Clown Man [Chapter 1]

Author : Minji • Main Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji  •  Support Cast : Choi Hyojin – Lee Hyukjae – Shim Changmin – Henry Lau and others • Genre : Romance  • Length : Chapter

==============

Satu unit taksi berhenti di depan sebuah rumah besar yang dikelilingi tembok tinggi dan kokoh. Supir taksi yang terlihat sudah berumur keluar lebih dulu kemudian disusul oleh penumpang taksi itu, seorang gadis cantik berusia sekitar 25 tahunan. Sementara supir taksi membuka bagasi dan mengeluarkan sebuah koper hitam berukuran besar serta barang-barang lain, gadis yang memakai jins hitam dengan atasan kemeja putih beraksen renda itu melepas kacamata hitamnya, menatap pintu gerbang dengan tembok kokoh di sekitarnya.

“Sudah sangat lama, dan tidak ada yang berubah” gumam gadis berambut hitam panjang kecoklatan itu dengan nada rindu.

“Nona, semua barang-barang anda sudah lengkap.” Supir taksi mengingatkan gadis itu berhubung si penumpang belum membayar taksinya.

“Hmm, ahjussi, bantu aku mengangkat barang-barangku ke dalam. Aku akan membayarmu ekstra.” Gadis itu berkata angkuh, seolah tak peduli jika laki-laki yang diajaknya bicara adalah lelaki tua. Supir taksi itu tidak punya pilihan, lagipula sepertinya penumpangnya adalah wanita kaya dan ia cukup tergiur dengan bayaran ekstra yang ditawarkan.

**

“Aigooo Minji ya~ sudah dua tahun kau tidak pulang dan hal pertama yang kau lakukan adalah meminta uang dari pria tua ini?”

“Appa, aku hanya membawa dollar di dompetku dan ahjussi taksi tadi hanya mau menerima Won. Aku tidak sempat menukarkan uangku. Sudahlah, aku sedang kesal jadi jangan mengajakku berdebat. Aku akan mengganti uangmu nanti. Lagipula semua karena orang suruhanmu  yang tidak datang tepat waktu. Aku mana tahu akan naik taksi..”

“Kau seharusnya bersabar menunggu. Terjadi sedikit masalah. Sifatmu yang tidak sabaran belum berubah juga. Kau benar-benar mirip ibumu.” Kang Jihyuk, ayah kandung gadis itu sedikit kesal. Mendengar sang ayah menyamainya dengan ibunya, Minji semakin kesal. Ia benar-benar tidak ingin disamakan dengan ibunya.

**

Kyuhyun mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Ia baru saja menerima telepon bahwa putri Tuan Kang sudah tiba di rumah dengan menggunakan taksi. Pria itu merasa sedikit khawatir, karena Tuan Kang berkata bahwa putrinya itu sangat kesal. Bagaimanapun juga, Kyuhyun harus meminta maaf karena keterlambatannya menjemput gadis itu. Jika saja tadi ia tidak mampir ke suatu tempat untuk menyelesaikan urusan pribadinya, tentu saja ia bisa tiba di bandara tepat waktu dan gadis itu tidak perlu marah-marah.

Tuan Kang memang tidak marah karena kelalaiannya, tapi Kyuhyun merasa tidak enak karena telah mengecewakan pria tua itu. Bagaimanapun juga, Kyuhyun tahu betapa Tuan Kang sangat menyayangi putri semata wayangnya, gadis yang selalu ia bangga-banggakan di hadapan semua orang tanpa sepengetahuan gadis itu sendiri.

**

“Maafkan aku, Nona. Terjadi sedikit masalah. Maaf hingga membuatmu harus naik taksi.” Kyuhyun mengucapkan permohonan maafnya di hadapan Tuan Kang dan juga putrinya. Gadis itu menatap pria di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi, seolah Kyuhyun telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Kyuhyun tetap bersikap tenang dan santai. Ia mungkin akan bersabar karena yah—gadis ini cantik. Sangat jarang ada wanita yang juga terlihat cantik dalam keadaan marah seperti ini. Setidaknya itulah pendapat pribadi Kyuhyun. Mendengar cerita Tuan Kang dan bagaimana kesan pertamanya setelah berhadapan langsung dengan gadis ini untuk pertama kali, Kyuhyun cukup yakin jika gadis ini lebih sering cemberut daripada tertawa dalam hidupnya.

“Minji ya, katakan sesuatu pada Kyuhyun. Ini pertama kalinya kau bertemu dengannya.” Jihyuk membujuk putrinya yang masih terlihat kesal. Minji menyandarkan tubuhnya pada sofa, melipat kedua tangannya di depan dada.

“Memangnya kenapa? Apa dia orang penting?” Gadis itu berkata angkuh dan membuat Kyuhyun mulai kesal. Oke, gadis ini bukanlah makhluk yang mudah.

“Yaa, Kyuhyun adalah orang kepercayaanku. Dialah yang menjagaku selama kau kabur ke New York. Jika tidak ada dia, aku mungkin sudah mati karena terlalu berat mengurus hidupku sendiri.” Jihyuk mencoba membela Kyuhyun. Pria tampan berusia 27 tahun itu hanya diam dan wajahnya mencoba ramah.

“Dia siapa? Supir keluarga? Appa, lihatlah wajahnya. Aku bisa menilai dia bukan pria baik-baik. Dia masih muda dan wajahnya sangat licik. Bagaimana bisa kau percaya pada orang seperti dia untuk berada di dekatmu? Kau yakin dia tidak mendekatimu untuk tujuan khusus?”

“Astaga Kang Minji! Kau sungguh mirip ibumu. Jaga bicaramu. Kau sungguh tidak sopan.” Jihyuk mulai kesal karena putrinya malah berkata pedas terhadap orang yang bahkan baru ditemuinya. Mendengar dirinya dibandingkan lagi dengan ibunya, Minji berdiri dari duduknya lalu menatap dua pria di depannya dengan tajam. Kyuhyun terlihat cemas, ia telah menjadi penyebab pertengkaran ayah dan anak yang baru bertemu setelah dua tahun itu. Mereka seharusnya melepas rindu dengan cara yang benar, tapi karena kesalahannya Tuan Kang dan putrinya justru berperang.

“Appa memang tidak pernah menyayangiku. Bahkan ketika aku sudah dewasa, appa masih belum mengerti bagaimana putri appa sendiri!” setelah berkata demikian, Minji menaiki tangga menuju ke kamarnya. Kang Jihyuk hanya bisa menggeleng-geleng dan menahan dirinya. Kyuhyun kini menatap pria di sebelahnya dengan khawatir.

“Paman baik-baik saja? Aku akan membuatkan teh ginseng.” Tawar Kyuhyun.

“Tidak perlu. Oh ya, ucapan Minji jangan kau masukkan ke dalam hati. Dia memang suka mengungkapkan isi hatinya tanpa berpikir lebih dulu. Tapi percayalah, putriku adalah gadis yang baik. Jika kau sudah mengenalnya lebih dalam, kau akan melihat betapa dia sangat manis dan membuat orang lain merindukannya dengan cepat.”

“Paman jangan khawatir, aku tidak memikirkan ucapan Minji.” Kyuhyun tersenyum menenangkan pria tua itu.

———————-

“Makanlah yang banyak. Aku sudah meminta pelayan untuk memasakkan ini semua. Lihatlah, nasi kare pedas kesukaanmu.”

Minji tidak menghiraukan sama sekali ucapan ayahnya yang mencoba merayunya dengan berbagai hidangan lezat pagi ini. Baru saja amarahnya mereda, kini ia kembali merasa kesal karena melihat ada orang lain yang turut duduk di meja makan ini.

