1. helll yeah seminggu diriku dibikin nangis sama kyuhyun.dari kepikiran solo nya dia lagu lagu solo nya dia dan ff ff .sekarang kyuminji pun sedih begini T.T
    guik brengsek bgt sih dia selalu deh…maaf yah emosi banget udh bbrp judul ff baca dia kelakuannya bikin pengen jambak rambut nya sampe botak biar dia jelek dan ga bikin kepikiran lagi T.T
    kang minji kenapa gamau balikan???ini ending nya sad begini nih??bukan kyuminji banget …. tp bagus karna author minji selalu bikin si kyu bahagia,sekali sekali sad gapapa deh kuterima sbg kyuminji stan 🙂

    Suka

  2. pagi pagi bca ini dengan cuaca yg mendung mnuju mau ujan truz diiringi lgu nya kyuhyun at close+don’t leave me ahh cocok bnget dh sukses bkin nangis deh min…
    kyuhyunnya pengecut bgettt ksian minjinya mnderita eh tpi c’kyu jga mnderita deng…
    Paling nyesek pas kyu cemburu ama donghae truz mrah2 smpe mnji ga brdaya gtu dan yg paling bkin nangis tuh pas tau minji keguguran huwwwaaa nangis kejerrr deh…
    Ahhh c’kyu mah pas udh cerei bru aja nyadar truz mau jlani pengobtannya,knapa ga dri dlu wktu mnji msih ada jdi kan g sia2 pngorbnan mnji T___T
    Itu sengaja kan min endingnya kyuminji ga dipersatukan kembali karna entar bkalan ada squelnya hihiii…(ini mh akal2 aq aja min biar ada squelnya hahaa)

    Suka

  3. Huweeee, ini ending-nya kenapa begini? 😥 sad ending bukan, happy ending bukan 😦 Kyu kenapa bodoh banget. Ikut terapi setelah minji pergi, harusnya dari dulu. Kan bukan permanen lumpuhnya. Ugh. Tapi kalau nggak gini ceritanya, nggak seru juga sich. Wkwkwk…

    Suka

  4. kemunculan ff ini bikin emosiku teraduk aduk.
    pas tau ada ff kyuminji yg baru langsung lonjak lonjak kesenengan. habis baca….. di tengah tengah kuliah mewek haaaaaaaak T.T sumpah sedih banget. dari awal udah dikasih sedih. sampai akhir juga tetep sedih.
    feelnya keren banget tapi. sukses banget kak. minji pasti bisa aja maafin kyuhyun, tp kalo buat menjalin cinta lagi? kayaknya dia masih ragu dan takut terpuruk lagi. smua hal bisa dimaafkan, tapi nggak bisa dilupakan. tapi tapi kak, aku slah satu pihak yg menunggu ke-happy ending-an kisah mereka…. fans mu, fans kyuhyun, fans kyuminji. kalo bisa di ada-in ya lanjutannya hihihi

    Suka

  5. Siallll, air mata gua ngalir terus ini kak.
    Giamana ini? Apa sebegitu ceteknya perasaan Kyuhyun sama Minji, Minji tulus bgt sma dia. Lu bego’ ato gimana si?
    Sadar dong, ada orang yang cinta sama lo tulus, tanpa ada rasa beban…
    Gila, kalo ktemu orang begitu, gua tendang abis2an orang tu.
    Dan ini memang bth sequel, kita lihat lagi gimana perjuangan Kyuhyun.
    Kang Minji, salut sama ente. Wanita ter-strong yang pernah gua tahu 🙂
    Dan kak, ini wajib sequel dan pliss jangan ada air mata jika pun ada sequel.
    Ini dari awal sampai akhir cerita nangis 😦
    Jadi pesen yang bisa kita ambil adalah, jangan pernah meragukan perasaan cinta orang yang tulus sama kita, jangan mudah menyerah… Yah, itu kesimpulanku 😀
    Fighting 😀

    Suka

  6. Sumpah kak, mewek hebat baca cerita kakak ini.. Kasian banget sama minji TT
    Endingnya juga gak terduga, aku kira mereka bakal langsung balikan, tp ya aku setuju lah sama minji, dia butuh waktu buat nerima kyuhyun lagi. Sequel dong kak wkwk

    Suka

  7. HELLOOOOOOO
    WAKAKAKAKAKAAKKA

    ending yg kaya gini nih favoritnya hyojin kyakyaaaa~~~

    Eeeee mpet bener deh sama karakter kyuhyun -.- pas ngebahas ending bareng aja udah kinda pengen gemplang…pas baca…pengen nginjek jadinya ulalalalaaa *violent at the finest*

    but as expected lah ya, angstnya ofc dapet yuhuuu..
    AND NOOOOOO GAUSAH ADA SEKUEEEELLLL..BIARKAN KITA YG MENYIMPULKAN SENDIRI GIMANA MEREKA DI MASA DEPAN *wink*

    Suka

  8. Dan ini ff sukses buat aku mewek. Walaupun kyuhyun sakit, tapi dia sangat egois. Dengan mudahnya dia ngelepasin minji gitu aja, padahal buat dapetin minji dia butuh perjuangan dulu. Ini mengajarkan kita buat percaya sama pasangan dan berpikir baik2 sebelum mengambil keputusan.

