Clown Man [Chapter 9]

Author : Minji • Main Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji  •  Support Cast : Choi Hyojin – Lee Hyukjae – Shim Changmin – Henry Lau – Lee Donghae and others • Genre : Romance  • Length : Chapter

================

Minji menatap punggung Kyuhyun. Pria itu sedang menerima telepon penting, duduk di pinggir tempat tidur berukuran king size pada salah satu kamar hotel berbintang lima yang mereka pesan. Kyuhyun dengan masih memakai kemeja putih yang seluruh kancingnya telah terbuka, duduk memunggungi Minji yang berbaring sambil menyimak pembicaraan pria itu di telepon. Minji menarik bantal perlahan, kemudian memeluk benda itu.

Tak berapa lama, Kyuhyun mengakhiri pembicaraan. Pria itu menoleh dan tersenyum pada gadis yang menatapnya dengan sorot penasaran. Kyuhyun berbaring menyamping di sebelah Minji, menopang tubuhnya dengan salah satu siku tangannya. Tangan kanannya menyentuh dan mengusap pipi Minji yang masih merona. Kyuhyun tersenyum dan menyingkirkan bantal yang didekap gadis itu di dadanya.

Minji merasakan detak jantungnya kembali dipercepat karena Kyuhyun merapikan rambutnya, menyelipkan anak-anak rambut Minji yang berantakan ke balik telinga gadis itu. Kyuhyun menatap gadisnya, lalu mencium kening Minji membuat gadis itu bertanya-tanya dengan sikap romantis Kyuhyun.

“Bagaimana? Apa yang dikatakannya padamu?” Tanya Minji dengan suara yang sedikit serak. Kyuhyun menyentuh kemeja Minji yang berantakan, lalu mengancingkannya kembali hingga bagian atas gadis itu yang sudah hampir terbuka kini tertutupi kembali, seperti semula.

“Sebaiknya kita pulang. Paman ingin aku membawa anak gadisnya tiba di rumah sesegera mungkin.” Kyuhyun menyeringai tepat di depan wajah Minji, membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

“Dia memarahimu?”

“Tidak. Dia hanya mengkhawatirkanmu. Mungkin dia akan benar-benar memarahiku jika kita tidak segera beranjak dari sini.” Kyuhyun mengusap rambut gadisnya kemudian pria itu duduk dan mengancingkan lagi kemejanya. Minji bangun dari posisi berbaringnya. Sial. Ia sudah seperti pelacur saja. Pelacur yang beruntung, karena bahkan ia masih perawan meskipun sudah terjebak di dalam kamar hotel bersama seorang pria.

“Cho Kyuhyun.”

“Hmm?”

“Aku kesal.”

“Aku tahu. Tapi kita tidak punya pilihan lain.” Kyuhyun yang sudah berdiri dan sedang mengancingkan kemejanya  tersenyum pada Minji yang masih duduk seperti orang bodoh di atas tempat tidur.

“Tapi— K—kau, tidak apa-apa?” Suara Minji terdengar begitu sungkan. Kyuhyun justru tertawa melihat ekspresi khawatir gadis itu. Minji terlalu serius. Kyuhyun merendahkan tubuhnya, mengecup bibir gadis itu untuk menghiburnya.

“Aku tidak apa-apa. Kesehatan ayahmu lebih penting. Tunggulah sebentar. Aku akan segera kembali.” Kyuhyun menepuk kepala Minji, memperlakukannya seperti seorang gadis kecil. Minji menggerutu seorang diri setelah Kyuhyun masuk ke dalam kamar mandi.

**

“Jihyuk Oppa sangat khawatir karena sejak pagi tidak melihat Minji. Lain kali jika kau ingin mengajaknya pergi, sebaiknya kalian pulang lebih dulu baru pergi lagi.” Yonghee menasihati anak sulungnya. Kyuhyun yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya duduk di atas tempat tidur, di sebelah ibunya.

“Maafkan aku, Omma. Kami hanya pergi ke taman hiburan dan lupa waktu.” Kyuhyun sedikit berbohong.

“Benarkah? Kalian sudah dewasa, aku hanya berharap kau bisa bertanggungjawab dan menjaga Minji. Jika memang kau serius dan mencintai Minji, jangan bermain-main dengannya. Apalagi dia adalah anak Jihyuk Oppa, kau jangan sampai melanggar kepercayaan yang sudah diberikan padamu.” Kyuhyun tersenyum lalu mendekat dan merangkul bahu ibunya.

“Omma jangan khawatir. Aku tidak akan melanggar kepercayaan siapapun. Kau ingin Minji jadi menantumu kan? Aku akan menjaganya dan bertanggungjawab terhadapnya. Aku tidak akan mempermainkan perasaannya, karena aku benar-benar jatuh cinta padanya, Omma.” Yonghee tersenyum lega. Kyuhyun kini sudah dewasa dan mungkin sebentar lagi ia juga akan memikirkan untuk berkeluarga.

“Omma, boleh aku bertanya sesuatu?”

“Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Beberapa waktu lalu, aku bertemu dan makan siang dengan Bibi Shin, mantan istri Paman.”

“A—apa? Nayoung, dia ada di Seoul?” Yonghee cukup terkejut apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Nayoung menemui Kyuhyun.