Cho Kyuhyun. Pria yang sudah rapi dengan kemeja berwarna putih dipadu dasi merah itu duduk manis tepat di hadapan Minji, sama-sama berada di sisi Tuang Kang. Bagaimana ia tidak terkejut. Minji tidak tahu siapa Kyuhyun, bagaimana latar belakang pria itu, dan apa sesungguhnya fungsi dan keberadaannya hingga ayahnya begitu mempercayainya. Minji lebih shock lagi ketika ayahnya menyebutkan bahwa Cho Kyuhyun juga tinggal di rumah ini. Ia bahkan tidak melihat pria itu ketika makan malam bahkan hingga ia tidur semalam. Tiba-tiba saja, pagi ini sosok menyebalkan baginya itu muncul dan sepertinya Minji harus belajar menyesuaikan dirinya dengan keberadaan pria ini.

Minji merasa begitu lapar apalagi ia disajikan semua makanan favoritnya. Hal itu cukup menjadi alasan baginya untuk mengabaikan fakta mengganggu di depannya. Ya, Minji cukup kejam karena gadis itu memiliki kebiasaan menganggap sesuatu tidak ada jika ia sudah tidak menyukai suatu hal. Jadi, ia hanya perlu menganggap bahwa Cho Kyuhyun, pria yang entah kenapa dibencinya itu tidak ada di sekitarnya.

“Oh ya, setelah ini kau harus bersiap-siap. Aku akan mengajakmu pergi ke kantor. Kau perlu melihat-lihat lingkungan kerjamu, menyapa para karyawan, dan juga bertemu para staff yang selama ini membantuku.”

Mendengar ucapan ayahnya yang sepertinya berbentuk perintah, Minji kembali kehilangan nafsu makannya yang sudah terkumpul dengan baik. Hari ini adalah hari perdananya menjalani aktivitas di Korea, dan Minji masih ingin bersantai, menghabiskan waktu dengan membaca novel atau menonton beberapa koleksi dvd baru yang belum sempat ditontonnya di New York.

“Appa, bisakah jangan hari ini? Aku—”

“Kau ingat? Kau pulang untuk sebuah kewajiban. Kau sudah berjanji padaku. Jika tidak, lebih baik kau kembali saja pada ibumu.” Kang Jihyuk menatap tajam putrinya. Kyuhyun yang sudah memahami rencana pria tua itu hanya diam dan makan dengan tenang. Ia melihat gadis di hadapannya, lagi-lagi wajah cemberut yang menggemaskan.

“Kyuhyun ah, siapkan mobil setelah ini. Kita berangkat bersama-sama.”

“Mwoya?! Appa! Pria ini akan ikut ke kantor juga???”

**

Minji mencoba bersikap ramah hari ini. Ia tersenyum setiap ayahnya memperkenalkannya pada seluruh isi perusahaan, terutama ketika ia berkunjung ke berbagai departemen dan berkenalan dengan para karyawan. Minji sedikit takjub karena ternyata ayahnya telah membangun sebuah perusahaan raksasa di Korea Selatan yang menguasai bisnis properti dan real estate negeri ginseng itu.

Minji terlihat sangat elegan. Ia mengenakan pakaian formal bernuansa cerah dengan heels yang mempercantik penampilannya. Rambut panjangnya digerai rapi, jatuh menutupi punggung bagian atasnya. Beberapa karyawan wanita bahkan merasa terintimidasi hanya dengan melihat gadis itu. Bagaimanapun, Kang Minji sudah mengantongi skor sempurna sebagai wanita idaman kaum adam di kantor itu. Ia cantik, pintar, dan kaya. Kini para wanita itu hanya bisa berdoa agar calon Direktur Utama mereka itu sudah memiliki kekasih yang  juga sepadan dengan dirinya.

“Aku senang sekali hari ini, karena akhirnya aku bisa memperkenalkan putriku pada kalian semua. Kang Minji putriku, ia adalah lulusan magister bisnis sebuah Universitas ternama di Amerika. Ia tegas dan berpendirian. Aku harap kalian semua bisa membantunya menjalankan tugas sebagai Direktur Utama.” Kang Jihyuk berkata dengan bangga di hadapan para staff penting dan seluruh manager. Mereka yang rata-rata berusia 30-40 tahunan terlihat sudah banyak sekali pengalaman. Minji yang masih muda merasa begitu rendah diri. Akankah ia mampu mengemban tugasnya dengan baik? Belum pernah ia merasa setidak percaya diri ini.

“Dan kau, bertemanlah dengan para manager ini. Sekalipun mereka seperti orangtuamu, kau harus bisa bersikap professional. Untuk segala urusan kau akan dibantu oleh Nona Hyojin. Dia seumuran denganmu, dan karirnya sebagai seorang sekretaris sangatlah bagus.” Minji menoleh ke arah gadis cantik yang berdiri di sebelah Kyuhyun. Gadis itu tersenyum padanya, dan Minji membalasnya dengan ramah.

“Lalu untuk kordinasi dan segala pengambilan keputusan, kau juga harus berhubungan dengan Tuan muda Cho. Ia adalah General Manager di sini.”

Minji menahan dirinya. Pria menyebalkan yang merusak harinya sejak kemarin baru saja menundukkan kepalanya lalu tersenyum tanda hormat padanya. Cho Kyuhyun. Baiklah, Minji telah mencatat nama pria itu. Bagaimana bisa ia menjadi seorang General Manager di perusahaan milik keluarga Kang? Minji semakin tidak menyukai Kyuhyun. Ia sangat yakin Kyuhyun memiliki maksud terselubung dan ia akan mencari tahu siapa sebenarnya pria itu.

——————————

Minji mengunyah makan malamnya dengan malas. Malam ini ia makan hanya berdua dengan ayahnya, sama seperti malam kemarin. Entah mengapa Kyuhyun tidak pernah muncul ketika makan malam padahal pria itu juga tinggal di rumah ini. Minji sangat penasaran tapi ia sedang mencoba menahan dirinya untuk tidak bertanya secara langsung pada ayahnya. Lagipula apa pedulinya? Bukankah bagus jika pria itu tidak sering-sering muncul di hadapannya?

“Mulai besok, kau sudah masuk kantor. Persiapkanlah dirimu dan jangan mempermalukanku di depan semua staff.”

“Hmm..”

“Jika ada sesuatu yang kau perlukan, kau bisa katakan pada Kyuhyun. Ia akan membantu dan mendampingimu.”

Mendengar nama itu kembali disebut, Minji meletakkan sumpit besinya dengan tak sabar hingga menimbulkan suara dentingan di ruang makan yang sepi itu. Melihat reaksi putrinya, Jihyuk menghentikan sejenak acara makannya dan memperhatikan gadis kesayangannya.

“Kau terlihat tidak suka jika aku membahas soal Kyuhyun.”

“Appa! Siapa dia sebenarnya? Dia bahkan bukan keluarga kita tapi kau mengijinkannya tinggal di rumah ini. Dia juga bukan pelayan. Anehnya kau memberikan jabatan tinggi di perusahaan untuknya. Siapa sebenarnya dia? Apa dia anak kandungmu dengan seorang wanita yang tidak aku dan ibu ketahui—”

“Yaaa! Jaga bicaramu. Kau tega sekali menuduh ayahmu sendiri.” Jihyuk menaikkan nada bicaranya. Putrinya sungguh tidak bisa menjaga bicaranya.

“Lalu apa? Sungguh, tidak masuk akal kau bersikap begitu baik pada orang lain yang tidak ada kaitannya denganmu.”

“Dia memang bukan keluarga kita. Tapi, mulai saat ini anggaplah dia sebagai keluargamu sendiri. Dia lebih tua dua tahun darimu, anggap saja dia kakakmu.” Jihyuk berkata dengan nada lebih lembut dari sebelumnya. Ia benar-benar ingin melihat putrinya bisa bersikap baik terhadap Kyuhyun.

“Kakak? Hahhahahha, appa, kau bercanda? Apa jangan-jangan tebakanku benar?”

