Clown Man [Chapter 2]

Author : Minji • Main Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji  •  Support Cast : Choi Hyojin – Lee Hyukjae – Shim Changmin – Henry Lau and others • Genre : Romance  • Length : Chapter

==============

Jam makan siang sudah berakhir, dan Minji masih betah berada di ruangannya. Sejak pagi kedatangannya di kantor, gadis itu belum satu kalipun keluar ruangan bahkan untuk pergi ke toilet sekalipun. Semua orang yang memiliki keperluan dengannya dimintanya untuk datang secara langsung ke ruangan Direktur, dan Minji bersyukur pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedikitpun hari ini.

Ya, Cho Kyuhyun adalah alasan mengapa gadis itu tampak begitu kacau hari ini. Minji bahkan tidak sarapan dan sengaja berangkat lebih pagi agar ia tidak bertemu dengan pria itu di rumah. Dan sejak tiba di kantor, sebagian besar waktunya hanya ia habiskan untuk duduk di kursi kehormatannya dengan pikiran yang sama sekali tidak fokus.

“Bisakah kau berhenti mencampuri urusanku?”

Minji memejamkan matanya. Ia menggigit bibirnya karena ketakutan. Cho Kyuhyun dipastikan mabuk karena bau alkohol benar-benar menyengat dari nafas pria itu. Apa yang harus ia katakan sekarang? Setahu Minji orang mabuk akan berkata jujur dan bertindak di luar nalarnya. Ia sangat takut Kyuhyun akan menyakitinya apalagi kini ia ada di kamar Kyuhyun, di wilayah pribadi pria itu. Minji tidak tahu apakah selama ini Kyuhyun menahan dirinya untuk melawan sikap buruknya dan mungkin saja malam ini Kyuhyun akan melampiaskan semua kekesalannya.

“K—Kyuhyun.. ssi.. kumohon lepaskan aku..” suara Minji bergetar.

Ia kembali memberanikan diri menatap mata Kyuhyun yang memerah. Pria itu terus bernafas dengan sedikit memburu, dan Minji masih merasakan cengkeraman pada kedua lengannya. Kyuhyun merasa kepalanya benar-benar pusing, dan tak berapa lama ia menjatuhkan kepalanya di bahu Minji. Gadis itu merasakan beban cukup berat menimpa tubuhnya, dan ia sedikit merinding karena bibir pria itu menempel di lehernya. Namun kini Minji  bisa bernafas lega, karena sepertinya Kyuhyun tidak punya tenaga lagi.

Dengan mengumpulkan keberaniannya, Minji bergerak dan memberikan dorongan pada tubuh Kyuhyun. Mata pria itu terpejam, dan Minji berhasil mendorong tubuh Kyuhyun hingga jatuh di atas tempat tidurnya. Minji menarik nafasnya panjang, dan ia segera menyelinap keluar dari kamar pria itu.

“Bodoh! Kang Minji kau bodoh sekali! Seharusnya tidak usah menghampirinya semalam.” Minji menggerutu sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. Sekarang ia bahkan tidak punya muka untuk menghadapi pria itu. Lamunan Minji terhenti dan ia cukup terkejut karena telepon di atas mejanya berbunyi.

“Ah Hyojin ssi, kau mengagetkanku saja.”

“…………”

“Ya, beritahu untuk langsung masuk saja. Aku sedang tidak sibuk.”

“………….”

Minji menutup teleponnya. Mata gadis itu tiba-tiba membulat sempurna. Ia baru menyadari apa yang baru saja didengarnya dari sekretarisnya.

Cho Kyuhyun akan masuk ke ruangannya.

Baru saja menyadari apa yang terjadi, pintu ruangannya sudah terbuka dan memperlihatkan sosok pria yang paling tidak ingin dilihatnya untuk saat ini. Kyuhyun masuk membawa sebuah map dan sialnya, pria itu tersenyum padanya.

“E—oh, Manager Cho.. ada keperluan apakah..” Minji mencoba menormalkan suaranya meskipun ia tidak bisa menutupi rasa gugupnya. Bagaimanapun semalam telah terjadi sesuatu yang membuat gadis itu cukup tahu diri. Ia khawatir Cho Kyuhyun masih marah padanya. Tapi menilik ekspresi pria itu, Kyuhyun terlihat sangat baik seperti biasa. Ataukah mungkin ia adalah pria yang pandai bersandiwara dan menutupi perasaan pribadinya ataukah Kyuhyun sengaja tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan.

Kyuhyun menatap Minji, merasa ada yang aneh dengan gadis itu. Merasa dirinya tengah dipandangi seperti itu oleh Kyuhyun, membuat Minji mau tak mau mengajukan protes.

“Kau, mengapa menatapku seperti itu? Apakah kali ini ada yang aneh lagi di wajahku?” Minji sedikit panik.

“Oh, tidak. Hari ini kau cantik, Bu Direktur.” Jawaban pendek yang tidak disangka Minji akan keluar dari mulut seorang Cho Kyuhyun. Wajah Minji sedikit panas karenanya.

“Ah, maaf jika membuatmu merasa kurang nyaman. Aku datang untuk menyerahkan hasil survei dari manager Lee dan manager Shim. Maaf jika mereka sedikit terlambat. Tapi aku sudah memeriksanya sebelum menyerahkannya padamu hari ini.”

“Oh— tidak apa-apa. Sampaikan terimakasihku pada mereka. Aku akan memeriksanya nanti.”

“Baiklah. Kalau begitu, aku permisi.” Kyuhyun sedikit menunduk, tidak melupakan etika ketika berada di kantor. Minji memandang heran tubuh pria itu yang berbalik. Ia merasa lega tidak ada hal aneh yang diucapkan Kyuhyun. Mungkin saja pria itu memang tidak ingin membahas masalah pribadi di lingkungan kerja. Sungguh profesional. Minji sedikit mengerti mengapa ayahnya percaya pada Kyuhyun, karena pria tua itu menyukai tipikal orang disiplin dan profesional seperti ini.

“Oh ya—“ Belum sepuluh detik gadis itu merasakan kelegaan karena perginya Kyuhyun, pria itu sudah berujar lalu berbalik.

“A—ada apa lagi?”

“Entahlah. Aku merasa jika semalam telah berbicara denganmu. Tapi aku lupa itu apa. Apakah kau ingat sesuatu?”

Minji menelan ludahnya sendiri. Ia ingat betul apa yang terjadi semalam. Ia yang berniat mengejutkan pria itu tapi berakhir dengan Kyuhyun yang menariknya paksa ke dalam kamar pria itu. Minji baru sadar bahwa Kyuhyun semalam memang mabuk. Mungkin saja pria itu juga tidak sadar ketika tengah menariknya sekasar itu. Dalam hati Minji merasakan kelegaan besar. Setidaknya ia tidak akan kehilangan harga dirinya untuk saat ini.

“Hmm, aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan. Bukankah semalam kau tidak ikut makan malam? Aku tidak bertemu denganmu.” Jawab Minji dengan percaya diri.

“Oh ya? Tapi aku merasa aku benar-benar bicara denganmu semalam. Rasanya kuat sekali, bahkan kita bicara sangat dekat.”

“Eoh? Mungkin hanya perasaanmu saja.” Minji sedikit terbatuk kemudian berpura-pura memfokuskan perhatiannya pada map yang baru saja diserahkan Kyuhyun. Dasar laki-laki sialan. Minji benar-benar ingin mengusir Kyuhyun dari ruangannya saat itu juga.

————————-

Minji tersenyum lebar setelah memeluk Henry yang baru saja tiba di rumahnya. Malam ini Henry sengaja berkunjung dan ikut makan malam dengan Minji dan keluarganya di rumah besar gadis itu. Henry yang malam itu terlihat tampan dengan memakai kemeja berwarna hitam terlihat sangat cocok dengan Minji yang sedikit berdandan dan tampil kasual dengan sweater pink serta rok selutut. Mungkin karena rambut keduanya sama-sama memiliki nuansa kecoklatan mereka terlihat semakin serasi.