“Ya. Dia ada di Korea dan kami sempat bertemu beberapa kali. Aku juga tidak terlalu mengingat wajahnya saat pertama kali bertemu karena dia bukankah tidak pernah datang ke Sokcho? Paman tidak pernah membawa keluarganya saat berkunjung. Aku bahkan tidak ingat wajah Minji karena kami hanya pernah bertemu waktu kecil.”

“Kau benar. Nayoung adalah wanita yang sibuk dan ia sering bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis.” Yonghee mencoba tersenyum.

“Dia terlihat sangat berbeda dengan wanita-wanita seumurannya.”

“Kenapa? Dia cantik bukan? Lebih cantik dari ibumu? Shin Nayoung sewaktu muda adalah Minji yang kau lihat sekarang. Jadi, kurang lebih kau bisa melihat gambaran Minji ketika ia tua nanti.” Yonghee menggoda Kyuhyun.

“Aku senang bisa bertemu dengannya, dan dia juga menyetujui hubunganku dan Minji.”

“Benarkah? Jadi dia sudah tahu hubungan kalian?”

“Hmm. Bahkan sebelum kau dan Paman tahu.” Yonghee terdiam sesaat. Di dalam pikiran wanita itu kini melintas banyak hal yang membuatnya justru tidak bisa tenang.

“Ah, syukurlah jika begitu. Omma senang jika semua orang menyukaimu. Tapi, apa yang mau kau tanyakan tadi?”

“Oh, itu. Saat terakhir kali bertemu, ia sempat bicara padaku soal mengapa Paman begitu baik hingga mengajakku tinggal bersamanya dan bahkan memberiku posisi bagus di perusahaan. Aku pikir mungkin karena kalian semua adalah teman dekat dan itu karena Paman hanya ingin menolong keluarga kita dari keterpurukan. Tapi Bibi seolah meninggalkan tanda tanya padaku, dan wajahnya seperti menyiratkan hal lain yang— entahlah. Kadang aku merasa kurang nyaman setiap kali memikirkannya.”

“Ah, kau tidak usah berpikiran macam-macam. Yang terpenting bagimu saat ini bukankah restu darinya?” Yonghee tersenyum pada putranya.

“Ya, aku tahu. Baiklah, jika memang tidak ada hal lain yang aku tidak tahu. Aku hanya tidak ingin merasa semakin tidak enak dan terbeban tinggal di rumah ini. Selama ini aku selalu mengabdikan diriku untuk membalas kebaikan Paman pada keluarga kita. Aku bahkan sudah menganggap Paman seperti ayah kandungku sendiri.”

————————–

Eunhyuk mengemudi sambil bersiul, menyenandungkan lagu dari sebuah girlband papan atas Korea yang sedang naik daun. Ia bahkan seperti tidak peduli bahwa saat ini ia sedang dalam tugas mengantarkan Ibu Direktur ke sebuah perusahaan elektronik untuk membahas sebuah kerjasama. Minji yang duduk di sebelah pria itu hanya bisa menggeleng heran. Jika saja ia masih Minji yang sebelumnya, mungkin saja ia sudah mengajukan protes dan memarahi Eunhyuk habis-habisan karena ketidaksopanannya. Namun Minji sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berteman dengan semua orang, apalagi Eunhyuk adalah teman Kyuhyun.

Eunhyuk pun, bukan tanpa alasan ia bersikap sedikit lebih santai. Semua karena ia sudah tahu bahwa wanita yang duduk di sebelahnya ini adalah kekasih Kyuhyun sahabatnya. Eunhyuk bahkan berniat untuk bertanya-tanya soal hubungan mereka hanya saja ia tidak tahu harus memulai darimana.

“Eunhyuk ssi, kau punya kekasih?”

“Ne? E—oh. Sedang dalam tahap pendekatan. Aku sedang tergila-gila pada seorang gadis.” Eunhyuk menjawab sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi dan gusinya. Ia tidak menyangka Minji akan memulai obrolan dan bertanya hal seperti itu padanya.

“Wah, kalau begitu bersemangatlah. Kau harus mendapatkan gadis itu.” Minji tersenyum. Eunhyuk merasa sedikit gugup disenyumi seperti itu. Jika saja status gadis ini bukan milik Kyuhyun, mungkin Eunhyuk bisa jadi akan terpesona juga.

“Terima kasih atas semangatnya, Bu Direktur. Kau juga, bersemangatlah menjalani hubunganmu dengan Manager Cho.” Eunhyuk terkekeh. Minji tahu semua orang mungkin sudah tahu perihal hubungannya jadi ia tidak akan menyangkal lagi.

“Oh. Ya, terima kasih. Hmm, Eunhyuk ssi, apa menurutmu kami terlihat cocok?” Minji bertanya dengan hati-hati. Ia merasa sedikit malu. Namun ia penasaran dengan pendapat orang-orang terutama orang terdekat Kyuhyun tentang bagaimana mereka terlihat bersama.

“Cocok. Sangat cocok. Kalian seperti… hmm— kalau kuibaratkan kalian seperti dua arus panas yang akhirnya bertemu di tengah samudra. Hahahhahha” Eunhyuk tertawa renyah, dan Minji menaikkan alisnya mendengar perumpamaan aneh pria itu.

“Sebagai sahabat Kyuhyun, bagiku ini adalah berita bagus. Akhirnya ia memutuskan untuk memiliki komitmen dengan seorang wanita dengan cara yang benar.”