“Sudahlah. Aku tidak mau membahasnya. Kau habiskan saja makan malammu.” Jihyuk sepertinya menghindari topik itu.

“Apa-apaan ini? Dia bahkan tidak pernah ikut makan malam.” Minji masih mengomel sendirian.

“Kyuhyun punya kegiatan lain yang menyebabkan dia tidak bisa ikut makan malam. Dan itu tidak terjadi setiap hari. Mungkin besok ia akan bergabung dengan kita.” Jihyuk yang mendengar gumaman putrinya kembali menyahut.

————————-

Keesokan harinya, Minji tidak muncul ketika sarapan pagi. Gadis itu pun berangkat ke kantor dengan mengemudikan mobilnya sendiri, meninggalkan ayahnya yang sepertinya akan berangkat dengan Kyuhyun. Tuan Kang tidak ingin membuat keributan di pagi hari dan ia tidak ingin Minji kehilangan moodnya untuk pergi ke perusahaan.

Kyuhyun pun tidak bertanya banyak. Pagi ini ia sempat berpapasan dengan gadis angkuh itu di depan rumah ketika ia akan menyiapkan mobil dan Minji hendak berangkat dengan mobil pribadinya. Ia tidak mengerti apa yang membuat Minji begitu membencinya hingga gadis itu tidak mau melihat wajahnya. Jika hanya karena kelalaiannya ketika menjemput gadis itu saja, rasanya ini terlalu berlebihan. Atau mungkin Kang Minji adalah tipe orang yang memberikan penilaian terhadap orang lain melalui kesan pertama. Entahlah, Kyuhyun sepertinya tidak mau sibuk memikirkan itu. Masih ada banyak waktu ke depan untuknya mengenal gadis aneh yang belum pernah sekalipun ia lihat tersenyum dengan tulus kecuali saat pengenalan dengan staff di perusahaan.

**

Minji duduk di ruangannya dengan perasaan gugup. Bagaimanapun ini adalah hari pertamanya menjalankan tugas sebagai seorang Direktur. Ia tidak tahu akan sesibuk apa dirinya nanti, tapi Minji sudah berjanji akan melakukan yang terbaik demi ayahnya. Minji baru saja meletakkan dua buah foto di atas meja kerjanya. Yang pertama adalah foto dirinya dengan kedua orangtuanya saat kelulusan SMAnya, yang kedua adalah fotonya dengan seorang pria tampan yang berstatus kekasihnya.

Minji tersenyum ketika memandangi fotonya dengan ayah dan ibunya. Kelulusan SMAnya, itu adalah momen terakhir kebahagiaan mereka bersama-sama. Setelah itu, mereka tidak pernah lagi mengambil foto bersama-sama karena perceraian kedua orangtuanya yang tidak terduga. Ya, ayah dan ibunya telah bercerai dan hidup terpisah. Minji tidak begitu paham apa penyebabnya. Ia hanya tahu kedua orangtuanya mulai bertengkar dan sepertinya hal itu disebabkan oleh kehadiran pihak ketiga. Perceraian itu membawa ibunya pindah ke New York sekaligus untuk urusan bisnis dan ayahnya tetap di Korea.

Tanpa sadar Minji meneteskan air matanya. Ia tidak tahu hal apa yang mengakibatkan kedua orangtuanya berpisah. Minji ketika itu benar-benar shock hingga ia berubah menjadi pribadi yang ketus dan dingin terhadap orang lain. Saat perpisahan itu terjadi, Minji memilih tinggal dengan ayahnya karena ia sudah terdaftar sebagai seorang mahasiswa di salah satu Universitas ternama di Seoul. Setelah kelulusannya, Minji bertengkar hebat dengan ayahnya hingga akhirnya ia menyusul ibunya ke negeri Paman Sam dan meneruskan pendidikan magisternya di sana. Namun karena sesuatu dan lain hal, Minji bertengkar dengan ibunya dan akhirnya ia memilih untuk pulang ke Korea. Apalagi ia mendengar bahwa ayahnya menderita sakit dan memintanya pulang. Ia rasa ayahnya jauh lebih membutuhkan dirinya daripada ibunya di sana.

Minji buru-buru mengusap air matanya ketika mendengar suara ketukan pintu di ruangannya dibarengi dengan kedatangan seseorang. Minji segera menetralkan ekspresinya apalagi ketika melihat siapa yang datang. Cho Kyuhyun tengah berjalan ke arah mejanya dengan wajah tidak berdosanya. Pria itu mengamati wajahnya, dan Minji terlihat kesal.

“Ada perlu apa?” Tanya MInji dengan nada dingin. Ia tidak bisa ketus karena ini adalah lingkungan kerja. Mungkin Kyuhyun datang untuk sebuah urusan pekerjaan. Oh bukan mungkin, tapi pasti.

“Nona, kau tidak apa-apa? Apa kau habis menangis?” Tanya Kyuhyun.

“Apa maksudmu? Jangan bersikap sok tahu. Kau tidak berhak bertanya seperti itu padaku. Bukankah kau datang untuk urusan pekerjaan? Cepat katakan dan tinggalkan ruanganku dengan segera.” Kesal Minji. Kali ini ia benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya karena Kyuhyun telah mengusik privasinya.

“Oh maafkan aku. Aku memang datang untuk menyampaikan sesuatu padamu tapi—” Kyuhyun sedikit ragu, membuat Minji memasang wajah penasaran sekaligus heran.

“Mwoya? Apa yang kau lihat? Kau sungguh tidak sopan.”

“Nona, maskara di matamu berantakan.”

Minji menarik nafasnya kesal, mencoba menetralkan emosinya. Pria bernama Cho Kyuhyun ini sungguh sial. Minji merasa sangat malu karena pria ini berani mengomentari penampilannya. Minji lupa, ia baru saja mengusap matanya dengan kasar dan ceroboh hingga tidak menyadari jika dirinya tengah memakai maskara. Bagaimana ini? Minji merasa sangat malu. Bagaimanapun juga, Kyuhyun adalah seorang pria tampan dan well— semenyebalkan apapun seorang Cho Kyuhyun di matanya, ia tetaplah pria dan Minji telah mempermalukan dirinya di depan seorang pria.

Minji tidak tahu lagi bagaimana menempatkan ekspresinya. Jika saja ini Hyojin atau karyawan wanita lain yang mengomentarinya, mungkin ia tidak akan semalu dan sepanik ini. Kyuhyun tertawa geli di dalam hati melihat wajah gadis di hadapannya. Minji bahkan belum membalas perkataannya. Ia hanya melihat gadis itu terlihat kalah, lalu segera mengambil tasnya dan melihat cermin.

“Aku akan ke toilet sebentar. Kau bisa menungguku di sini atau kau bisa keluar dulu. Terserah padamu.” Dan Gadis itu berlalu begitu saja.

**

Tiga orang pria sedang tertawa terbahak-bahak di dalam ruangan milik Cho Kyuhyun sementara seorang gadis di dalam ruangan itu hanya menatap teman-temannya dengan heran. Eunhyuk, Changmin, dan Kyuhyun duduk di sofa begitu pula Hyojin. Mereka tengah membicarakan Kang Minji dan semua obrolan itu berawal dari mulut manis seorang Cho kyuhyun yang masih tertawa geli mengingat hal yang ia lihat setengah jam yang lalu ketika ia akan menemui direkturnya yang terhormat itu.

“Oppa, sudahlah. Kurasa kalian terlalu berlebihan. Mungkin Minji ssi lupa akan maskaranya.” Hyojin mencoba menenangkan ketiga pria itu.

“Aku tahu. Tapi tetap saja, rasanya sangat bahagia mengingat sejak awal bertemu ia begitu membenciku. Lalu aku menyaksikan hal memalukan darinya, kau tahu bagaimana wajahnya Hyojin ah? Hahahhahah!”