Minji menggandeng kekasihnya menuju ruang makan dimana Jihyuk telah menunggu di sana. Minji sedikit kesal karena di sana juga ada Kyuhyun. Minji berharap kenapa tidak hari ini saja Kyuhyun absen dari acara makan malam seperti yang biasa ia lakukan di beberapa malam sebelumnya. Bagaimanapun Minji ingin acara makan malam ini bisa mendekatkan Henry dengan ayahnya. Bagaimana hal itu bisa terwujud jika Kyuhyun ada di sana. Namun jika mengusir pria itu tentu saja Minji bisa dicap tidak sopan oleh ayahnya. Pria tua itu sangat respek terhadap Kyuhyun.

Henry duduk di sebelah Minji berhadapan tepat dengan Kyuhyun. Pria itu memperkenalkan dirinya dengan sopan. Minji merasa kurang nyaman karena ayahnya sepertinya tidak begitu tertarik dengan kedatangan Henry. Pria tua itu hanya menanggapi Henry sesekali malah lebih banyak mengobrol dengan Kyuhyun, membuat Minji menyesal telah meminta kekasihnya untuk datang.

Kyuhyun merasa sedikit risih karena pria yang menjadi tamu di rumah itu sepertinya terus melihat ke arahnya, membuat Kyuhyun merasa tidak nyaman. Meskipun Henry awalnya tersenyum padanya, Kyuhyun tetap saja merasa tidak enak karena ia bukanlah kakak atau keluarga gadis itu. Minji mungkin akan menerima banyak pertanyaan dari kekasihnya mengapa gadis itu bisa tinggal dengan lelaki asing. Minji yang menyadari jika Henry juga terus melihat ke arah Kyuhyun merasa tidak nyaman dan khawatir Henry berpikir hal buruk terhadapnya.

Minji berpikir bagaimana agar keadaan tidak berlangsung seperti itu. Gadis itu kemudian menatap Kyuhyun yang tengah bicara dengan ayahnya. Ia berharap Kyuhyun akan melihatnya. Tak lama kemudian, Kyuhyun menyadari gadis angkuh itu tengah menatapnya, dan Kyuhyun balas menatap gadis itu. Minji akhirnya menemukan kesempatan dimana ia bisa memberikan isyarat agar Kyuhyun menyingkir. Kyuhyun yang awalnya tidak mengerti dengan mimik gadis itu akhirnya perlahan memahami keadaan.

“Paman, Minji ssi, Henry ssi.. aku harus kembali ke kamar. Ada sesuatu yang harus kukerjakan. Aku permisi lebih dulu. Selamat malam.” Setelah mendengar Kyuhyun mengucapkan hal itu dan melihat pria itu bangkit dari duduknya, Minji merasa jauh lebih lega. Kini ayahnya akan bisa lebih fokus pada Henry.

**

“Aku tidak begitu menyukainya. Kau menyebutnya seorang pria? Menurutku ia terlalu banyak bicara. Aku sangsi ia bisa menjagamu.”

“Appa! Kau tidak harus mengatakannya dengan sejelas ini. Ia menjagaku dengan baik selama di New York. Ia selalu membuatku tertawa, dan kami sudah berjalan satu tahun.”

“Minji ya~ aku tidak tahu apa yang membuatku tidak begitu menyukainya. Seharusnya kau bisa mencari pria yang lebih baik.” Jihyuk duduk di atas ranjangnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjang. Pria itu mengambil remote dan menyalakan televisi. Minji merasa kesal karena ayahnya terlihat tidak begitu menaruh minat.

“Aku tidak mengerti pria baik seperti apa yang kau maksudkan. Bagiku Henry adalah pria paling baik yang pernah kutemui.” Minji berkata sedikit ketus.

“Kau mau tahu contoh pria yang baik? Pria baik itu seperti Kyuhyun. Ia bertanggung jawab dan sopan. Kau seharusnya bisa menyukainya, atau mencari setidaknya yang seperti dia maka itu akan memperpanjang umurku.” Jawab Jihyuk tanpa memandang putrinya. Pria tua itu sedang mencari channel favoritnya.

“Appa! Kau mulai lagi. Kau selalu saja melibatkan Kyuhyun dalam hal apapun. Aku tahu kau menyukainya tapi untuk urusan perasaanku, kau tidak bisa mengaturku. Aku tidak menyukai Kyuhyun bahkan ia sangat menyebalkan”

“Sudahlah. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu lalu tidur. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu.” Jihyuk mengusir putrinya.

Minji mengumpat dalam hati. Lagi-lagi Cho Kyuhyun. Jika saja ayahnya tahu bahwa Kyuhyun tidak lebih dari seorang pria yang menyukai dunia malam, pemabuk dan juga perokok, mungkin Kyuhyun sudah diusirnya dari rumah ini. Minji jadi semakin ingin mencari tahu dan membuktikan pada ayahnya bahwa Kyuhyun tidaklah sebaik itu di matanya. Minji rasa ia nyaris gila. Haruskah ia terus berurusan dengan Cho Kyuhyun itu? Bahkan kini pria itu mengacaukan acaranya dengan Henry.

———————

Setelah jam makan siang berakhir, Minji terlihat sedang berbicara dengan Park Jungsoo, salah satu orang kepercayaan ayahnya yang juga menangani segala urusan teknis dan sarana prasarana di perusahaan. Pria berusia 40 tahun itu duduk di atas sofa empuk berwarna merah yang ada di ruangan Minji, mendengarkan apa yang dikatakan gadis itu.

“Aku ingin tahu, selain area pribadi, ruanganku dan ruang presdir apakah ada ruangan lain yang tidak dipasang CCTV di gedung ini. Dan aku ingin tahu, mengapa ruangan General Manager juga tidak dipasang CCTV. Apakah Paman tahu alasannya?” Minji bertanya dengan sopan.

“Oh, maksud Nona ruangan yang ditempati Manager Cho sekarang? Itu karena permintaan presdir. Beliau tidak memasang CCTV pada ruangan yang ditempati orang-orang terdekatnya supaya tidak menimbulkan perasaan kurang nyaman. Pengecualian hanya untuk ruangan Manager Cho. Selain itu, CCTV terpasang di segala sudut gedung ini, Nona.” Jungsoo menjawab apa adanya.

“Hmm, Paman. Bisakah kau memasang CCTV mulai sekarang di ruang General Manager?” Minji akhirnya mengutarakan tujuan utamanya memanggil Jungsoo siang itu. Pria itu sedikit terkejut mendengar permintaan Minji karena hal itu berlawanan dengan perintah presdir.

“Maaf, Nona. Bukannya aku tidak bersedia. Hanya saja, ini adalah permintaan Presdir. Lagipula, mengapa Nona menyangsikan Manager Cho?” Tanya Jungsoo dengan sopan.

“Oh, bukan. Bukan seperti itu. Aku mengerti keinginan Presdir. Hanya saja, sekarang beliau juga akan jarang datang ke kantor, dan semua urusan sudah dilimpahkan padaku. Aku adalah orang baru di sini, dan aku hanya ingin menerapkan sistemku. Aku hanya ingin memantau aktivitas semua staff yang ada di bawahku. Mungkin kedengaran berlebihan bagi Paman. Tapi aku juga belum mengenal Manager Cho dengan baik. Aku percaya padanya dan juga semua staffku seperti Presdir percaya pada mereka. Tapi tetap saja, aku sedikit takut karena presdir tidak ada, mungkin saja ada perubahan dari kinerja mereka atau hal yang tidak bisa kuprediksikan. Paman mengerti maksudku bukan?” Minji menjelaskan dengan panjang lebar dan ia mecoba memberikan alasan yang masuk akal.

“Oh, maafkan aku. Jika memang begitu, aku akan memasangkannya sesuai keinginan Nona.”

“Terimakasih, Paman. Oh ya—dan aku ingin semua rekaman CCTV bisa langsung kupantau dari sini. Aku tidak mau presdir tahu hal ini, jadi aku benar-benar meminta kerjasama Paman. Aku juga tidak ingin Manager Cho tahu jika di ruangannya telah dipasangi CCTV. Jadi bekerjalah dengan rapi dan hati-hati.”

“Oh, baiklah Nona jika memang demikian. Aku akan melakukan perintah Nona jika memang unuk kebaikan perusahaan.” Jungsoo tersenyum. Setelah itu pria itu meninggalkan ruangan Minji, meninggalkan gadis itu yang tengah tersenyum penuh arti.

“Cho Kyuhyun, mulai saat ini kau tidak akan bisa bersandiwara lagi di hadapanku. Mungkin kau bisa mengelabui appa, tapi kau tidak akan pernah bisa mengelabuiku.” Gumam Minji dalam hati.