    Suka

  9. pngen nangis bca ffny,
    kyu mnyedihkan,
    minji tak kalah menyedihkan,
    kyu mngkin trlihat mnyedihkan krna klumpuhanya,tpi minji mnyedihkan krna ktlusanya yg di balas kurang baik ma kyu,mski kyu mncntai minji tp krna sifat ego kyu jd trkesan mnyakiti:(
    fanficny bnar2 keren,

    Suka

  10. Huwaaaa eoniee sukses banget sih bikin mewek😭😭😭😭😭

    Cho Kyu biasa dech egoisnya gak ilang2..
    Keneh2 sendiri ajja dipake..
    huftttt…
    Kan kesian ya kang minjinya kayak dipermainkan g2..
    Dasar Guixian😈

    Suka

  11. suka bgttttt…tentang pengorbanan seorang isti dan arti dari mencintai setulus hati….pesan moralnya juga banyak…trs minji juga bener2 jd sesosok wanita tegar dan berprinsip…pengorbanan dia buat suaminya lhooo…tulus bgt…trenyuhhh aku

    Suka

  12. aigooooooo itu kata-kata terakhirnya minji bikin nyesek ajaaaa …

    kyaaaa lagian si kyu nya jga siiiih terlalu cepat mengambil keputusan …. huuuft ngefeel bgt nih ceritanya …. daebak dah !!

    Suka

  13. seru loh author, aku suka bgt ama cerita2 kaya gini, nyesek2 gimana gitu, he
    bahasanya keren, rapi bgt…suka.
    btw salam kenal ya, ini ff pertama yg aku baca d blog ini… ijin baca ff yg lain ya thor… 😉

    Suka

  14. sumpah thor q benci bgt ama cerita yg sad ending…ngenes bgt di hati..
    .bikin sadar kalo kehidupan ada pahit.nya jg …tapi bikin down makanya q gx suka… gx bs bayangin dech kalo jd kyuminji…pasti ngrasa dipermainkan takdir…ikut nangis di endingnya… 😥 😥 😥

    Suka

  15. kebiasaan ku sebelum baca ff…liat komen org2 dulu, pada bilang sedih bahkan ampe nangis, yaudah bacanya nanti aja kalo gada yg ngeliat, biar klo nangis ga malu2in wkwk

    Suka

  16. hooooomaygoooooooooddddddd aaaakkkk geter2 baca ini tuhhh!! dari awal yg ga rela kalo kyuhyun jadi lumpuh sampe yg senyim2 sendiri karena minji kok sabar dan kayanya emg cinta bgt sama kyuhyun sampe nerima dan sabar sama kyuhyun apapun keadaannya, trs sampe kesel pas kyuhyun ngamuk dan ngediemin minji, trs senyum lagi pas kyuhyun nyamperin minji ngajak tidur dipeluk, trs abisnnya dijatohin lagi dan klimaks kyuhyun cerein minji! asli yg cerein diluar ekspetasi bgt aku pikir kyuhyun gakan nyerein minii apapun keadaannya karena yg berhak minta cere kan minji sebenernya hahahaha tp astagaaaa kang minji sabar bgt huhuhuhu kyuhuum juga ah nyebelin bgt kenapa juga ga mikir dulu atau diskusiin bareng jihhhhhhhh kn kesel sendiri. tp lega akhirnya sembuh tp ttp aja sedih karena mi jo kaya yg gamau nerima kyuhyun lagi huhuhu kenapaaa ini kenapaaaa jd begini padahal masih saling cinta huhuhu lanjuuuuutt baca yg lainnnn

    Suka

  17. haduu kirain merek bakal balik lagi ternyataaa :((
    memang susah sih ya ngasih kesempatan kedua apalagi kalo udah disakiti diawal :’)
    berharap bangt pdahal mereka bersatu lagi huhu

    Suka

  18. Beneran ending nih?….kurang puas….
    Wajar Minji kecewa…Kyuhyun nemuin dianya pas udah 6 tahun…
    Ceritanya bener-bener bikin mewek…..asli nangis banget….
    Kalo ada lanjutannya aq seneng deh….heheh