“Ya! Hati-hatilah. Sekarang kau menertawakannya, mungkin besok kau akan tergila-gila padanya!” Eunhyuk yang mulai mereda kini menggoda Kyuhyun.

“Oh ya?! Haruskah aku berharap seperti itu? Sepertinya menarik membuat nona angkuh itu bertekuk lutut di hadapanku—”gurau Kyuhyun. Changmin melirik ke arah Hyojin. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Suasana ramai di ruangan itu baru benar-benar hilang ketika telepon di meja Kyuhyun berbunyi. Kyuhyun segera bangkit dari sofa untuk mengangkat telepon lalu tersenyum sumringah.

“Aku harus pergi. Ibu Direktur sudah selesai memperbaiki make upnya dan ia memanggilku untuk datang ke ruangannya. Hyojin ah~ sebaiknya kau kembali ke tempatmu karena sepertinya ia akan banyak merepotkanmu nanti.” Ujar Kyuhyun sambil mengedipkan sebelah matanya pada gadis itu. Hyojin tersenyum lalu mengikuti Kyuhyun keluar dari ruangan.

————————–

Malam itu Kyuhyun ikut bergabung untuk menikmati makan malam bersama Minji dan ayahnya. Jihyuk dan Kyuhyun terlihat membicarakan banyak hal, sementara Minji lebih banyak diam dan menikmati makanannya. Gadis itu benar-benar ingin segera menghabiskan makanannya agar ia bisa segera hengkang dari ruang makan dan tidak usah menghadapi wajah Cho Kyuhyun berlama-lama. Sepertinya kekesalannya bukan lagi karena kelalaian Kyuhyun saat menjemputnya, tapi Minji tidak menyukai perhatian yang diberikan ayahnya pada pria itu.

“Kau mau kemana? Diam di tempatmu. Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian.” Jihyuk menginterupsi putrinya yang hendak bangkit dari duduknya. Minji telah menuntaskan makan malamnya.

“Tidak bisakah appa bicara padaku saja? Temui aku di kamarku.”

“Ini menyangkut perusahaan. Kau dan Kyuhyun sama-sama penting dalam pembicaraan ini. Jangan membantahku lagi.” Minji tidak punya pilihan, dan ia menunggu kelanjutan pembicaraan dengan wajah kesal. Sangat berbeda dengan Kyuhyun, pria itu terlihat tenang. Minji sempat mendelik kesal karena Kyuhyun menatapnya dan bagi Minji hal itu sungguh tidak sopan.

Kyuhyun malam itu memakai sweater merah dan penampilannya terlihat seperti pria intelek yang sopan juga layak berada di rumah ini. Minji memperhatikan Kyuhyun. Rasa penasarannya terhadap sosok pria itu semakin menjadi-jadi. Apakah Kyuhyun orang miskin yang dipungut ayahnya kemudian diberikan posisi bagus karena mungkin Kyuhyun pernah menolong ayahnya? Ataukah sebaliknya, Kyuhyun adalah pria kaya dan pintar seperti penampilan pria itu. Tapi pertanyaan besar, jika orang kaya mengapa Kyuhyun tinggal di rumahnya? Ia yakin gaji yang diterima Cho Kyuhyun sebagai seorang General Manager di perusahaan keluarga Kang sangat lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya dengan gaya mewah apalagi membeli sebuah rumah atau mungkin apartemen.

Kyuhyun tiba-tiba melihat ke arahnya, dan Minji masih sibuk memandangi pria itu dengan pikirannya sendiri. Ia sama sekali tidak sadar jika sepasang mata tajam milik Kyuhyun tengah menatapnya balik ditambah dengan sedikit seringaian yang bahkan Kang Jihyuk sendiri tidak menyadarinya.

“Nona, apa yang kau lihat?”

Minji seolah ditampar keras pada kedua pipinya. Ia kedapatan memperhatikan Cho Kyuhyun dengan cara sedetail tadi. Gadis itu buru-buru mengalihkan wajahnya, lalu menatap ayahnya yang sedang meminum air putih.

“Appa, lekaslah memulai pembicaraan. Aku ingin beristirahat.”

“Oh, baiklah. Kyuhyun ah, berhenti memanggilnya Nona. Dia bukan majikanmu dan kau bukan pelayan atau orang asing di rumah ini. Panggil saja namanya jika kalian berada di luar kantor. Dan kau, belajarlah memanggilnya oppa atau panggil Kyuhyun dengan cara yang lebih sopan.”

Kyuhyun mengiyakan ucapan Jihyuk lalu sedikit terbatuk. Sementara Minji, gadis itu hanya bisa merutuk keheranan.

“Minji ya, kau sudah tahu aku menderita sakit. Belakangan kondisiku memburuk dan aku harus benar-benar fokus untuk pengobatanku. Aku akan jarang masuk kantor dan sepenuhnya kuserahkan perusahaan padamu.” Minji hanya diam mendengar perkataan ayahnya. Dalam hati ia sangat sedih karena kondisi ayahnya dan sekaligus merasa berdosa karena tidak pernah perhatian pada ayahnya.

“Dan kau tahu? Posisimu adalah di bawahku, di bawah CEO. Seorang Direktur Utama bertanggung jawab penuh terhadap segala urusan dan operasional perusahaan. Aku tahu ini mungkin sedikit berat bagimu, tapi kau punya Kyuhyun yang akan membantumu. Direktur harus selalu berkomunikasi dengan General Manager. Kau harus selalu melibatkan Kyuhyun dalam setiap kegiatan operasional dan pengambilan keputusan. Kyuhyun ah, kau tahu tugasmu bukan? Aku sudah sering memberitahumu.”

“Tentu saja, Paman. Kau tidak usah khawatir.” Kyuhyun berkata tenang.

“Minji ya, untuk hal ini aku sangat berharap kau bisa berteman dengan Kyuhyun. Selama ini dia banyak membantuku bahkan mengurus dan memperhatikan kesehatanku. Maka dari itu aku memintanya tinggal di sini. Kyuhyun bukanlah orang Seoul. Aku hanya ingin mengatakan ini jika kau masih memiliki pertanyaan mengapa aku begitu baik padanya dan mengapa Kyuhyun tinggal di rumah ini. Jadi, berhentilah meganggap Kyuhyun orang asing.”

Minji mendengarkan dengan seksama ucapan ayahnya. Bagaimanapun, ia belum puas dengan alasan mengapa Kyuhyun bisa tinggal di rumah ini dan merebut perhatian ayahnya sebesar itu. Setahunya, ayahnya bukanlah tipe pria murah hati. Setidaknya untuk hal seperti ini, Minji masih belum bisa menerima alasan ayahnya. Dan gadis itu, ia berjanji akan mencari tahu siapa Cho Kyuhyun sebenarnya. Minji masih belum percaya bahwa Kyuhyun sebaik yang dikatakan ayahnya.

**

“Ya!”

Kyuhyun yang sedang duduk bersantai sambil berkutat dengan notebooknya di balkon belakang yang menghadap kolam renang indoor sedikit terkejut dengan suara yang mulai familiar di telinganya itu. Kyuhyun tersenyum lalu berdiri menyambut kedatangan gadis yang malam itu terlihat memakai hot pants dan kaos lengan panjang berwarna peach. Ia mempersilakan Minji untuk duduk di kursi kayu yang ada di sana.

“Tidak usah sok ramah terhadapku. Aku tahu kau bukanlah orang yang seramah itu.”

“Minji ssi, kau selalu muncul dengan mengibarkan bendera perang padaku. Bukankah aku sudah meminta maaf atas kesalahanku waktu itu?” Kyuhyun menanggapi perkataan gadis itu dengan cukup serius. Minji, ia terkejut karena Kyuhyun benar-benar memanggil namanya, tidak lagi menggunakan embel-embel “nona”. Sungguh pria itu sangat menurut pada perkataan ayahnya.