—————————-

“Apa yang sedang kau lakukan tengah malam begini?”

Minji terkejut setengah mati. Suara itu, suara milik Cho Kyuhyun. Suara itu telah mengagetkan dirinya yang tengah membuka lemari es. Minji sedang asyik menyantap beberapa camilan yang ada di dalamnya seperti puding dan sepotong cokelat yang sudah sukses masuk ke dalam perutnya.

Minji berdiri dan menoleh dengan malas. Ia melihat Cho Kyuhyun sedang menyeringai sambil bersedekap di dekat pintu dapur. Pria itu kemudian mendekatinya dan berdiri tepat di depannya.

“Ya Tuhan. Sepertinya kau sangat kelaparan. Kau tahu puding siapa yang baru saja kau habiskan?” Kyuhyun bertanya sambil melirik ke arah lemari es. Ia baru saja akan datang dan mengambil puding miliknya yang sengaja ia simpan untuk dimakan jika pria itu kelaparan saat malam ketika ia terjaga.

“Itu milikmu? Oh— aku tidak tahu. Maaf. Lagipula kau meletakkannya di sini. Jika makanan itu ada di sini itu artinya milik umum. Seharusnya kau mengklaim setidaknya dengan memberikan stiker bahwa itu milikmu.” Minji merasa sangat malu, tapi ia tidak ingin terlihat seperti itu di depan Kyuhyun maka ia terus membela diri.

“Hahhaha, kau lucu sekali. Tapi aku tidak akan marah hanya karena hal seperti ini. Lagipula aku mengerti, kau pasti kelaparan karena tidak ikut makan malam tadi. Padahal masakannya sangat enak.” Balas Kyuhyun. Minji merasa ucapan pria itu menyindirnya. Ia memang tidak ikut makan malam karena sedang kesal dengan Kyuhyun. Ayahnya bisa jadi akan mengungkit-ngungkit hal yang hanya akan membuatnya semakin kesal jika ia ikut makan malam.

“Kau menyindirku?”

“Oh tidak. Kau merasa tersindir? Dalam hal apa?”

Minji memejamkan matanya dan gadis itu menarik nafas dalam, mencoba bersabar. Ia harus segera meninggalkan dapur ini jika tidak ingin mati muda. Gadis itu baru saja akan melangkahkan kakinya tapi Kyuhyun mencegah tangannya.

“Tunggu.” Ujar Kyuhyun. Pria itu mengambil tisu di atas lemari es kemudian mengusapkannya pada pinggir bibir Minji. Gadis itu hendak protes tapi ketika Kyuhyun memperlihatkan noda cokelat di tisu, Minji merasa sangat malu.

“Lain kali makanlah dengan nyaman. Jangan terburu-buru dan tidak usah merasa seperti pencuri di rumah sendiri. Bukankah kau selalu bilang ini adalah rumahmu?” Kyuhyun tersenyum. Minji menatap pria itu sesaat. Gadis itu merasa ada yang tidak beres pada jantungnya, tapi menyadari ucapan Kyuhyun yang seolah menyindirnya Minji kembali merasa kesal. Ia pun meninggalkan Kyuhyun tanpa mengucapkan apapun, bahkan sekadar ucapan terimakasih karena Kyuhyun telah membersihkan noda cokelat di bibir cantiknya.

————————

“Aku sudah mencoba mengajaknya, tapi ia tidak mau. Ia bilang ia tidak lapar.” Ujar Hyojin.

“Apa Minji ssi sedang diet? Tubuhnya sudah begitu seksi apalagi yang kurang darinya? Atau memang dia tidak suka bersosialisasi dengan rekan kerja? Ia bahkan jarang keluar dari ruangannya. Atau jangan-jangan ia membawa bekal dari rumah? Aku bahkan tidak pernah melihatnya memesan jasa makanan cepat saji ataupun restoran ke kantor ini.” Eunhyuk memberikan pendapatnya.

“Benar. Kyuhyun ah, gadis itu aneh sekali.” Changmin juga penasaran.

“Entahlah. Bukan urusanku. Yang terpenting kita sudah berupaya mengajaknya bergabung bukan? Mungkin ia memang punya kebiasaan menahan lapar atau sejenisnya. Ayo kita pergi. Aku sudah lapar.” Kyuhyun berkata tidak peduli. Ia kemudian bangkit dari kursinya, lalu mereka berempat meninggalkan ruangan Kyuhyun.

**

Minji mengamati rekaman CCTV di ruangannya. Sejak kemarin ia belum menemukan suatu keanehan ataupun hal yang mencurigakan dari seorang Cho Kyuhyun. Pria itu terlihat selalu berkonsentrasi dengan laptopnya atau sesekali bertemu dengan staff yang memerlukan dirinya. Kyuhyun sama sekali tidak melakukan hal-hal aneh seperti yang ada di dalam pikirannya.

Satu hal yang membuat Minji sedikit terganggu adalah, ia menemukan Manager Lee dan Manager Shim di ruangan itu untuk waktu yang cukup lama. Mereka seperti berkumpul merapatkan sesuatu. Minji tahu mereka adalah teman baik, tapi tetap saja melihat hal itu ketika mereka sedang dalam jam kerja sedikit membuat Minji berpikir. Dan siang ini, ia juga menemukan Hyojin di sana sebelum jam makan siang. Bukankah gadis itu baru saja datang dari ruangannya?

“Hmm, apa yang mereka bicarakan? Apakah mungkin mereka membicarakanku?” gumam Minji penasaran.

——————-

Malam itu, Minji sudah membulatkan tekadnya untuk mengikuti Kyuhyun. Setiap hari sabtu malam tepatnya ketika malam Minggu, Cho Kyuhyun sudah dipastikan tidak akan muncul di rumah tidak seperti hari-hari biasa dimana jadwal malam Kyuhyun tidak menentu. Karena keesokannya perusahaan juga libur, maka Minji memutuskan inilah saat yang tepat untuk mencari tahu secara langsung kemana sebenarnya pria itu.

Minji sengaja tidak membawa mobilnya dan ia telah memesan taksi khusus untuk menjalankan misi rahasianya itu. Ketika mobil Kyuhyun keluar dari area rumah pukul 7 malam, Minji yang sudah bersiap dengan taksi yang terparkir sekitar beberapa puluh meter dari rumah pun segera membuntuti arah kemana perginya pria itu.

**

Minji berhenti di depan sebuah klub malam yang cukup terkenal dan ramai di daerah Gangnam. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan, karena sesuai dugaannya Cho Kyuhyun benar-benar pergi ke tempat semacam ini. Rupanya Kyuhyun adalah tipe pria yang menyukai dunia malam. Minji semakin penasaran apakah hal yang digemari Kyuhyun. Pria itu positif penggila alkohol dan mungkin rokok. Minji jadi ingin tahu apakah ia akan melihat Cho Kyuhyun berpesta dengan ditemani wanita-wanita cantik berpakaian minim. Jika memang begitu, sudah bisa dipastikan Kyuhyun bukanlah pria yang berkepribadian baik seperti yang dipikirkan oleh ayahnya.

Minji sengaja berdandan layaknya gadis yang memang bertujuan pergi ke klub malam agar tidak terlihat mencurigakan. Meskipun ia bukan penggila dunia malam, di New York Minji juga pernah sesekali datang ke klub malam untuk menghilangkan rasa jenuh dengan teman-temannya di sana.

Minji memakai gaun malam selutut berwarna hitam dan ia menyampirkan blazer agar tidak mengundang niatan pria-pria nakal karena Minji datang sendirian. Ingat, ia datang untuk menyelidiki Cho Kyuhyun dan bukan untuk bersenang-senang. Minji meringis kesal, jika saja Henry tidak sibuk  Minji mungkin sudah menyeret pria itu bersamanya. Henry tentu akan memahami tujuannya karena pria itu selalu menuruti keinginannya.

Suasana klub terlihat sangat ramai padahal malam belum larut. Minji melihat gadis-gadis kalangan atas lebih mendominasi tempat ini daripada pria-pria nakal seperti yang ada di bayangannya. Untuk sesaat gadis itu merasa asing karena suara musik yang cukup keras dan ia belum menemukan sosok Cho Kyuhyun.

Di mana sebenarnya pria itu?