“Oh ya? Dari pembicaraanmu sepertinya aku sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang berbahaya.” Minji mulai masuk pada inti pembicaraan. Ia sangat ingin tahu dan Minji rasa Eunhyuk adalah orang yang tepat yang bisa menjelaskan hal itu padanya. Mengenai wanita-wanita Kyuhyun.

“Ah. Kau tidak usah khawatir. Mungkin ia bukan seorang playboy. Kyuhyun hanya terlalu populer di kalangan gadis karena ketampanan dan bakatnya.”

“Tidak usah membelanya. Aku sudah pernah melihatnya mencium dan memeluk gadis yang berbeda. Katakan saja apa yang kau tahu tentang dia, maksudku— hmm.. berapa banyak wanita yang ia kencani sebelum aku, dan apa dia masih memiliki hubungan dengan mereka.”

Eunhyuk spontan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis ini bahkan sudah tahu soal teman-teman wanita Kyuhyun, dan Eunhyuk enggan berbicara karena Kyuhyun bisa jadi akan membunuhnya. Eunhyuk mulai memikirkan jawaban teraman agar Minji tidak salah paham dan sampai bertengkar dengan Kyuhyun hanya karena mendengar penjelasannya.

“Hmm, karena kau juga sudah tahu hal itu maka aku tidak akan menutupinya. Sebagian besar teman wanitanya adalah teman-temannya di bar dan klub malam. Ada beberapa yang pernah menjadi kekasihnya, tapi hubungan mereka kurasa hanya untuk bersenang-senang saja karena Kyuhyun tidak pernah terlihat serius dengan wanita-wanita itu. Dan yah—Bukankah sudah kukatakan, ini pertama kali aku melihatnya seserius ini. Mungkin ia sedang jatuh cinta— padamu.”

Minji merasa tersanjung sekaligus lega mendengar penjelasan Eunhyuk. Benarkah seperti itu? Benarkah dirinya berbeda di mata Kyuhyun? Mungkin benar, dan itulah alasan mengapa Kyuhyun begitu menjaganya dan terkadang protektif terhadapnya. Minji merasa bahagia, karena ia belum pernah merasakan kisah cinta yang seperti ini sebelumnya. Berawal dari saling membenci, hingga kini saling memahami.

**

“Hyojin ah. Ini tidak biasa. Apa kau sedang ada masalah?” Tanya Kyuhyun. Changmin melirik keduanya, dan pria itu tahu jelas apa alasan Hyojin mengajukan cuti selama satu bulan penuh. Gadis itu pasti ingin menghindari Kyuhyun. Hyojin menggeleng dan tersenyum.

“Aku tidak punya masalah. Aku hanya ingin pulang dan bertemu keluargaku. Kami berencana untuk melakukan liburan bersama.”

“Tapi ini terlalu mendadak. Perusahaan membutuhkanmu.” Tambah Kyuhyun.

“Aku tahu, Oppa. Maka dari itu aku akan berusaha agar Minji ssi mau mengabulkan permohonan cutiku. Aku sudah menyiapkan calon pengganti sementaraku.”

“Kau harus punya alasan kuat agar direktur mengabulkan cutimu.” Ujar Changmin.

“Sesungguhnya ini karena kemarin aku jatuh sakit. Ibuku khawatir dan memintaku untuk pulang ke Busan. Aku juga merindukan orangtuaku. Lagipula selama ini aku belum pernah mengambil cuti panjang. Seharusnya Direktur bisa mengabulkannya.”

“Baiklah, jika memang begitu adanya. Aku akan membantu membujuknya jika seandainya nanti ia ragu mengabulkannya.” Ujar Kyuhyun. Merekapun mengakhiri makan siang dan beranjak kembali ke kantor.
Changmin, ia tahu betul ini adalah awal dari keputusan Hyojin. Hyojin pernah mengungkapkan ia akan lebih memilih untuk menjauh daripada harus menghadapi kenyataan yang hanya akan membuatnya sakit. Bukan tidak mungkin, gadis itu tidak akan kembali lagi ke perusahaan meskipun cutinya telah berakhir.

——————————

Minji terlihat sibuk di dapur bersama dengan Yonghee dan Yoora. Mereka akan memasak makan malam dan Minji sekaligus ingin belajar memasak dari calon ibu mertuanya itu. Kata Jihyuk, Yonghee sangat pintar memasak maka dari itu Jihyuk meminta putrinya untuk belajar memasak dari Yonghee.

Kali ini, Yonghee akan mengajak Minji dan Yoora membuat makanan favorit Jihyuk dan juga Kyuhyun. Menurut Yonghee, Jihyuk dan suaminya keduanya dulu sama-sama adalah penikmat samgyetang, sup dengan daging ayam utuh yang juga dimasak dengan ginseng. Yonghee juga akan mengajak Minji membuat hoedeopbap untuk Kyuhyun berupa potongan ikan mentah yang dicampur nasi dan sayuran karena pria itu adalah penyuka seafood.

“Kau harus banyak belajar memasak olahan laut jika nanti kau sudah menjadi istri Kyuhyun. Selain bulgogi, Kyuhyun sangat menyukai seafood. Ia suka sup ikan, tapi sebaiknya jangan terlalu pedas karena perutnya sensitif dengan makanan pedas.” Minji hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Yonghee. Ia bahkan baru tahu bahwa Kyuhyun sensitif dengan makanan pedas.