“Aku menilai seseorang melalui kesan pertama. Dan sayang sekali, kau bahkan tidak memberiku kesan yang bagus setelahnya. Kau sangat menyebalkan.” Minji menatap mata Kyuhyun tajam. Pria itu menyeringai, balas menatapnya.

“Kau hanya belum terkesan padaku.”

“Aku tidak akan pernah terkesan terhadap orang asing sepertimu.”

“Hei, kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Mungkin sebulan ke depan kau akan terbiasa denganku bahkan mungkin saja kita akan berkencan?” Minji tertawa sinis. Ia semakin yakin pria seperti apa Cho Kyuhyun ini.

“Well, you’re jerk. Kyuhyun ssi, mungkin aku sudah bisa menebak kemana arah pikiranmu. Menggoda putri CEO hingga nanti kau bisa memiliki perusahaan keluargaku secara utuh. Itukah yang kau inginkan?”

“Wah, kau sungguh berpikir terlalu kritis. Aku tidak yakin kau benar-benar bersekolah di Amerika. Setahuku budaya di sana mengajarkan warga mereka unuk berpikir santai.”

“Jangan balik mengkritisi pendidikanku. Kau hanya bermodus di rumah ini!”

Kyuhyun merasa sedikit terusik. Pria itu maju dua langkah, mengikis jaraknya dengan gadis itu hingga Minji merasa sedikit gentar akibat aura panas yang ditimbulkan Kyuhyun di dekatnya. Kyuhyun kini berdiri tepat di depannya, sedikit menunduk menatap mata gadis yang berkobar menantang amarahnya. Minji merasa sedikit gugup dan risih, hingga tanpa sadar ia memundurkan langkahnya. Minji terkejut karena Cho Kyuhyun mencekal lengannya, membuat gadis tu tidak bisa mundur lagi.

“Bajingan.. a—apa yang akan kau lakukan—”

“Terlalu dini untuk menilai siapa diriku, Minji ssi.”

“A—apa maksudmu?” Minji memberanikan dirinya menatap mata Kyuhyun. Ia mendongak untuk bisa menatap tepat kedua mata pria yang lebih tinggi darinya itu. Pikiran gadis itu tidak lagi fokus, karena aroma Kyuhyun yang memabukkan mulai mengusik indera penciumannya. Mata beningnya yang setajam mata elang, rahangnya yang halus, hidungnya yang bagus, dan garis bibir pria itu. Kyuhyun termasuk pria Korea yang tampan. Minji mencoba menormalkan nafasnya. Bisa bahaya jika Kyuhyun menyadari kegugupannya. Kyuhyun tidak bergeming. Nafas mereka bertabrakan, dan Kyuhyun bisa merasakan kegugupan yang melanda gadis itu. Kyuhyun menyeringai licik.

“Minji ssi, berhati-hatilah. Kau bisa jatuh cinta padaku nanti. Karena caramu membenciku sangat tidak berdasar.”

“Omong kosong—”

“Dan belajarlah menghargai orang lain. Kau seharusnya bisa bersikap sopan meskipun kau sedang berada di rumahmu sendiri. Kau baru saja mengusik kegiatanku dengan cara berteriak tidak sopan.”

Minji terdiam. Sepertinya pria ini marah padanya. Kyuhyun mungkin tersinggung , tapi Minji tidak ingin peduli akan hal itu untuk saat ini. Ia hanya akan menganggap bahwa Kyuhyun hanya menggertaknya saja. Pria itu tidak akan berani menyakitinya selagi ada ayahnya, orang yang memberi Kyuhyun makan.

“Lepaskan tanganku.”

Kyuhyun sadar ia telah mencekal lengan gadis itu cukup keras. Berikutnya Kyuhyun melepaskan tangan Minji dan mulai menjauhkan tubuhnya. Minji bisa bernafas lega. Ia kembali menatap Kyuhyun penuh kebencian. Ia tidak menyangka Kyuhyun akan memperlakukannya seperti tadi. Pria itu benar-benar memiliki aura jahat yang kuat bagi Minji.

“Cho Kyuhyun, apapun yang kau pikirkan dan juga rencanakan, selama aku masih ada di sisi ayahku, kau tidak akan bisa berbuat apapun.”

Setelah berkata demikian, Minji meninggalkan balkon belakang menuju ke kamarnya. Kyuhyun hanya menggeleng-geleng heran. Untung saja sikap buruk gadis itu bisa mencegah Kyuhyun untuk mencium gadis itu tanpa ampun.

Kyuhyun melirik notebooknya. Sial. Kemunculan Minji benar-benar merusak mood baiknya yang sudah terkumpul untuk menyelesaikan proyek barunya. Sepertinya Kyuhyun harus kembali mengumpulkan inspirasinya yang menghilang entah kemana karena kemunculan gadis itu.

————————–

Minji sedang membaca berkas yang diserahkan Hyojin sebelum jam makan siang. Hyojin juga masih berdiri di sebelah Minji, menunggui gadis itu karena ia memerlukan tanda tangan Minji saat itu juga. Di saat Minji tengah serius membaca berkas tersebut, Hyojin memperhatikan sekelilingnya, dan matanya tertuju pada foto yang ada di atas meja kerja Minji, terutama foto ketika Minji tengah dirangkul dari belakang oleh seorang pria yang tampan. Pria berwajah oriental, tapi Hyojin tidak yakin jika pria itu adalah keturunan Korea. Hyojin tahu foto itu pasti diambil di luar negeri, di mana keduanya tertawa dalam balutan mantel hangat dengan latar belakang salju dan juga orang-orang asing yang berkeliaran sebagai latar foto itu.

“Baiklah. Urus segera dan segera berikan perincian biayanya padaku, sekecil apapun itu.” Minji menoleh dan mendapati sekretarisnya sedang tidak fokus padanya. Minji mengikuti arah pandang Hyojin, dan gadis itu kedapatan sedang mengamati foto pribadinya. Minji tersenyum kecil.

“Apa yang kau lihat?” Hyojin terkejut. Ia sedikit malu karena terlihat tidak sopan. Namun ketika melihat respon Minji tidaklah buruk, Hyojin memberanikan dirinya mengajukan sebuah pertanyaan.

“Siapakah pria di foto itu? Apakah kekasih anda?” mendengar pertanyaan Hyojin, Minji tersenyum lalu mengambil foto itu, mengusap wajah pria yang tengah tersenyum di sana.

“Ya, dia kekasihku. Saat ini ia masih di New York, tapi sebentar lagi ia akan datang.”

“Tampan. Sangat serasi dengan anda. Kalian pasti berjodoh.” Hyojin tersenyum lega.

“Maybe~” Minji menaikkan bahunya lalu tersenyum. Pertanyaan Hyojin tiba-tiba membuatnya merindukan pria itu. Tapi ia tidak perlu khawatir, karena minggu depan ia sudah bisa bertemu lagi dengan pujaan hatinya.

**

Kyuhyun terlihat menikmati makan siangnya dengan lahap. Pria ini adalah penggila seafood, dan ia akan makan dengan baik jika sudah berhadapan dengan cumi, udang, kepiting, dan sebagainya. Sayang sekali suasana makan siang kali ini terasa lebih sepi karena Eunhyuk dan Changmin tidak bergabung. Namun bagi Hyojin, ketiadaan dua pria itu adalah sedikit anugrah baginya karena ia bisa menikmati kebersamaan dengan Kyuhyun.

“Oppa, makanlah pelan-pelan. Kau bisa tersedak.” Hyojin memperingatkan Kyuhyun. Mereka sedang berada di restoran Chinese food pinggir jalan yang terletak beberapa blok di sebelah perusahaan. Tempat makan ini merupakan favorit Kyuhyun dan yang lainnya, bahkan beberapa karyawan juga menyukai makan siang di restoran ini.