Minji sangat berharap ia akan memergoki Kyuhyun tengah minum ditemani seorang pelacur. Pemandangan seperti itu tentunya akan menjadi jackpot baginya karena Minji akan dengan mudah memberikan pembuktian pada ayahnya.

Minji bersikap dingin pada beberapa pria yang menyapa dan memandanginya. Sepertinya ia harus segera menemukan tempat duduk dan memantau keadaan dari sana. Sekalipun Kyuhyun melihatnya, Minji akan berpura-pura bahwa ia bertemu pria itu dengan tidak sengaja apalagi ini adalah tempat umum. Untuk itulah Minji sengaja berdandan sewajarnya orang yang pergi ke klub malam.

Musik mulai berganti dengan house music namun tanpa lagu seperti sebelumnya. Orang-orang mulai banyak yang turun untuk menari tapi Minji masih belum menemukan apa yang dicarinya. Ketika Minji hendak memesan minuman setelah menemukan tempat duduknya, mata gadis itu terhenti pada sebuah objek.

Henry.

Pria itu terlihat sedang menuruni tangga menuju ke lantai tempat Minji berada bersama seorang teman prianya. Keduanya terlihat cukup akrab dan wajah Henry terlihat sumringah sambil memegang segelas minuman beralkohol.
Entah kenapa, hati Minji sedikit sakit. Henry berkata padanya bahwa dua hari ini mereka tidak bisa bertemu karena pria itu harus menyelesaikan urusan keluarga sebelum berangkat ke Taiwan. Namun, pria itu memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang di klub seperti ini. Minji khawatir jika saja ia akan melihat Henry merangkul seorang gadis di tempat ini. Mata gadis itu kini mengikuti pergerakan kekasihnya, hingga akhirnya Henry duduk di meja bar dengan seorang teman prianya tepat di sebelah dua orang gadis cantik. Minji melihat kekasihnya tersenyum pada salah satu gadis itu, seolah meminta ijin bahwa mereka ingin bergabung.

Minji berpikir ia harus menghampiri Henry. Sebelum sesuatu yang buruk terjadi, ia harus segera menyapa pria itu. Minji bahkan lupa akan tujuan utamanya datang ke klub. Kini pikirannya hanya terfokus pada Henry.

“Sayang~” Minji tersenyum sambil menepuk bahu kekasihnya. Henry menoleh dan ekspresi terkejut tidak terelakkan dari wajah tampannya ketika mengetahui siapa pemilik suara lembut itu.

“H—honey, kau juga ada di sini?” Henry dengan cepat berhasil menormalkan ekspresinya lalu memeluk kekasihnya. Dua orang gadis yang semula duduk di sebelah Henry kini menyingkir, dan Henry membimbing kekasihnya untuk duduk di situ. Pria yang bersama Henry menatap Minji dari atas ke bawah, dan Minji merasa sangat tidak nyaman. Mata pria itu benar-benar mesum, seolah ia ingin menelanjangi Minji saat itu juga.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Minji tersenyum.

“Oh,, a—aku sangat lelah dan kudengar hari ini ada pertunjukan DJ di sini jadi kuputuskan untuk datang.”

“Oh, akupun sama. Aku adalah fans berat dari DJ itu jadi aku sengaja datang. Jika aku tahu kau juga akan datang, kita tentu bisa pergi bersama bukan?” Henry hanya tersenyum menanggapi ucapan Minji. Wajah pria itu jelas-jelas kembali tidak nyaman.

“Ah, kenalkan ini temanku. Peter Kim. Kau bisa memanggilnya Peter.” Henry memperkenalkan Minji pada pria tampan yang merupakan temannya. Minji dan Peter saling berjabat tangan dan gadis itu merasa risih dengan cara pria itu menatapnya. Minji pun akhirnya memutuskan untuk bergabung dan mengobrol dengan kekasihnya.

Obrolan mereka terhenti karena pertunjukan DJ akan segera dimulai. Para gadis mulai berteriak ketika musik mulai berganti kemudian seorang pria dengan kacamata hitam dan kepalanya yang ditutupi hoodie muncul di balik peralatan DJnya. Pria itu mulai membuka tutup kepalanya kemudian melepas hoodienya dan hanya menyisakan kaos hitam polos yang membalut tubuh tegapnya. Si pria DJ tersenyum miring masih dengan kacamata hitamnya.

“DJ Marcus!” para gadis mulai berteriak-teriak dan seisi klub akhirnya larut dalam hiruk pikuk.

Sementara itu, Minji mematung di tempatnya. Perhatiannya pada Henry kini kembali teralihkan. Matanya hampir tidak percaya pada apa yang tengah dilihatnya saat ini. Cho Kyuhyun. Sosok pria itu menjelma menjadi seorang DJ tampan yang digilai para gadis di klub ini. DJ Marcus. Itukah nama panggungnya? Meskipun Minji menyadari bahwa sehari-haripun Kyuhyun adalah pria yang memiliki wajah di atas rata-rata, melihat Cho Kyuhyun dalam wujud pribadi yang bebas seperti ini tidak dipungkiri telah mempesona gadis itu.

“Honey, DJ itu— bukankah dia pria yang tinggal di rumahmu? K—Kyuhyun ssi? Kau datang untuk menontonnya?” Henry menatap gadis di sebelahnya. Minji bahkan tidak sadar jika kekasihnya tengah bicara dengannya.

“Honey.. Kau datang untuk menyaksikan pertunjukkan Kyuhyun ssi?” Minji tersadar. Ia menatap Henry yang sekali lagi menanyainya. Henry menatap Minji dan gadis itu tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak mungkin membuat pengakuan palsu bahwa ia mengidolakan Kyuhyun atau semacamnya.
“A—aku,”

**

Kyuhyun membuka hoodienya, kemudian tersenyum hingga membuat teriakan pada gadis-gadis yang khusus datang melihat pertunjukkannya. Kyuhyun memperhatikan suasana klub yang hampir penuh sesak terutama di lantai dansa, tapi Kyuhyun masih bisa melihat dengan jelas orang-orang yang duduk di meja bar sambil menontonnya dengan santai. Mata Kyuhyun terhenti dan ia sempat mengerjap-ngerjap di balik kacamata hitam yang menutupi matanya.

Kang Minji.

Ia jelas melihat gadis itu tengah duduk dengan dua orang pria yang salah satunya adalah kekasihnya, Henry. Kyuhyun merasa sedikit kesal karena kini Minji mengetahui pekerjaan sampingannya. Ia tidak takut gadis itu akan mengadukannya karena Tuan Kang sudah mengetahui kesibukannya ini. Ia hanya merasa malas jika gadis cerewet dan ingin tahu itu akan mengintrogasinya setelah ini. Kyuhyun juga tidak tahu, apa kira-kira yang dipikirkan gadis itu tentang dirinya mulai saat ini. Baik, ataukah semakin buruk. Mengapa ia harus bertemu Minji dan kekasihnya di tempat ini?

Satu jam berlalu, dan Kyuhyun sudah harus menyelesaikan pertunjukannya. Sementara itu, Henry masih terlihat tidak nyaman karena Minji ada di sebelahnya. Minji sendiri benar-benar berniat untuk pulang, karena ia merasa sangat risih dengan tatapan teman Henry yang seolah ingin memakannya hidup-hidup. Minji seharusnya merasa aman karena Henry ada di sisinya, kekasihnya tentu akan melindunginya dari gangguan pria-pria nakal.

“Sayang, kurasa aku harus pulang. Pertunjukan Kyuhyun sudah berakhir.” Ujar Minji tanpa semangat. Namun gadis itu mencoba tersenyum pada Henry.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan mengantarmu sampai di depan.”

Minji sedikit takjub dengan tanggapan Henry. Ia pikir pria itu akan menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang. Oh, Minji lupa mengatakan bahwa ia datang tidak dengan mobil pribadinya. Henry menatapnya, sesaat kemudian pria itu merengkuh kepala Minji lalu mendaratkan ciuman di kening gadis itu. Perasaan Minji sedikit membaik karena perlakuan Henry padanya.

“Henry, aku tidak membawa mobil.” Minji akhirnya berkata terus terang. Henry terlihat ragu, mungkin berpikir apa yang akan ia lakukan. Minji kembali merasa risih karena teman pria Henry kembali melayangkan tatapan mengerikan padanya. Minji benar-benar ingin segera pergi dari sini.