“Dulu Oppa penyuka makanan instan. Tapi karena omma sering memarahinya ia mulai mengurangi makan ramen kemasan.” Tambah Yoora. Minji tentu akan mengingat baik-baik hal itu. Mulai sekarang ia akan mengingat apa yang disukai Kyuhyun dan apa yang tidak boleh dimakan pria itu.

Setelah semuanya siap, Minji dan Yoora juga Yonghee membawa semua makanan ke atas meja makan sementara bibi Hwang membereskan dapur. Minji dengan sukses telah menghasilkan sepiring bulgogi dan juga mencampur hoedeopbap untuk Kyuhyun.

Jihyuk dan Kyuhyun pun bergabung ke meja makan. Yonghee dan Yoora duduk di sisi kiri Jihyuk sementara Kyuhyun dan Minji di sisi kanannya. Mereka terlihat seperti satu keluarga yang bahagia. Minji pun mengamati sekelilingnya. Ayahnya terlihat sangat senang dan cerah meskipun pria itu masih sakit dan belum benar-benar pulih.

Yonghee terlihat melayani Jihyuk seperti suaminya sendiri, dan Minji merasa mereka seperti keluarga yang utuh. Andai saja. Andai saja ibunya juga ada di tengah-tengah mereka saat ini. Membayangkan betapa ibunya melewatkan makan malam yang kesepian setiap harinya, Minji merasakan kesedihan di dalam hatinya.

“Hei, kau kenapa?” Kyuhyun yang menyadari Minji tengah melamun segera menegur gadis itu.

“Oh, tidak apa-apa. Aku tiba-tiba teringat omma. Oh ya, Bagaimana masakan buatanku? Apakah enak? Aku baru saja belajar membuatnya dari Bibi.” Minji tersenyum.

“Enak. Meskipun belum menandingi buatan ibuku, tapi kau sudah berusaha. Lain kali kau harus memasak lagi untukku.” Ujar Kyuhyun.

**
Minji masuk ke dalam kamar ayahnya dan tersenyum setelah melihat sang ayah belum tidur. Jihyuk sedang membaca buku di atas tempat tidurnya ketika putri kesayangannya muncul di dalam kamarnya. Minji duduk di atas tempat tidur ayahnya, membuat pria yang kini terlihat kurus itu melepas kacamata bacanya dan menutup bukunya.

“Ada apa? Mengapa kau belum tidur?”

“Aku yang seharusnya bertanya padamu. Bukankah seharusnya kau tidur lebih awal?” Minji membalas pertanyaan ayahnya.

“Baiklah. Jadi apa yang membuatmu tiba-tiba datang ke kamarku? Sejak ada Kyuhyun di hatimu, aku merasa tersisihkan. Jadi begini rasanya ketika anak gadismu memiliki pria lain yang lebih dicintainya melebihi ayah kandungnya sendiri.”

“Appa! Kau ini bicara apa? Aku tentu lebih mencintai appa daripada Kyuhyun.”

“Benarkah? Bagaimana jika seandainya aku tidak menyetujui hubunganmu dengan Kyuhyun? Apa kau akan meninggalkan Kyuhyun dan mengikuti perkataanku?”

Minji mencibir kesal. Bagaimana bisa ayahnya menjebaknya dengan pertanyaan seperti itu. Meninggalkan Kyuhyun? Mengingat watak keras kepalanya sepertinya Minji akan memilih untuk membangkang daripada harus putus dari kekasihnya.

“Aku tidak akan menjawabnya.” Minji berpura-pura kesal. Jihyuk terkekeh melihat tingkah putrinya yang sudah dewasa.

“Appa, apa kau tidak merindukan Omma?” Pertanyaan Minji membuat tawa Jihyuk meredup. Pria itu kini menarik nafasnya. Mengapa tiba-tiba Minji bertanya soal ibunya? Apa gadis itu merindukan ibunya?”

“Kau rindu pada ibumu?”

“Ya. dan Omma ada di Seoul. Sesungguhnya sudah lama omma ada di sini. Dan kami sempat bertemu beberapa kali, termasuk ketika hari ulang tahunnya.”

Aura wajah Jihyuk tiba-tiba berubah. Nayoung ada di Korea dan Jihyuk tidak tahu hal itu. Nayoung bahkan menemui putrinya tapi sama sekali tidak berinisiatif untuk menemuinya. Ya, mereka memang sudah bercerai. Apalagi yang sesungguhnya diharapkan Jihyuk? Lagipula kini ia hanyalah pria tua bangka yang penyakitan, bukan lagi pria gagah yang dulu selalu menjadi kebanggaan Nayoung.

“Mengapa kau tidak memberitahuku, Nak?”

“Aku tidak mau kau memikirkannya karena kau sedang sakit dan akan melakukan pengobatan. Tapi kurasa sekarang sudah saatnya kau tahu bahwa Omma ada di sini. Jika aku mengundangnya ke rumah, apa kau akan mengijinkannya?” Tanya Minji. Jihyuk menatap mata polos putrinya.

“Sayang, ibumu tidak akan bersedia melakukannya. Ia tidak ingin melihatku lagi. Ia bahkan tidak peduli pada keadaanku.”

“Ia peduli.”

“Darimana kau tahu hal itu?”