“Hyojin ah, minggu depan kau berulang tahun. Apa yang kau inginkan tahun ini?” Kyuhyun bertanya setelah meneguk birnya yang dingin. Hyojin tersenyum senang, pria ini ternyata masih mengingat ulang tahunnya.

“Jika aku mengatakannya maka tidak akan menjadi kejutan bagiku.”

“Kalau begitu, aku harus mendiskusikannya dengan Eunhyuk dan Changmin. Aku tidak mau seperti tahun lalu. Mereka berdua bodoh sekali memberikanmu hadiah yang sama.” kenang Kyuhyun. Hyojin tertawa mengingat hal itu. Ia masih mengingat telah menerima dua buah tas bahkan dengan brand yang sama meskipun dengan warna yang berbeda. Sementara Kyuhyun, pria itu memberinya sebuah CD band indie yang lagu-lagunya sangat enak didengar bahkan masih menjadi favorit Hyojin hingga saat ini.

“Oppa, bagaimana dengan Minji ssi?”

“Apanya yang bagaimana?”

“Kau tinggal serumah dengannya. Apa di rumah ia juga seperti di kantor? Sedikit bicara dan tidak banyak bergaul.” Ujar Hyojin.

“Untuk apa kau penasaran dengannya? Kuberitahu, Ibu Direktur tidak memiliki kepribadian yang bisa menyenangkan orang lain. Aku tidak akan membicarakan itu di sini. Tidak heran jika ia masih belum punya teman hingga saat ini.” Hyojin memicingkan matanya. Kyuhyun sepertinya tidak begitu menyukai atasan baru mereka. Hyojin mengerti, mungkin karena sejak awal pria itu sudah memiliki masalah dengan Minji.

“Menurutku tidak juga. Minji ssi berkencan dengan seorang pria. Aku melihat foto mereka di atas mejanya. Dan sepertinya hubungan mereka sangat baik dan romantis.”

“Oh ya? Aku tidak yakin ada pria yang tahan dengan kelakuannya. Ia cantik tapi sama sekali tidak manis. Sungguh aku sangat anti dengan wanita seperti itu. Bukan tipeku.” Kyuhyun menegak birnya setelah berkata demikian. Hyojin kembali menggeleng heran. Kyuhyun seakan memancingnya untuk bertanya, wanita seperti apakah yang menjadi tipenya.

**

Siang itu setelah jam makan siang, Minji mengadakan rapat pertamanya dengan semua manager. Rapat berskala kecil itu akan membahas tahap awal penawaran lahan di daerah Ilsan yang jika rapat menemukan kata sepakat, Minji berencana membuka sebuah kawasan hunian baru di lokasi itu. Hal ini mungkin akan menjadi proyek pertamanya, dan Minji yakin ia akan bisa menghandle proyek ini dengan baik. Rapat yang dihadiri kurang dari sepuluh orang itu berlangsung lancar dan semua staff mendengarkan dengan baik penjelasan direktur baru mereka.

Kyuhyun pun demikian. Ia memperhatikan gadis itu tanpa berkedip, mengamati presentasi ringan yang dibawakan Minji. Dari apa yang dilihatnya, ia mengakui Minji memiliki cara pikir dan juga cara kerja yang bagus. Gagasan yang diungkapkannya didukung dengan alasan yang tepat dan cara bicaranya bisa membuat lawan bicara mengikuti dan mendengarkan ucapannya. Singkat kata, Minji adalah gadis yang pintar. Poin positif kedua yang Kyuhyun dapat dari gadis ini, selain cantik ia juga intelek. Kyuhyun kini paham alasan mengapa Tuan Kang sangat bangga dan mempercayakan putrinya.

“Baiklah, sejauh ini hanya itu yang bisa kusampaikan pada kalian. Kita masih ada waktu untuk memutuskan apakah kita akan mengambil lahan ini atau tidak. Jadi sesuai dengan apa yang kusampaikan tadi, aku harap kalian bisa mengurus secepatnya jobdesk yang sudah kuberitahukan. Terutama manager Shim dan manager Lee, aku harap kalian bisa meninjau lokasi dengan cepat. Deadline untuk semuanya adalah akhir pekan ini. Selamat bekerja.” Minji tersenyum dan menutup rapat singkatnya.

Satu-persatu para staff keluar dari ruangan rapat, kecuali Kyuhyun yang sengaja ingin bicara dengan gadis itu. Minji yang menyadari jika ia hanya berdua dengan Cho Kyuhyun merasa agak panik apalagi jika mengingat semalam mereka terlibat adu mulut. Kyuhyun dengan santai mendekati gadis itu, lalu tersenyum sebelum membuka obrolan.

“Ada apa Manager Cho? Apa ada yang ingin kau tanyakan?” Minji mencoba tenang meskipun nada bicaranya masih cukup dingin.

“Tidak ada. Aku hanya merasa terkesan padamu. Aku tidak tahu bahwa ternyata kau cukup mengagumkan dalam hal presentasi.”

“Kau masih mencoba merayuku?”

“Astaga. Berhentilah berpikiran buruk terhadapku. Jika kau terus mengucapkan hal itu dan mensugesti dirimu seperti itu, aku justru takut nanti kau benar-benar minta dirayu olehku.”

“Bajingan. Aku sungguh tidak punya waktu meladeni omong kosongmu. Aku harus kembali ke ruanganku. Selamat siang.”

“Oh ya—”

Minji menghentikan langkahnya ketika Kyuhyun kembali menginterupsinya.

“Jangan lupa untuk tetap berkordinasi denganku. Kau bisa saja tidak menyukaiku. Tapi untuk urusan pekerjaan, kau harus mematuhi garis kordinasi dan kau tidak bisa bertindak sekehendakmu.” Minji menatap Kyuhyun lalu tersenyum dengan cantik. Ia menarik dasi berwarna merah yang dipakai Kyuhyun, sedikit merapikannya lalu berakhir dengan menyentuhkan tangannya di dada pria itu.

“Jangan khawatir. Aku bisa membedakan urusan pribadi dan professional. Aku tidak sebodoh yang kau pikirkan.” Kemudian gadis itu berlalu. Kyuhyun memandangi punggung gadis itu yang menjauh. Tangannya kini memegang dasi miliknya sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

—————————-

Minji masuk ke dalam sebuah restoran Italia yang ada di kawasan Gangnam. Kedua mata cantiknya mencari-cari sesuatu dan ia tersenyum lebar ketika menemukan seorang pria berlesung pipi melambaikan tangan lalu berdiri menyongsongnya. Ketika berhadapan Minji memeluk pria itu dengan hati-hati. Si pria mengecup kening gadis itu lalu mempersilakannya untuk duduk.

“Honey, kau cantik sekali. Padahal kita belum satu bulan berpisah tapi aku sudah pangling saat melihatmu.”

“Oh ya? Terimakasih. Kau juga tampan hari ini. Seharusnya kau menjemputku agar kau bertemu dengan ayahku.”

“Maafkan aku. Ada urusan yang harus kubereskan. Lain kali aku akan datang dan menemui calon ayah mertuaku.” Pria itu tersenyum membuat gadis di depannya merona. Minji yang terlihat elegan dengan sheath dress lengan pendek selutut berwarna hitam tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya karena akhirnya bisa bertemu dengan pria pujaan hatinya.

“Pesanan atas nama Mr. Henry Lau?”

“Yes, here.” Pria bernama Henry itu tersenyum. Ia mengambil botol wine yang dibawakan pelayan dan menuangkannya ke masing-masing gelasnya dan juga Minji. Henry juga memberikan Minji sebuket bunga mawar putih yang juga dibawakan pelayan restoran. Minji tidak bisa menahan rasa bahagianya. Kekasihnya memang pria yang romantis.

“Untuk gadis yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak selama dua minggu ini.” Henry menyerahkan bunga itu lalu mencium tangan Minji.