“Honey, aku ingin sekali mengantarmu pulang tapi— aku ada urusan yang sangat penting. Ayo ke depan. Aku akan mencarikanmu taksi.” Henry merangkul lengan gadis itu tapi tiba-tiba ponsel pria itu berbunyi.

“Tunggulah di sini. Aku ada sebuah telepon penting.” Henry kemudian menyingkir dari keramaian untuk menjawab panggilan yang masuk padanya. Minji mendesah berat. Mengapa Henry memperlakukannya seperti ini?

Sepeninggal Henry, Peter masih menatap Minji. Gadis itu mencoba tersenyum tapi di luar dugaan Peter menyeret lengan Minji dan membawanya menjauh dari keramaian. Oh tidak. Pria itu membawa Minji menuruni tangga dan gadis itu terlambat untuk berteriak ketika menyadari bahwa pria ini sepertinya berniat buruk terhadapnya.

Peter berhenti di sebuah lorong sepi dan Minji bisa mendengar suara musik di atas terdengar begitu kecil. Minji melihat sekelilingnya dan ia melihat ada pasangan dengan keadaan berantakan keluar dari salah satu bilik di dekat lorong itu. Jelas sekali apa yang baru saja mereka lakukan.

Minji ketakutan. Peter tidak mungkin berniat untuk bercinta dengannya bukan? Ya Tuhan. Kemana Henry? Minji meremas ujung gaunnya ketika Peter merapat dan mendorong tubuh gadis itu hingga membentur dinding. Minji berteriak karena ia merasa kesakitan. Pria itu menatapnya dengan marah, lalu Peter mencengkeram bahu gadis itu.

“P—Peter ssi, a—apa yang.. akan k—kau lakukan..” nafas Minji memburu. Mata pria itu berkilat seolah ingin memakannya.

“Wanita jalang. Jauhi Henry. Kau pikir Henry mencintaimu?” Peter bersuara dingin. Minji tidak menyangka akan apa yang baru saja didengarnya. Apa maksud perkataan pria ini?

“Apa maksudmu?”

“Hey! Kau tidak tahu siapa kekasihmu? Dia adalah seorang gay! Kemunculanmu di tempat ini telah merusak acara kami. Aku sangat benci melihat tingkahmu yang bermanja-manja padanya. Ia bahkan menciummu dengan terpaksa.”

“A—apa?! Kau bilang Henry seorang gay?”

“Kau masih tidak percaya? Aku tanya padamu dan kau harus menjawabku dengan jujur. Apa dia pernah menidurimu?”

Minji merasa jantungnya seakan terlepas dari tempatnya. Tidak mungkin. Selama ini Henry sangat tulus mencintainya. Memang ia sedikit berubah ketika di Seoul, tapi Minji tidak ingin mempercayai ucapan Peter. Bisa saja pria gay ini menyukai Henry tapi tidak mendapatkan tanggapan Henry dan kini ia cemburu karena bertemu kekasih Henry. Tidak. Jika Henry gay, pria itu tidak mungkin bisa menciumnya apalagi melakukan French kiss seperti yang sering mereka lakukan. Minji harus melawan. Ia tidak akan percaya dan menyerah begitu saja.

“Kau bohong! Henry tidak gay dan dia sangat mencintaiku.” Ucap Minji dengan tegas. Ia mendapatkan keberanian dari keyakinannya dan kini ia balas menatap Peter dengan tatapan marah. Merasa dibantah, Peter semakin panas. Ia kemudian memindahkan kedua tangannya ke leher Minji dan mencekik gadis itu.

Minji merasa ketakutan lagi. Ia dicekik dan ia mulai kesulitan untuk bernafas. Kemana Henry? Mengapa ia lama sekali menerima telepon? Minji mencoba berontak dan menendang kemaluan Peter. Pria itu kesakitan kemudian mundur dan tersungkur. Minji menggunakan kesempatan itu untuk kabur dan Peter mengejarnya. Nafas Minji memburu. Ia harus segera keluar dari sini dan mencari pertolongan. Di belokan lorong Minji terjatuh karenamenabrak seseorang.

“Minji ssi?! Apa yang kau lakukan di sini?!”

“Cho Kyuhyun! Tolong aku!” Menyadari ada seseorang yang dikenalnya, Minji segera bangkit dan memeluk Kyuhyun. Kyuhyun masih tidak paham dengan situasi itu tapi ketika melihat seorang pria muncul, ia sedikit paham.

Gadis itu sedang dalam bahaya.

“Jangan mengganggunya.” Ujar Kyuhyun dingin. Ia menarik Minji dan membawa gadis itu agar berlindung di balikpunggungnya.

“Ya! Kau tidak usah ikut campur. Gadis ini harus kubunuh sekarang juga!” Peter hendak menarik Minji tapi ia kembali jatuh tersungkur karena Kyuhyun mendorong pria itu. Peter tidak terima dan ia pun memutuskan untuk membereskan Kyuhyun terlebih dahulu. Ia memukul wajah Kyuhyun dan Minji berteriak karena menyaksikan peristiwa itu. Bibir Kyuhyun bahkan berdarah karenanya. Kyuhyun membalas pukulan Peter dan akhirnya kedua pria itu terlibat perkelahian.

“Ikut aku. Kita harus pergi dari sini.” Kyuhyun menarik tangan Minji ketika mendapatkan kesempatan. Ia membawa gadis itu berlari cepat dan nafas keduanya terengah-engah.

**

Kyuhyun menatap gadis di sebelahnya. Minji masih menangis terisak. Saat ini mereka sedang berada di pinggir jalan, di dalam mobil Kyuhyun. Kyuhyun menyodorkan sebotol air mineral pada Minji. Gadis itu menerimanya tapi botol itu hanya dipegangnya saja, tidak berniat untuk meneguk isinya.

“Minumlah dulu. Tangismu akan berkurang.”

Minji menoleh. Ia hampir lupa jika saat ini ia sedang bersama seseorang di sebelahnya. Daritadi gadis itu menangis tanpa tahu malu, dan Minji buru-buru menghapus air matanya. Ia pun membuka tutup botol air mineral yang diberikan Kyuhyun lalu mulai meminum isinya.

“Terimakasih. Jika kau tidak ada, mungkin aku sudah mati dicekik pria gila tadi.”

“Aku melihatmu bersamanya dan Henry ssi, kalian bukankah duduk bersama. Apa yang terjadi? Dan kemana Henry ssi?”

“Henry menerima telepon penting dan saat ia meninggalkanku pria gila itu menarikku dan membawaku ke lorong tadi. Awalnya aku berpikir ia mau memperkosaku tapi ia malah mengatakan bahwa Henry adalah seorang gay. Pria itu mengklaim dirinya adalah pasangan Henry dan ia tidak suka melihat kedekatan Henry denganku. Ia tidak suka dan ia ingin membunuhku..”

Kyuhyun terdiam ketika mendengar cerita Minji. Ia sama sekali tidak berpikir sampai kesitu. Namun Kyuhyun teringat sesuatu.

“Minji ssi, jangan salah paham terhadap pertanyaanku. Kau sendiri, apa kau percaya dengan apa yang dikatakan pria itu?” Minji memikirkan ucapan Kyuhyun. Ia teringat sesuatu dan memutuskan untuk bertanya pada Kyuhyun.

“Sebelumnya aku ingin bertanya padamu. Apa pria gay tidak tertarik meniduri lawan jenisnya?”

“Maksudmu, Henry ssi tidak pernah menidurimu?” Kyuhyun sedikit takjub. Minji menutup wajahnya saat melihat reaksi Kyuhyun.

“Kami sudah berkencan satu tahun. Selama itu, kami berpacaran layaknya orang normal. Kami berciuman, tapi yah— setiap aku ingin sesuatu yang lebih, Henry seolah mencegah agar kami tidak berakhir di atas ranjang. Awalnya aku berpikir ia melakukan itu karena ia memang ingin menjagaku. Tapi perkataan pria tadi membuatku ragu.” Minji kembali terisak. Membayangkan kekasihnya adalah seorang gay, Minji merasa jijik.