“Omma peduli padamu. Dia memang selalu berkata padaku bahwa dia tidak peduli padamu, tapi aku tahu ia sebenarnya peduli. Omma.. dia bahkan berkata padaku bahwa kau akan baik-baik saja.”

“Minji ya. Kami sudah bercerai. Aku minta maaf jika membuatmu harus berharap banyak dan—”

“Aku tahu. Aku tahu kalian sudah bercerai. Tapi aku ingin dia ada di sisimu dan merawatmu. Meskipun hanya satu kali, aku ingin melihatnya datang lagi ke rumah ini dan menjadi ‘istrimu’ lagi. Meskipun hanya satu hari. Aku yakin tidak ada hubungan buruk yang tidak bisa diperbaiki.” Suara Minji mulai tidak stabil. Ia mulai emosi. Selama ini, kedua orangtuanya terlalu munafik untuk mengakui. Minjilah yang menyaksikan dan melihat tatapan mata keduanya. Mereka sama-sama masih saling membutuhkan.

“Sayang, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu hari ini tapi kumohon, kau harus bisa bersikap dewasa terhadap hal ini.” Mendengar respon ayahnya, Minji pun berdiri dan menahan air matanya.

“Kalianlah yang tidak dewasa. Kalian terlalu munafik dan tidak pernah memikirkan perasaanku.” Dan setelah itu Minji keluar begitu saja dari kamar Jihyuk. Gadis itu menangis, berjalan cepat menuruni tangga karena jika ia kembali ke kamar, Yoora yang tidur dengannya pasti akan terkejut melihatnya kembali dalam keadaan menangis.

**

Minji duduk di kursi kayu panjang yang ada di tepi kolam renang. Gadis itu meringkuk memeluk lututnya dan menangis dengan volume kecil. Ia menyesal telah menemui ayahnya dan membahas soal ibunya. Namun sungguh, Minji sangat merindukan suasana kebersamaan di rumah besar itu. Kedatangan keluarga Kyuhyun entah mengapa membuatnya juga merindukan keluarganya sendiri. Keluarganya yang dulu utuh.

“Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu.”

Minji menoleh dengan wajahnya yang basah karena air mata. Kyuhyun berdiri di dekatnya dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana training hitam yang dipakainya. Gadis itu buru-buru mengusap air matanya dan membenarkan posisi duduknya. Minji merasa benar-benar buruk di mata pria pujaan hatinya. Kyuhyun mengambil tempat di sisi gadis itu, menatap Minji yang kini sedang menatap air kolam.

“Jadi tetap tidak mau bercerita padaku?” ujar Kyuhyun, mencoba membujuk nona mudanya.

“Kau tidak perlu tahu. Kau pasti hanya akan menganggapku konyol.” Balas Minji tanpa menatap Kyuhyun.

“Aku bahkan belum mendengar apapun bagaimana bisa kau menebak responku setelah mendengar ceritamu?” Pancing Kyuhyun.

“Aish. Kau adalah seorang pria. Apalagi pria sepertimu pasti akan menganggap hal-hal seperti ini konyol dan aneh.” Minji terdengar kesal.

“Pria sepertiku? Memangnya aku pria yang seperti apa sampai-sampai akan menganggap ceritamu sebagai hal yang konyol?” Minji menatap Kyuhyun dengan kesal. Saat ini ia benar-benar sedang sensitif dan tidak ingin bercanda.

“Bisakah kau tinggalkan aku? Kau membuatku pusing.”Ucapan Minji membuat Kyuhyun sadar bahwa gadis ini benar-benar tidak bisa dihibur. Namun Kyuhyun tidak akan menyerah. Ia harus tahu mengapa gadisnya bersedih dan menangis.

“Baiklah, aku minta maaf. Aku hanya ingin mengalihkan kesedihanmu tapi sepertinya kau benar-benar sedang tidak baik. Tapi bisakah kau membagi kesedihanmu padaku? Kau membuatku khawatir.” Minji menarik nafas dalam. Percuma saja mengusir Kyuhyun, dan pada kenyataannya Minji memang membutuhkan kehadiran pria itu. Ya, setidaknya kini Minji bisa menyandarkan kepalanya di bahu lebar Kyuhyun, satu-satunya teman yang kini ia punya. Tahu Minji membutuhkannya, Kyuhyun meletakkan tangannya di bahu gadis itu, menepuk-nepuk lengan Minji.

“Apa menurutmu, sepasang suami-istri yang sudah bercerai bisa kembali rujuk dan hidup bersama?”
Pertanyaan Minji membuat Kyuhyun paham apa yang sesungguhnya dirisaukan gadis itu. Minji mungkin beradu mulut dengan ayahnya karena Kyuhyun menyaksikan gadis itu saat menuruni tangga dengan menahan tangis.

“Mungkin saja, jika keduanya masih saling mencintai.” Jawaban Kyuhyun tidak memuaskan gadis itu.

“Apa kau tahu? Aku iri padamu. Meskipun Paman Daejung tidak ada, tapi kau punya keluarga yang bahagia. Kau punya ibu yang mencintaimu, adik yang manis, ah— aku iri padamu. Kau bahkan bisa menjadikan appa sebagai pengganti sosok ayah bagimu.”

“Apa yang kau bicarakan? Kau juga punya ayah dan ibu yang mencintaimu. Kau punya orangtua yang masih ada di sekitarmu. Dan kau— punya aku.” Minji tersenyum miris tanpa dilihat Kyuhyun.