    Suka

  19. Asli ini mah bikin sesek.
    G tau harus komen seperti apa. Mungkin kalau saja kyu mo bersabar n tetep percaya diri keadaannya g akan seperti itu.
    Tp kyu sangat manusiawi sekali merasakan hal seperti itu.
    Dia sangat mencintai minji n ingin minji mendapatkan kebahagiaannya.
    Tp dia merasa rendah diri n terpuruk dg keadaannya.
    Mungkin kalau minji bs bersi keras trz mendampingi kyu, kyu jg akan mengerti.
    Tp apalah semuanya author yg ngatur.
    Takdir mereka ada ditangan author n authornya menuliskan takdir mereka seperti itu,,,
    Hiks,,,hiks,,,hiks,,,,,sedih bngt sich,,,
    Mudah2n authornya berbaik hati melanjutkan kisah mereka n berakhir happy endinh,,,aminm.

    Suka

  20. Huaaaaaaa noah noah noah
    Baca ini backsoundnya Letting Go by Day6. cocok banget
    Kok gantung kak? apa ada sekuelnua?
    KasianMinji, tertekan bangey dianya.
    Kyuhyun juga emosian, tapi dia juga minder juga sih sebenere.

    Suka

  21. udah 6 tahun ga ketemu, kyuhyun bakal berjuang lagi, nunggu lagi.. haduhh kenapa ga langsung balikan aja langsung, rujuk gtu.. ahh tapi emg bner sihh perasaan itu ga bisa dibalikin semudah membalikkan telapak tangan

    Suka

  22. menangis yang bisa kuLakukan seteLah membaca story ini .. 😭
    Menyentuh banget .. feeLnya kerasa .. sperti aq adaLah pemerannya .. 😅
    TOP BGT dh untuk storynya

    Suka

  23. aku ngerti posisi minji d sini…
    kepercayaan terhadap laki2 dn sbuah komitmen hancur tk berbekas…. karna ke egoisan kyu…
    dn posisi kyu dsni jg ga terlalu salah jg dn sedikit wajar secara dia ga sempurna kya dulu… istilahnya mah krisis kepercayaan diri lah…

    ga adakah sequel chingu

    Suka

  24. yakk eonnie..kenapa dari td aku baca ff d wp ini..
    aku dibuat mewek mulu..
    hwaa mereka engga bersatu…
    aku engga rela..hiks..hiks…
    nappeun..
    eonnie bikin mereka bersatu lg…
    hwaaaa…..

    Suka

  25. Yaaah gantuung thorㅠㅠ
    Kenapa sad ending sih? Kirain pas minji blg udah cerai, si kyu nyanggah kalo mereka sbnrnya belum cere karna kyuhyun gak kirim suratnya kepengadilan ㅠㅠ

    Suka

  26. kirain bakal happy ending:( kirain mereka bakal balik lagi, huhu. berharap ada sequelnya sebenernya, yg happy ending :p wkwk tp seru kok, meskipun agak kesel sama kyu kenapa bs cerai istriya gitu aja 😮

    Suka

  27. Rasanya pengen nangis baca ff ini. Pasti Minji sakit hati bgt kalo sampe kaya gini. Masalahnya cuma ada di Kyuhyun yg nggak percaya sama dirinya sendiri..
    Td sempet berharap bakal happy ending..
    Ternyata nggak happy juga nggak sad, nggantuuuunnngggg..
    Fighting buat next post !!!

    Suka

  28. Sedihhh endingnya mrk tetep gak bersama. Ya tp ngerti sih klo ada diposisi minji, lagian kuu jg sih yg gak mikir dulu, selidiki dulu cari tau jgn maen cemburu buta aja Jdnya bikin sengsara kan… Tp plg gak endingnya si kyu ud bisa jln lg

    Suka

  29. Baper😭
    Gatau ini sad ending apa happy ending. Mereka udah nemuin jalan masing2 setelah berpisah tapi tidak dengan hubungan mereka.
    Harusnya kyuhyun ga ngelepasin minji gitu aja, terus dg mudahnya minta minji balik lagi.
    Ini hati loh bukan telapak tangan yg bisa di putar sesuka hati .

    Athor bisa bgt bikin hati nyelekit kaya gini u,u

    Suka

  30. ff nya daebakk nyesek banget sukses bikin nangiss 😭😭
    kesel sama Kyuhyun segampang itu dia membolak balikan perasaan nya Minji 😡😤 kurang sabar apa coba Minji ,aku sih suka sama keputusan nya Minji buat ga balik dulu sma Kyuhyun

    Suka

  31. endingnya aku gak suka. lebih gak suka lagi sama caranya kyu, kenapa dia berpikir kalo minji bahagia dengan dia ngelepasin minji???
    semoga ada cara untuk mereka balik lagi tanpa harus menunggu bertahun tahun

    Suka

Tinggalkan Balasan ke yehyukey Batalkan balasan