“Maafkan aku. Tapi, aku tidak percaya jika kau mengatakan kekasihmu sendiri tidak tertarik untuk menidurimu. Kau cantik, tubuhmu bagus, dan hubungan kalian sudah berjalan satu tahun. Jika ia pria normal, seharusnya kalian sudah tidur bersama. Kecuali itu tadi, ia memang benar-benar pria baik yang menghormatimu dan mungkin memang kesepakatan suatu pasangan untuk tidak melakukan hubungan sex sebelum memasuki jenjang pernikahan. Aku memiliki teman dengan prinsip konservatif seperti itu, jadi aku juga harus percaya bahwa komitmen seperti itu memang ada.”

Minji tertegun mendengar penuturan Kyuhyun. Terus terang, Minji berpikir bahwa kekasihnya benar-benar gay meskipun ia tidak ingin hal itu menjadi kenyataan. Tapi ucapan Kyuhyun sangat masuk akal. Apalagi selama mereka di New York, Minji bertemu Henry hampir setiap hari. Mereka menghabiskan waktu bersama, tapi mereka tidak pernah tidur bersama. Jika mereka jarang bertemu, masih masuk akal untuk menerima kenyataan itu.

“Jadi maksudmu, kau juga berpikir bahwa Henry adalah seorang gay?” Minji bertanya dengan nada lemah.

“Hmm, aku tidak mau menuduhnya. Kau tahu? Ketika pertama kali kau membawanya ke rumah, aku risih karena ia terus menatapku dan tersenyum. Awalnya aku pikir ia tidak nyaman karena kau tinggal dengan pria yang bukan keluargamu. Tapi aku sempat berpikir ia tidak normal. Hanya sekelebat saja. Kalian bersama dan aku berusaha mengeyahkan pikiran itu. Jadi sebaiknya, kau bertemu dengannya lalu bicarakan hal ini dengan serius. Aku tidak mau kau menyesal.”

Minji menatap Kyuhyun. Ucapan pria itu benar. Mungkin ia memang harus bertemu dengan kekasihnya dan bicara empat mata. Akan lebih baik jika Henry bisa berkata jujur padanya.

Ponsel Kyuhyun bergetar dan pria itu menepuk keningnya.

“Wae? Kau melupakan sesuatu?” tanya Minji.

“Aku lupa jika aku harus datang ke apartemen Hyojin malam ini. Hyojin berulang tahun hari ini, dan Changmin juga Eunhyuk sudah menungguku di sana. Aku berjanji akan menyusul setelah selesai melakukan pertunjukkanku.”

“Sekarang pukul 10 malam. Aku akan pulang naik taksi saja. Kau pergi saja.”

“Tidak bisa. Aku khawatir padamu. Ayahmu bisa gila jika tahu terjadi sesuatu padamu. Aku akan mengantarmu pulang dulu.”

“Tapi itu hanya akan merepotkanmu Kyuhyun ssi.”

“Hmm, bagaimana jika kau ikut aku ke apartemen Hyojin?”

“Aku? Tapi aku tidak diundang.”

“Tidak apa-apa. Mereka semua adalah orang baik dan ramah. Apalagi kau bukanlah orang lain bagi mereka. Kami hanya akan minum dan menghabiskan waktu. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan.”

“Tapi, tidakkah terlihat aneh jika kita datang bersama—”

“Aku bisa mengarang alasan.”

“Tolong jangan katakan masalah yang terjadi hari ini. Aku tidak akan punya muka untuk menghadapi mereka di kantor.”

“Hmm, begitu ya. Baiklah, kau serahkan saja padaku.”

“Oh ya, Kyuhyun ssi..”

“Apalagi?”

“Ayo kita obati lukamu di tempat Hyojin.”

**

Changmin, Eunhyuk, dan Hyojin sangat terkejut ketika Kyuhyun datang dan membawa seorang tamu agung yang tak diundang ditambah dengan bibir Kyuhyun yang sedikit luka. Kyuhyun beralasan bahwa ia tidak sengaja bertemu Minji di klub dan ia harus berkelahi karena menolong gadis itu dari sekumpulan pria mesum. Minji terlihat ramah sekaligus tidak enak pada Hyojin. Bagaimanapun ia merasa telah menjadi pengganggu acara gadis itu.

“Hyojin ssi, bisakah aku meminta air hangat dan obat merah? Aku harus mengobati luka di bibir Kyuhyun.” Tanpa menjawab Hyojin segera melesat mencari apa yang diminta Minji. Mereka kini duduk di sofa, dan Kyuhyun menerima tatapan yang sangat mencurigakan dari Eunhyuk maupun Changmin.

“Nona, biar aku saja yang mengobati Kyuhyun oppa.” Ujar Hyojin setelah duduk di sebelah Kyuhyun.

“Tidak. Biar aku saja yang melakukannya.” Minji tersenyum lalu bersiap mengambil kapas.

“Tidak. Aku saja. Aku tidak mau Nona kerepotan.”

“Aku saja. Dia terluka karena menolongku.” Tegas Minji. Hyojin sedikit berjengit, karena ia juga tidak mau kalah. Kyuhyun merasa kebingungan karena kini ia diapit oleh dua orang gadis yang berebut ingin mengobatinya.

“Wah, pemandangan macam apa ini. Mengapa terlihat seperti kalian sedang memperebutkan seorang pria?” Eunhyuk tidak bisa menahan dirinya untuk berkomentar. Changmin menepuk lengan pria itu agar tidak bicara sembarangan. Bagaimanapun juga, Minji adalah direktur mereka.

“Ehem. Minji ssi, biarkan Hyojin yang mengobatiku. Kau duduklah dan beristirahat.” Kyuhyun akhirnya angkat bicara. Ia memberi isyarat pada Changmin dan Eunhyuk agar membuat gadis itu merasa nyaman. Hyojin tersenyum karena Kyuhyun sendirilah yang akhirnya memutuskan untuk memilihnya. Sementara itu, Minji terlihat sedikit kecewa. Gadis itu tidak paham, mengapa ia harus merasa kecewa karena Kyuhyun menolak kebaikannya.

**

“Oppa, kau tidak apa-apa? Apa kau yakin hanya bibirmu saja yang terluka?” Hyojin bertanya pada Kyuhyun. Hanya mereka berdua yang masih tersadar. Changmin dan Eunhyuk sudah tertidur di sofa karena efek alkohol, begitu pula dengan Minji. Gadis itu duduk di sebelah Kyuhyun, memejamkan matanya dengan menyandarkan kepalanya pada sofa.

“Aku tidak apa-apa. Yang mengkhawatirkan justru gadis ini.” Kyuhyun mengamati Minji. Hyojin tidak mengerti apa yang tengah dimaksudkan pria itu.

“Kenapa dengan Minji ssi?”

“Hyojin ah. Tidak apa-apa kan jika Minji tidur di kamarmu? Aku sudah berkata pada presdir bahwa kami merayakan ulang tahunmu dan menginap. Lagipula ia pasti akan cerewet jika melihat luka di bibirku. Setelah memindahkannya, aku akan menjelaskan padamu apa yang sedang terjadi.”

Hyojin mengikuti perkataan Kyuhyun. Ia membuka pintu kamarnya dan menyaksikan Kyuhyun menggendong tubuh Minji lalu membaringkannya di atas ranjang milik Hyojin. Pria itu bahkan menarikkan selimut untuk gadis yang membenci dirinya itu. Entah mengapa, Hyojin merasakan cemburu yang membakar dadanya. Kyuhyun bahkan tidak pernah memperlakukannya semanis itu. Hyojin mengikuti Kyuhyun keluar dan membawakan bantal juga selimut untuk tiga pria yang akan tidur di sofa.

“Hyojin ah. Hari ini Minji hampir dibunuh orang.”

“A—apa?”

“Aku melihatnya di bar dengan kekasihnya. Kekasihnya juga mengajak seorang teman prianya. Pria itulah yang nyaris mencekik Minji jika saja aku tidak sengaja lewat di lorong itu.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Jadi pria itulah yang akhirnya memukulmu?”

Kyuhyun mengangguk. “Kami sempat berkelahi sebentar. Dan menurut pengakuan Minji, pria itu mengklaim bahwa dirinya adalah pasangan gay Henry ssi, kekasih Minji. Gadis itu sekarang begitu sedih, karena ia berpikir kekasihnya adalah seorang gay.”

Hyojin terdiam. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendengar sebuah cerita seperti ini. Ia merasa kasihan pada Minji, tapi ia juga merasakan semacam perasaan tidak nyaman dalam hatinya. Hyojin berdoa, semoga saja kekasih gadis itu tidak benar-benar seorang gay.