“Ya, mereka masih hidup dan ada di sekitarku tapi tetap saja keluargaku tidak utuh karena mereka sudah bercerai. Jika mengingat bagaimana mereka bertengkar dulu. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku membenci perceraian mereka.”

“Setiap anak akan membenci perpisahan orangtuanya. Hidup terpisah dengan orangtua tapi masih bisa saling menyapa, menurutku itu lebih baik daripada tidak bisa mengungkapkan rasa rindumu pada seseorang yang bahkan sudah tidak ada di dunia ini.”

Minji tersentak dengan ucapan Kyuhyun. Tidak. Ia telah membuat Kyuhyun kembali bersedih. Kyuhyun benar, ia jauh lebih beruntung daripada Kyuhyun yang tidak bisa lagi melihat ayahnya. Minji menatap Kyuhyun yang tersenyum menatapnya.

“Maaf. Aku tidak bermaksud mengingatkanmu soal ayahmu—”

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau lebih beruntung daripada aku.” Minji menyentuh wajah Kyuhyun lalu mengusap bibir tebal pria itu dengan ibu jarinya.

“Ya Tuhan, sekarang aku yang mengkhawatirkanmu.” Gumam Minji.

“Kita benar-benar cocok— karena kita mengkhawatirkan satu sama lain.” Minji tertawa mendengar ucapan Kyuhyun. Ia memeluk Kyuhyun, karena hanya itu yang membuatnya merasa lebih tenang. Kyuhyun lega karena setidaknya Minji tidak bersedih lagi.

“Jika nanti kita menikah, kita tidak boleh sampai bercerai. Aku tidak ingin melihat anak-anakku nanti bersedih karena perceraian orangtuanya.” ujar Minji tiba-tiba.

“Menikah? Kau mau menikah denganku? Wah, aku bahkan belum berpikir sejauh itu.”

Minji mengubah posisinya dan menatap Kyuhyun kesal. Sial sekali. Ia seharusnya tidak membahas hal-hal seperti ini dengan pria berbahaya seperti Kyuhyun. jadi Kyuhyun tidak pernah punya pikiran untuk membina masa depan dengannya?

“Kenapa? Kau tidak mau menikahiku? Apa kau tidak serius dengan hubungan kita? Kalau begitu percuma saja aku memberikan segenap perasaanku dan berpikir bahwa kau adalah masa depanku.” Minji praktis melepaskan pelukannya pada Kyuhyun dan memasang wajah kesal.

“Astaga. Kau ini sensitif sekali.”

“Aku bersedia terikat denganmu, tapi sepertinya kau tidak ingin terikat denganku.” Gumam Minji. Gadis itu kembali menatap air kolam, mengabaikan Kyuhyun. Pria itu menarik nafas dalam. Minji adalah gadis paling rumit yang pernah ditemuinya. Sialnya, ia menyukai gadis ini. Kyuhyun selalu menikmati saat-saat di mana wajah Minji terlihat kesal karena gadis itu terlihat berbeda dan tetap cantik. Minji tidak peduli lagi Kyuhyun sedang menatapnya atau tidak. Berbicara dengan Kyuhyun selalu membuatnya seperti seorang gadis kesepian yang murahan.

“Sepertinya menikah adalah hal yang menarik. Aku tidak pernah punya pikiran tentang bagaimana dan seperti apa istriku nanti. Kurasa, sekarang aku sudah tahu wanita seperti apa yang kuinginkan untuk menjadi istriku.”

Minji melirik Kyuhyun dengan sinis. Ia bahkan tidak ingin tahu sosok wanita yang sedang dibicarakan Kyuhyun. Jika ia berkomentar lagi, Kyuhyun hanya akan mempermalukannya lagi. Minji bangkit dari duduknya dan bersiap meninggalkan Kyuhyun sendirian karena ia menjadi semakin kesal. Lebih baik ia segera tidur dan melupakan semua kekesalannya.

“Ayo menikah. Aku ingin menikah denganmu.” Langkah Minji terhenti. Tubuh gadis itu berbalik, terlebih karena Kyuhyun menahan tangan kanannya.

“Sudah terlambat untuk membujukku.”

“Aku serius. Aku ingin menikah denganmu. Meskipun tidak dalam waktu dekat. Tapi aku ingin memiliki masa depan bersamamu. Sepertinya— itu sangat menarik dan membuatku bahagia hanya dengan memikirkannya menjadi kenyataan.”

“Terserah padamu saja.” Minji menatap pria itu dengan malas. Ucapan Kyuhyun baru saja cukup mempengaruhinya. Yang benar saja, hubungan mereka bahkan belum berjalan lama dan Minji kembali merasa bodoh mengapa ia harus membawa pernikahan sebagai topik pembicaraan mereka.

Menikah. Kata-kata itu terasa sangat jauh dan janggal, tapi bisa membuat Minji begitu berdebar.

—————————

Minggu pagi itu, suasana di depan pintu rumah keluarga Kang terlihat cukup ramai. Semua orang berkumpul di depan karena pagi itu Yonghee dan Yoora akan kembali ke Sokcho diantar oleh Kyuhyun. Pria itu terlihat memasukkan barang-barang bawaan ibu dan adiknya ke dalam mobil dibantu Minji dan Yoora. Terutama Yoora, ia membawa cukup banyak tas tambahan karena koleksi baju, tas bahkan sepatu yang ia peroleh dari Minji.