“Oh, thankyou. Kau memang sangat romantis.” Balas Minji.

“Selama kau senang, aku akan melakukan apapun.” Jawab Henry. Mereka kemudian menikmati makan malam romantis itu sambil membicarakan banyak hal. Minji yang menceritakan soal kesibukan barunya setiba di Korea dan Henry yang hanya berencana singgah selama satu bulan kemudian harus ke Taiwan untuk menghadiri pernikahan saudaranya.

Henry adalah pria berdarah campuran Taiwan-Korea-Kanada, dan ia telah lama tinggal di Korea karena ikut neneknya. Mereka bertemu di New York ketika pria itu juga melanjutkan sekolahnya di sana. Karena Henry berkepribadian hangat dan fasih berbahasa Korea, Minji jatuh cinta pada pria yang satu tahun lebih tua darinya itu. hubungan mereka pun baru berusia satu tahun, dan Minji harap ia akan bisa terus bersama pria itu.

**

Minji keluar dari mobilnya karena kendaraan mewah itu mendadak mati di tengah jalan. Sejak menyalakan mesin mobilnya dari restoran, Minji sudah merasakan ada yang tidak beres maka ia sengaja berhati-hati mengemudikannya. Gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya, pukul 10 malam. Kawasan ini benar-benar sepi. Minji mencoba menghubungi jasa pengangkut kendaraan tapi nomor itu tidak bisa dihubungi. Begitu pula dengan taksi. Di kawasan ini hampir tidak ada taksi yang lewat apalagi di atas jam 10 malam. Jika menelepon pun akan sangat lama karena permintaan taksi di akhir pekan tentu saja membludak.

Dengan berat hati, Minji menghubungi ayahnya. Ia tidak punya pilihan lain tapi ia benar-benar menyesal tidak memiliki satupun teman di Korea. Ia tidak mungkin menghubungi Henry karena pria itu sedang menikmati waktu dengan neneknya setelah pertemuan mereka tadi.

Minji memilih masuk ke dalam mobilnya dan menunggu. Ia tahu pasti ayahnya meminta Cho Kyuhyun untuk datang menjemputnya. Minji kini bahkan khawatir karena ayahnya berkata padanya bahwa Kyuhyun sedang tidak di rumah dan ia akan menghubungi pria itu. Namun Jihyuk tetap meminta putrinya untuk menunggu. Minji berjanji jika menemukan taksi lewat maka ia akan memilih naik taksi daripada menunggu Kyuhyun.

Setengah jam kemudian, sebuah mobil berhenti di dekat mobil gadis itu. Itu mobil Kyuhyun, dan Minji melihat pria itu keluar dengan celana jins serta hoodie hitam. Penampilan Kyuhyun sedikit berbeda, bahkan rambut pria itu dicepak memperlihatkan dahinya yang hmm— indah. Kyuhyun mengetuk kaca mobil gadis itu dan meminta Minji untuk keluar. Pria itu memperhatikan gadis di depannya. Melihat penampilannya, sepertinya gadis itu sedang datang dari pesta atau apa.

“Cepat sekali kau sampai.”

“Aku berada di sekitar sini. Kau sungguh merepotkan. Mana kunci mobilmu?”

“Kau mau apa?”

“Memeriksa mobilmu. Kau tidak mengerti bukan?”

Minji hanya diam lalu menyerahkan kunci mobilnya pada Kyuhyun. pria itu terlihat serius mencoba menyalakan mobilnya tapi tidak berhasil. Kyuhyun keluar kemudian membuka bagian depan untuk memeriksa mesin.

“Tolong terangi aku tidak bisa melihat.”

“Oh—” Minji sedikit kikuk kemudian berdiri di sebelah Kyuhyun, menerangi tangan Kyuhyun dengan cahaya dari ponselnya. Selama hampir sepuluh menit Kyuhyun memeriksa apa yang terjadi hingga mereka tidak sadar jika mereka telah menciptakan keheningan selama itu.

“Kau harus meninggalkan mobilmu di sini. Tidak ada jasa pengangkut yang bisa dihubungi saat ini. Aku akan telepon polisi untuk mengawasi ini. Petugas bengkel baru bisa mengerjakannya besok pagi.”

Minji hanya diam saja dan menurut perkataan Kyuhyun. Bagaimanapun juga, ia adalah orang baru dan belum terlalu paham seluk-beluk Seoul. Minji akhirnya masuk ke dalam mobil Kyuhyun karena pria itu akan mengantarnya pulang.

“Mengapa tidak menghubungi pacarmu saja? Bukannya kau pergi berkencan?” tanya Kyuhyun

“Ia sibuk. Aku tidak ingin mengganggunya karena ia punya urusan yang sangat penting.”

“Jika dia memang mencintaimu, seharusnya ia akan lebih mementingkanmu daripada urusannya apalagi ini mendesak. Bagaimana jika ada penjahat menghampirimu seandainya kau tidak menghubungi ayahmu?”

“Jadi menurutmu dia tidak mencintaiku? Darimana kau bisa berkesimpulan demikian sementara kau belum pernah bertemu dengannya?”

“Aku laki-laki, Minji ssi. Seorang laki-laki yang memang tulus mencintai kekasihnya pasti akan melakukan hal itu.”

“Tutup mulutmu. Kau benar-benar hanya tahu bagaimana cara membuatku kesal. Dan jangan mencampuri urusanku.”

Setelah perkataan Minji yang ketus, suasana di dalam mobil menjadi hening. Minji menolehkan wajahnya ke arah jendela, sebisa mungkin tidak ingin menangkap keberadaan Kyuhyun di sebelahnya. Sementara Kyuhyun lebih memilih memutar CD musik favoritnya untuk membunuh suasana canggung. Minji ingin protes, tapi ia lebih memilih diam. Ia hanya ingin mereka segera tiba di rumah sehingga Minji bisa keluar dari situasi sulit itu. Baru saja ia bisa bersikap sedikit baik pada Kyuhyun, tapi mereka sudah terlibat percekcokan baru lagi.

—————————–

Minji membuka matanya dengan terpaksa karena sinar matahari masuk melewati celah ventilasi di kamarnya. Gadis itu mengerjap-ngerjap malas, menarik lagi selimutnya karena udara peralihan musim yang mulai dingin menusuk kulitnya. Minji ingin melanjutkan tidur malasnya tapi perutnya terasa lapar. Jam dinding di kamarnya telah menunjukkan pukul 9 pagi. Pantas saja perutnya tidak bisa berkompromi, karena ia telah melewatkan waktu sarapan pagi.

Minji akhirnya memutuskan untuk bangun karena perutnya telah memenangkan perdebatan batinnya pagi ini. Gadis itu mencuci wajahnya, menggosok giginya, kemudian turun masih dengan mengenakan gaun tidurnya. Rambut panjangnya yang sedikit kecoklatan digulung asal dan wajahnya terlihat begitu polos. Gadis itu menuruni tangga dan menuju meja makan. Minji menuang susu ke gelasnya kemudian menggigit sandwich yang tersedia di atas meja. Gadis itu mengambil harian surat kabar yang ada di atas meja kemudian bersiap duduk dengan santai. Minji mengurungkan niatnya karena suara kecipak air yang berasal dari kolam renang indoor di sebelah ruang makan.

Gadis itu menegak susunya sambil menatap ke arah pintu kaca besar tembus pandang yang membatasi kolam renang dengan ruang makan . Ia melihat seseorang tengah berenang dan Minji menyadari jika orang itu tidak mungkin ayahnya apalagi pelayan.
Masih membawa gelas susu sambil menggigit sandwichnya, Minji berjalan ke arah kolam untuk menuntaskan rasa penasarannya. Benar saja, Cho Kyuhyun tengah berenang di tengah air kolam yang hangat. Pria itu memang tahu cara melawan udara dingin. Ia bahkan menggunakan fasilitas yang ada di rumah itu dengan leluasa dan Minji masih belum terbiasa dengan keberadaan pria itu.
Kyuhyun menyadari seseorang tengah mengawasinya. Pria itu berhenti kemudian melepas kacamata renangnya dan menatap Minji.