——————–

Pukul 11 malam, Minji tidak tahu mengapa saat ini ia justru berdiri di depan pintu kamar Cho Kyuhyun. Minji terus menimbang-nimbang dalam hatinya, apa perlu ia menemui Kyuhyun. Ia hanya ingin mengucapkan terimakasih dan meminta maaf dengan cara yang lebih baik dibandingkan kemarin.

Minji menarik nafasnya agak berat, lalu memantapkan hatinya untuk mengetuk pintu kayu bercat putih itu. Tidak ada tanggapan. Apakah mungkin Kyuhyun sudah tidur? Minji nyaris menyimpan niatnya ketika kemudian pintu terbuka memperlihatkan sosok Kyuhyun dengan kaos hitam polos dan celana pendek rumahan. Wajah pria itu terlihat masih segar, bahkan seperti baru saja mencuci wajahnya karena Minji mencium aroma sabun maskulin yang menguar dari wajah pria itu. Minji menyeringai sambil menyimpan kedua tangannya di belakang punggung sementara Kyuhyun terlihat curiga sambil mengernyitkan alisnya. Sangat jarang Minji bersikap manis seperti ini.

“Ada apa?”

“Hmm— itu. Aku ingin bicara denganmu.”

“Soal apa? Bicara saja.”

“Tidak di sini. Bisakah kita bicara di ruang tengah atau—“

“Di sini saja. Aku mengantuk.”

“Ya sudah, kalau begitu tidak jadi saja aku—”

Minji nyaris berteriak karena Kyuhyun kembali menyeretnya masuk ke dalam kamar pria itu. Berbeda dengan peristiwa waktu itu, Minji kini menyaksikan kamar Kyuhyun yang cukup luas meskipun tidak seluas kamarnya. Kamarnya sangat rapi, ada satu king size bed dengan seprai biru muda dan selimut dengan warna senada. Di sudut kamar ada sebuah keyboard di sebelah televisi dan Minji juga melihat beberapa rak yang berisikan buku dan juga koleksi CD pria itu.

Mata Minji terus bekerja cepat selama detik-detik awal kemunculannya di kamar Kyuhyun. Hal-hal ini sedikit tidaknya memuaskan rasa penasarannya terhadap sosok Kyuhyun meskipun ini baru hanya sebatas kamar pria itu.

“Apa yang kau lihat?”

Minji tersadar, kemudian menormalkan ekspresi wajahnya. Kyuhyun bersedekap di hadapannya, dan rasa gugup lebih mendominasi gadis itu saat ini. Malam itu Kyuhyun menyeretnya ke dalam sini tanpa sadar, tapi kini Kyuhyun melakukannya dengan penuh kesadaran. Minji masih khawatir kalau-kalau pria itu akan melakukan hal buruk padanya. Minji yang sejak awal berniat protes karena tindakan sembarangan Kyuhyun yang menariknya masuk, kini ia berusaha meredam segala umpatan yang mungkin saja keluar dari mulutnya untuk pria itu. Ia tidak mau Kyuhyun marah seperti waktu itu karena pria itu terlihat menakutkan.

“Bukan apa-apa. Aku hanya sedikit terkejut karena ini pertama kalinya aku masuk ke dalam kamarmu.”

“Hmm, mungkin ke depannya kau akan lebih sering berada di sini. Tertidur di sini mungkin?”

“Cho Kyuhyun!”

“Hahaha, kau sensitif sekali. Mau bicara apa?”

“Aku tidak dipersilakan duduk?”

“Kau mau duduk di mana? Di atas tempat tidurku? Kurasa tidak baik kita duduk di atas sana bersama-sama. Aku khawatir terjadi sesu—”

“Baiklah. Jangan diteruskan. Aku hanya mau mengucapkan terimakasih sekaligus meminta maaf karena kau sudah menolongku semalam hingga kau terluka.” Minji kemudian menyodorkan puding dalam kotak plastik transparan. Itu mirip dengan puding milik Kyuhyun yang ia habiskan tempo hari. Menerima hal itu, Kyuhyun semakin heran. Minji terlalu baik menurutnya. Biasanya mereka akan bertengkar.

“Duduklah. Aku hanya bercanda.” Kyuhyun melirik ke atas tempat tidurnya. Dengan ragu-ragu Minji duduk di sana. Ia merasakan nyaman saat pantatnya bersentuhan dengan kasur empuk milik Kyuhyun. Pria itu juga duduk di sebelahnya.

“Apa kau sudah bicara dengan Henry?” Tanya Kyuhyun. Minji menggelengkan kepalanya. Ia memang belum menghubungi Henry lagi, meskipun seharian ini Henry menghubunginya. Ia perlu waktu untuk menghadapi hari itu.

“Oh, bicaralah segera. Semakin cepat kau tahu kebenarannya, itu akan semakin bagus.”

“Aku tahu. Kami pasti akan bicara. Terimakasih juga untuk nasihatmu. Aku terus memikirkan ucapanmu dan merasakan banyak kebenaran.”

“Kau tidak harus berkeyakinan itu benar. Berdoalah yang terbaik untuk dirimu.”

“Cho Kyuhyun, apa luka di bibirmu masih terasa sakit?” Minji mengalihkan pembicaraan. Kyuhyun menyentuh luka kecil di sudut bibirnya. Memang masih terasa sedikit perih. Kyuhyun melihat Minji mengeluarkan sesuatu dari saku hot pantsnya. Gadis itu kemudian menempelkan sebuah plester kecil di sudut bibir Kyuhyun.

Kyuhyun terdiam. Ada yang tidak beres ketika gadis itu mendekat padanya. Minji masih menempelkan plester kecil itu dan ia tidak sadar jika si pemilik bibir tengah menatapnya. Minji baru sadar ketika tanpa sengaja ia menoleh ke arah Kyuhyun. Gadis itu buru-buru menjauhkan dirinya sebelum ia terlarut.

“Oh ya. Aku penasaran, mengapa kau menjadi seorang DJ. Apakah gaji yang diberikan appa kurang cukup?”

“Itu adalah hobiku. Jika hobi juga bisa menghasilkan uang, mengapa tidak kulakukan?”

“Tapi seharusnya kau bisa beristirahat.”

“Wah. Apa kau sedang mengkhawatirkanku?”

Minji merutuk dalam hati. Ia telah melangkah terlalu jauh. Hubungan mereka boleh saja menjadi lebih baik sekarang, tapi bukan berarti Minji menjatuhkan harga dirinya di depan Kyuhyun. Ia tetap harus waspada, dan tidak boleh terlena hanya karena Kyuhyun menolongnya.

“Apa maksudmu? Kau berbicara begitu pada gadis yang sudah memiliki kekasih?” Minji membela dirinya.

“Oh— maafkan aku. Aku lupa jika kau masih berstatus kekasih Henry. Anggap saja ucapanku adalah candaan. Tapi aku senang, kau menyuruhku beristirahat. Sulit rasanya percaya kau mengucapkan hal seperti itu dari mulutmu.”

“Aku memintamu beristirahat sebagai seorang direktur kepada staffnya. Jika kau sakit dan tidak masuk kantor, bukankah yang akan kerepotan adalah aku juga?”

Kyuhyun tersenyum. Gadis ini memang pintar bicara dan berkelit. Itu adalah salah satu keahliannya. Kyuhyun hanya sedikit takjub karena hari ini Minji tersenyum padanya. Gadis itu bahkan bercerita tentang masalahnya. Kang Jihyuk benar, putrinya adalah gadis yang manis.

Minji akhirnya keluar dari kamar Cho Kyuhyun. Entah mengapa perasaannya terasa lebih baik padahal seharian ini ia cukup pusing memikirkan masalahnya dengan Henry. Kyuhyun ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Hanya saja, ia tetap harus berhati-hati. Kyuhyun mungkin baik padanya, tapi hubungan Kyuhyun dengan ayahnya masih merupakan misteri yang harus Minji ketahui.

————————

Siang itu Minji mengadakan rapat lanjutan yang sempat ia tunda untuk membahas kelanjutan soal lahan di Ilsan. Semua staff sudah hadir kecuali Kyuhyun. Minji sedikit heran mengapa pria itu tidak muncul. Setahunya, pagi tadi ia melihat Kyuhyun berada di ruangannya lewat CCTV.

“Manager Cho pergi dengan presdir saat jam makan siang. Sepertinya mereka tidak akan kembali karena mereka pergi ke luar kota.”