“Oppa, jaga kesehatanmu.” Yonghee tersenyum pada Jihyuk. Pria itu masih duduk di atas kursi rodanya.

“Terimakasih sudah menyempatkan waktumu untuk datang. Jika aku sudah sehat, aku akan datang ke Sokcho.”

“Oh ya. Ada satu hal yang ingin kubicarakan denganmu, aku selalu lupa memberitahumu.”

“Apa yang ingin kau katakan?”

“Nayoung ada di Korea.”

“Aku sudah tahu dari Minji. Darimana kau tahu hal itu? Apa Minji juga memberitahumu?”

“Bukan, tapi Kyuhyun. Nayoung sudah bertemu Kyuhyun, dan ia juga mengetahui hubungan mereka.”

“Ya Tuhan, dia selalu saja bertindak di luar perkiraanku.” gumam Jihyuk.

“Oppa, apa kau tidak ingin menemuinya? Sebaiknya kalian bertemu. Kupikir ia pasti juga khawatir dengan keadaanmu.”

“Tidak semudah itu, Yonghee ya. Tahun-tahun terakhirku bersamanya, kami hanya bertengkar dan kurasa Nayoung belum berubah. Kini ia bahkan mencoba mendekat dengan anak-anak. Aku akan mengawasinya.”

“Jangan terlalu berpikiran buruk terhadapnya. Nayoung tetaplah seorang wanita.”

“Yonghee ya, aku tidak tahu mengapa kau terlahir begitu baik. Terimakasih karena sudah peduli padaku. Jaga dirimu dan juga kesehatanmu. Pulanglah dengan tenang dan jangan memikirkan urusanku di sini.” Yonghee pun tersenyum dan memeluk Jihyuk sebentar.

“Hubungi aku jika kau sudah sampai. Dan berhati-hatilah saat mengemudi. Menginaplah jika kau kelelahan.” Minji memeluk Kyuhyun. Yoora terbatuk, menggoda kakak dan calon kakak iparnya.

“Ya Tuhan. Kalian hanya akan berpisah mungkin setengah hari tapi rasanya seperti dipisahkan samudra saja. Aku jadi ingin punya pacar juga.” gumam Yoora. Minji melepaskan pelukannya pada Kyuhyun dan merangkul bahu Yoora.

“Kau gadis cantik. Mulai sekarang berdandanlah seperti yang kuajarkan. Kabari aku jika kau berhasil mendapatkan pria kode X.” Minji mengedipkan sebelah matanya pada Yoora, membuat Kyuhyun curiga akan pembicaraan kedua gadis itu.

“Yaa~ Cho Yoora! Aku ijinkan kau bergaul dengannya tapi jangan dengarkan hal-hal buruk yang ia ajarkan padamu.” Protes Kyuhyun membuat Minji memukul lengan pria itu sedikit keras.

——————————–

Minji terlihat kebingungan. Surat permohonan cuti dari Hyojin mengejutkannya. Kyuhyun pun merasakan hal yang sama meskipun ia sudah lebih dahulu mengetahui hal itu sebelum Hyojin menyerahkan surat itu ke tangan Minji. Kyuhyun yakin Minji cukup keberatan dengan cuti mendadak yang diajukan sekretarisnya itu.

“Hyojin mengatakan ia sudah menyiapkan pengganti sementaranya. Aku juga terkejut, tapi kurasa Hyojin benar-benar memerlukan cutinya. Ia ingin berkumpul dengan keluarganya.” Kyuhyun yang seakan bisa membaca isi hati Minji mengucapkan sesuatu. Ia berharap bisa membantu Hyojin mendapatkan ijin dengan membujuk Minji. Untuk itulah mengapa sekarang ia berada di ruangan Minji.

“Yang aku pikirkan saat ini bukanlah soal memberinya ijin atau tidak. Sudah pasti aku akan mengijinkannya, karena aku menghormati hak-hak karyawan di perusahaan ini.”

“Lalu apa yang membuatmu ragu?”

“Apa kau yakin Hyojin benar-benar mengambil cuti karena alasan ini?”

“Apa maksudmu?”

Minji berdecak kesal. Ia tidak tahu apa memang Kyuhyun adalah pria yang tidak peka ataukah memang pria itu mencoba untuk menjaga perasaannya.

“Hyojin mengajukan permohonan cuti setelah ia jatuh sakit— dan juga setelah kau memberitahunya soal hubungan kita.”

“Astaga. Minji ya~ sampai kapan kau akan terus berpikiran yang tidak-tidak? Hyojin dan aku bersahabat. Ia sungguh tidak apa-apa dengan hubungan kita. Ia bahkan memberiku ucapan selamat.”

“Itu yang kau lihat di luar, tapi kau tidak tahu apa yang ia rasakan di dalam hatinya.”