“Kau mau ikut berenang?” tawar Kyuhyun.

“Tidak jika kau masih ada di situ.”

Kyuhyun naik ke atas, dan Minji merasa sedikit malu melihat tubuh setengah telanjang milik Cho Kyuhyun. Gadis itu memalingkan wajahnya dan terus menghabiskan sandwichnya. Kyuhyun yang hanya memakai celana renang dengan keadaan sekujur tubuhnya yang basah menghampiri Minji. Tanpa mengatakan apapun ia mengambil gelas berisikan susu di tangan Minji kemudian menegak isinya hingga habis. Minji mau tidak mau terpaksa harus menatap pria itu dan memaki atau apapun yang bisa menjelaskan ketidaksopanan Kyuhyun pagi ini.

“Kau sungguh tidak sopan.”

“Sama tidak sopan denganmu bukan? Kau selalu muncul dan mengganggu aktivitasku.”

“Ini rumahku. Dan aku tidak berniat mengganggumu. Mungkin hanya dirimu yang merasa terganggu.”

Kyuhyun hanya diam, memandangi gadis yang kini terlihat bersikap aneh. Minji bahkan masih memakai gaun tidurnya, dan mereka terlihat seperti sepasang suami istri sekarang. Minji menyadari Kyuhyun yang tengah menatapnya. Minji bukan tidak ingin balas menantang tatapan Kyuhyun. Ia hanya merasa malu karena melihat tubuh setengah telanjang pria itu. Kyuhyun memang tidak bertubuh atletis seperti kebanyakan pria. Ia bahkan menyadari perut pria itu yang sedikit buncit. Tapi tetap saja, Kyuhyun memiliki kulit yang seperti susu, dan bentuk lengannya cukup bagus.

“Aku jadi ragu apa kau benar-benar tidak menyukaiku. Mengapa kau justru selalu muncul dan menginterupsi segala aktivitasku di rumah ini? Apa kau sudah mulai menyukaiku?”

“Cih~ sejak ayah memintamu untuk bersikap informal padaku, kau benar-benar menunjukkan kekurangajaranmu. Ini rumahku, Cho Kyuhyun. Kau tidak berhak berkata seperti tadi padaku.”

“Pembelaanmu selalu sama. Aku sedang malas berdebat denganmu.” Kyuhyun berjalan membelakangi Minji. Gadis itu menatap punggung Kyuhyun yang tegap dan— sempurna. Henry bahkan tidak memiliki badan setegap pria ini.

Kyuhyun mengambil handuk di atas kursi kemudian menyampirkan benda itu di bahunya. Minji masih berdiri di tempatnya, tiba-tiba saja ia tidak tahu harus melakukan apa.

“Hei, mengapa masih berdiri di situ? Kau benar-benar ingin berenang? Turunlah. Giliran aku yang akan menyaksikanmu.” Ujar pria itu. Minji semakin kesal dan merasa dilecehkan oleh Cho Kyuhyun. Berenang disaksikan pria itu? Yang benar saja. Minji mungkin lebih memilih terjun ke jurang ketimbang harus melakukan hal itu. Gadis itu kemudian pergi meninggalkan Kyuhyun, langsung naik ke kamarnya tanpa berkata apapun.

**

Malam harinya, Minji tidak bertemu dengan Kyuhyun di meja makan saat makan malam. Pria itu kembali menghilang, dan Minji tidak tahu apa yang sesungguhnya dilakukan pria itu. Ayahnya bahkan tidak keberatan dengan hal itu, karena menurutnya Kyuhyun punya hak mengatur hidupnya sendiri asalkan selama dibutuhkan ia selalu ada. Lagipula Kyuhyun bukanlah anaknya. Namun bagi Minji, hal itu tidak bisa dibiarkan karena bagaimanapun juga Cho Kyuhyun tinggal menumpang di rumah mereka. Pria itu seharusnya menghormati pemilik rumah. Minji semakin curiga jika Kyuhyun adalah anak kandung ayahnya dengan wanita lain tapi ayahnya belum siap mengungkapkan hal itu pada dirinya. Jika sampai hal itu benar terjadi, Minji tidak akan pernah memaafkan ayahnya apalagi Kyuhyun.

Minji menemani ayahnya di dalam kamar seusai makan malam dan membicarakan banyak hal hingga pria tua itu tertidur. Ia juga menyampaikan rencana proyek barunya dan ayahnya terlihat senang karena Minji sepertinya mulai serius dengan tanggung jawabnya. Minji merasa ia seperti benar-benar bernostalgia dengan ayahnya.

Setelah memastikan pria itu benar-benar tertidur, Minji keluar dari kamar ayahnya. Ia sampai tidak menyadari jika mereka mengobrol begitu lama hingga lewat pukul 12 malam. Dengan wajah yang sudah mengantuk Minji berjalan ke kamarnya yang terletak di ujung dekat tangga. Gadis itu mengurungkan niatnya membuka pintu kamar ketika ia mendengar suara berisik dari lantai bawah. Gadis itu menengok ke bawah dan ia melihat sesuatu yang mencurigakan. Cho Kyuhyun baru saja pulang dan sepertinya pria itu mabuk?

Minji menuruni tangga dengan perlahan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak biasa. Penampilan Kyuhyun terlihat berbeda dari biasanya, sama seperti kemarin malam. Bedanya kali ini Kyuhyun mamakai ripped jins dan Minji mencium aroma rokok bercampur alkohol yang sangat kental ketika ia sudah berada tepat di belakang pria itu. Cho Kyuhyun dengan tubuh yang tidak stabil sedang berusaha membuka pintu kamarnya yang memang terletak di lantai bawah.

“Oh, jadi inilah yang kau lakukan setiap malam. Sungguh kejutan aku memergokimu malam ini.”

Gerakan Kyuhyun terhenti. Ia membalik tubuhnya dan mendapati Kang Minji sedang berdiri dengan melipat kedua tangan di dada sambil tersenyum penuh kemenangan ke arahnya. Kyuhyun mengamati gadis itu dari atas hingga bawah. Matanya sedikit merah, dan Kyuhyun semakin yakin bahwa pria itu memang sedang mabuk.

Minji berteriak ketika Kyuhyun menarik tangannya namun pria itu menutup mulut Minji dengan sebelah tangannya. Kyuhyun membuka pintu kamarnya dan membawa Minji masuk ke dalam sana. Begitu di dalam Kyuhyun menutup pintu dan mendesak gadis itu hingga membentur dinding. Tubuh Minji bergetar dan gadis itu berkeringat dingin. Ia mulai ketakutan, tidak bisa menebak apa yang dilakukan pria itu padanya.

Kyuhyun menatap tajam gadis itu dan mulut Minji masih tertutup oleh tangannya. Kamar Kyuhyun masih dalam keadaan gelap, hanya ada penerangan dari lampu kecil di meja Kyuhyun.

“K—Kyuhyun ssi, a—apa yang akan kau lakukan—“

“Bisakah kau berhenti mencampuri urusanku?” Suara Kyuhyun terdengar seperti geraman yang menakutkan bagi gadis itu. Minji menutup matanya. Ia benar-benar ketakutan. Tidak akan ada yang bisa menolongnya dan Minji tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Kyuhyun padanya.

 

TBC

Gimana? Pengennya aku post lanjutannya cepet, karena ceritanya uda dapet sampai ending.

Tapi tetep pengen liat respon temen2 yg baca, buat aku edit ke depannya.

Jangan lupa tinggalin jejaknya yah habis baca. Makin cepet responnya makin cepet aku post lanjutannya~ hihi ThanKYU ^^