Begitulah laporan yang Minji terima dari sekretaris Kyuhyun. Minji memang mengadakan rapat ini mendadak karena ia tahu semua staff juga sudah siap dengan laporan mereka dari minggu kemarin. Ia juga mengerti Kyuhyun pergi dengan ayahnya tapi itu tidak berarti Kyuhyun melupakan etika untuk meminta ijin padanya. Minji merasa marah karena Kyuhyun seolah tidak menghargai keberadaannya.

Seusai rapat, gadis itu segera menghubungi ayahnya karena ia tidak memiliki nomor ponsel Kyuhyun. Bagaimanapun Kyuhyun menghilang ketika masih jam kerja, dan ia harus bertanggungjawab atas tugasnya yang terbengkalai saat rapat.

“Oh— maafkan aku Sayang. Aku mengajak Kyuhyun pergi ke Sokcho untuk sebuah urusan. Mungkin kami akan kembali sangat malam. Jangan marah pada Kyuhyun, karena aku lupa meminta ijin padamu. Ia pikir aku sudah meminta ijin padamu.”

Minji merasa sangat kesal. Meskipun ayahnya yang meminta ijin, Kyuhyun setidaknya harus menyapanya. Mengapa ia menjadi begitu kesal sekarang?

———————-

Malam itu, Minji akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Henry membicarakan masalah mereka. Hari ini ia cukup kesal karena ayahnya menculik Kyuhyun dari kantor, dan Minji sengaja tidak langsung pulang ke rumah melainkan bertemu dengan Henry. Ia masih berharap saat bertemu Henry akan memberikan penjelasan yang bisa ia terima dan mereka bisa kembali berbaikan.

Henry tersenyum saat Minji datang. Ia sengaja datang lebih awal ke café tempat mereka bertemu karena Henry tidak ingin membuat Minji menunggu. Minji terlihat dingin ketika gadis itu tiba, membuat Henry ragu untuk memberikan penjelasan.

“Kau menghilang saat aku menelepon dan kau tidak merespon panggilan juga pesanku hingga pagi tadi.”

“Menurutmu apa yang terjadi? Apa Peter ssi, sahabat baikmu itu tidak bercerita apapun padamu?” Minji menekankan ucapannya.

“Honey.. A—apa yang terjadi antara kau dan P—peter?

“Mengapa kau terlihat gugup? Apakah semua yang dikatakan Peter padaku adalah benar?”

Henry tertegun. Kekhawatirannya terjadi. Sejak Minji muncul di bar Henry sudah cukup menyadari ada yang tidak beres. Ia tidak bisa sepenuhnya mempercayai Peter. Hal kemarin di luar rencananya, dan Peter mungkin tidak bisa menahan emosinya.

“Kau.. apakah benar kau.. seorang G—gay?”

Henry tidak berani menatap Minji. Ia takut gadis itu akan merasa jijik dan akhirnya meninggalkannya. Bagaimanapun juga, ia mencintai gadis itu. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat, dan Henry tahu ia merasa nyaman saat bersama Minji.

“Maafkan aku. A—aku, dulunya aku bukanlah diriku yang sekarang. Jika kau tahu bagaimana aku dulu, mungkin kau tidak akan mau berteman denganku. Aku sangat malu mengakui ini padamu, tapi aku tidak pernah bermaksud menipumu.” Minji terdiam. Ia sudah siap mendengar pengakuan yang lebih buruk dari itu.

“Sejak bertemu denganmu, aku merasa diriku berubah. Aku.. aku bisa melihat bahwa wanita adalah makhluk yang cantik. Kau sangat baik dan kau memberiku semangat untuk menjadi orang yang lebih baik. Meskipun aku belum sepenuhnya kembali normal, tapi aku senang— karena akhirnya statusku yang seorang gay, kini aku menjadi bisex. Aku bisa menyukai wanita tapi aku belum sepenuhnya lepas dari masa laluku dan—“

“Cukup. Jangan bicara lagi padaku.”

“Honey..”

“Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Aku merasa sangat jijik. Ya Tuhan.. maafkan aku.” Minji merasa ia ingin menangis. Ia harus segera pergi dari hadapan Henry sebelum dirinya memaki pria itu.

Henry merasa sangat sedih. Ia sama sekali tidak berniat untuk menipu kekasihnya. Pria itu terlihat panik ketika Minji bangkit dari tempat duduknya. Henry segera menahan tangan gadis itu.

“Lepaskan aku. Kita berakhir mulai saat ini.”

“Maafkan aku.”

“Lepas.”

“Ijinkan aku mengatakan satu hal sebelum kau pergi.” Minji akhirnya bertahan karena sepertinya Henry benar-benar serius menahannya.

“Aku tidak akan pernah lupa saat ketika pertama kali kita bertemu dan kau mengatakan bahwa aku adalah pria yang tampan. Aku mencintaimu, dan aku akan selalu berada di sisimu sebagai temanmu. Sekali lagi, maafkan aku, Nona Kang.” Henry melepaskan tangan Minji, kemudian pria itu membungkukkan tubuhnya sebagai tanda ia sangat menghormati gadis itu.

**

Minji duduk di pinggir kolam renang. Gadis itu memakai bathrobe dengan sekujur tubuhnya yang basah. Kedua kakinya menjuntai terendam air kolam yang hangat. Kedua matanya menatap air dengan pandangan kosong. Minji merasa begitu sedih. Bagaimanapun ia harus menerima kenyataan bahwa kini ia dan Henry sudah berakhir.

“Minji ssi..”

Minji menoleh dan mendapati Kyuhyun sedang berdiri dengan kemeja berwarna hitam begitu pula dengan celana yang dipakai pria itu. Gadis itu hanya menatap Kyuhyun dengan tatapan hampa. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk berdiri dan menghampiri pria itu.

“Kau sudah pulang? Mana appa?”

Kyuhyun berjalan mendekati gadis itu. Kyuhyun merendahkan tubuhnya ketika ia sudah berada di sebelah Minji. Ia menatap wajah gadis itu yang terlihat tidak baik-baik saja. Kyuhyun menarik lengan Minji dan membantu gadis itu untuk berdiri.

“Apa yang terjadi? Apa ada yang mengganggumu lagi?” Minji menggelengkan kepalanya. Ia menatap Kyuhyun dan matanya berkaca-kaca.

“Henry mengaku padaku bahwa dulu ia adalah seorang gay. Tapi kini ia mencintaiku dan menjalani kehidupan biseksual.” Suara Minji bergetar. Kyuhyun terdiam sejenak. Hal ini sungguh memprihatinkan.

“Lalu apa keputusanmu?”

“Kami sudah berakhir. Aku tidak bisa menerimanya. Tapi dia berkata bahwa dia masih mencintaiku.. Aku harus bagaimana?” Minji mulai menangis. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kyuhyun tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan Minji. Masalah cinta yang dialami gadis itu baru pertama kali ia dengar.

Kyuhyun menarik tubuh Minji ke dalam pelukannya. Minji terisak begitu dalam. Kyuhyun menepuk-nepuk punggung gadis itu pelan.

**

Kyuhyun menyaksikan Minji yang tengah menikmati makan malamnya yang terlambat. Gadis itu belum memakan apapun sejak siang, dan Kyuhyun memasakkan ramen untuk mereka berdua. Minji terlihat sangat tidak berselera, dan tatapan gadis itu masih kosong. Minji sepertinya masih sangat mencintai Henry.

Malam ini mereka hanya berdua karena Jihyuk memutuskan untuk menginap di Sokcho. Pria itu masih memiliki beberapa urusan dan ia sengaja meminta Kyuhyun untuk pulang lebih dulu agar ada yang menjaga Minji.

“Maafkan aku karena tidak mengikuti rapat dan juga tidak memberitahumu. Hari ini aku dan Paman datang ke Sokcho untuk peringatan lima tahun kematian ayahku.”

Minji terdiam. Gadis itu menatap pria di hadapannya. Tiba-tiba Minji diserang perasaan bersalah. Ia merasa begitu jahat karena ia telah berburuk sangka dan mencurigai Kyuhyun.

TBC

Aku cut di sini gapapa yaaa~

Belum bosen kan? Lanjutannya akan dipost as soon as possible.

Inget komen yah reader2ku yang budiman~

ThanKYU ^^