“Sejak awal kau selalu membawa-bawa Hyojin ke dalam hubungan kita. Apa perlu aku memastikan sendiri padanya bahwa ia ingin mengambil cuti bukan karena aku?” Minji terdiam dengan jawaban Kyuhyun. Minji tentu sangat senang karena ia memenangkan hati Kyuhyun. Namun sebagai seorang wanita, Minji juga mengerti perasaan Hyojin. Meskipun tidak mengatakannya secara langsung, Minji tahu bahwa Hyojin menyukai Kyuhyun. Ia merasa sedikit bersalah, tapi Minji tidak ingin Hyojin masih berpikir untuk merebut Kyuhyun darinya. Bahkan Minji menyaksikan di rekaman CCTV ruangan Kyuhyun, keduanya masih terlihat dekat meskipun tidak lagi seperti dulu, sebelum Minji dan Kyuhyun menyadari perasaan mereka.

“Jawab aku. Sebenarnya apa hubungan kalian?” Minji bertanya dengan nada sedikit dingin. Kyuhyun yang semula berdiri kini duduk di sebelah gadis itu, di sofa yang ada pada ruangan Minji.

“Apa yang kau pikirkan?”

“Jika seperti ini, aku baru menyadari bahwa Hyojin jauh lebih membuatku cemburu daripada gadis manapun. Aku— aku masih sulit percaya bahwa ada pria dan wanita yang bisa berteman begitu dekat tanpa melibatkan perasaan yang lebih dalam.”

“Kumohon jangan memulai lagi. Aku tahu ini sulit bagimu, tapi aku sendiri tidak merasakan keanehan pada hubungan kami. Semuanya berjalan wajar.”

“Mungkin kau tidak merasakannya. Tapi Hyojin mengharapkanmu—”

“Cukup.” Kyuhyun berkata sedikit keras, membuat Minji terkejut. Sepertinya Kyuhyun tersinggung.

“Kau adalah wanita yang kucintai, dan Hyojin adalah sahabat baikku. Ia lebih baik dari siapapun. Sekalipun aku terikat dengan seorang wanita, aku tidak akan bisa memutuskan hubungan pertemananku dengan Hyojin. Bisakah kau memberikan pengertian dan pengecualian untuknya? Aku bisa jauh dari gadis lain. Tapi kumohon, anggaplah Hyojin sebagai temanmu juga. Jangan terus berpikir negatif tentang dia.”

Minji terkejut dengan perkataan Kyuhyun. Terakhir Kyuhyun membatalkan sepihak kencan mereka karena gadis itu. Itu bisa saja ditoleransi Minji jika saja Kyuhyun tidak melupakannya waktu itu. Hal itu saja sudah cukup membuat Minji merasa bahwa Kyuhyun memang menganggap Hyojin spesial. Dan kini, mereka sepertinya akan bertengkar karena masalah cuti gadis itu.

“Keluarlah. Aku masih banyak pekerjaan. Aku harus mengesampingkan masalah pribadi kita dalam hal ini.” Minji melunak. Kyuhyun pun menurut perintah gadis itu. Ia keluar dari ruangan Minji dan kali ini perasaannya benar-benar kacau. Kyuhyun bisa memastikan bahwa perasaannya hanya untuk Minji. Sayang sekali, gadis itu tidak bisa diyakinkan begitu saja. Itulah mengapa wanita begitu rumit dan menyusahkan.

————————–

Minji berjalan beriringan dengan Nayoung. Gadis itu menjemput sang ibu ke apartemennya, karena Nayoung meminta Minji untuk menemaninya menghadiri sebuah undangan makan malam. Minji sedang malas berada di rumah dan menghadapi Kyuhyun, lagipula pria itu juga pergi entah kemana sejak mereka pulang dari kantor.

Perdebatan mereka tadi siang cukup mempengaruhi suasana hati Minji hingga detik ini.
Pasangan ibu dan anak itu telah menarik perhatian beberapa pelanggan yang juga sedang menikmati makan malam di salah satu restoran mewah yang ada di kawasan Gangnam tersebut. Minji terkejut ketika mengetahui siapa yang mengundang ibunya makan malam. Tuan Lee Yongshin dan putranya, Lee Donghae.

Nayoung tersenyum pada kedua pria berbeda generasi yang telah menunggunya dan putrinya. Minji pun tersenyum sopan pada Yongshin dan menyapa Donghae. Gadis itu mengambil tempat di antara ibunya dan Donghae, berseberangan dengan Yongshin.

“Dari kejauhan memperhatikan kalian memasuki restoran ini, Aku terus berdecak kagum. Bagaimana bisa kalian begitu mirip dan begitu cantik. Bukankah begitu, Donghae ya?” Lee Yongshin melirik putranya. Donghae hanya tersenyum sopan. Pria itu sudah cukup senang karena ia bisa melihat Minji malam ini, dan gadis itu selalu terlihat cantik di matanya.

“Oppa, terimakasih atas pujiannya. Kurasa aku sudah tidak pantas lagi dipuji secara berlebihan seperti ini. Aku sudah tua. Minji mungkin lebih berhak menerima pujianmu itu.”

“Hahahhaha. Aku akan terlihat seperti pria tua hidung belang yang menggoda wanita muda jika seperti itu. Donghae ya, kaulah yang seharusnya memuji Nona Kang. Mengapa kau diam saja? Menjadi seorang pria tidak boleh lemah dan pemalu.”

“Oppa, Donghae mungkin merasa malu karena ada Minji di sini.” Minji melirik ibunya dengan tatapan kurang nyaman. Mungkin ibunya sedang berbasa-basi, tapi Minji merasa tidak seharusnya Nayoung menjadikannya dan Donghae sebagai bahan basa-basi. Bukankah Nayoung sudah tahu dirinya telah memiliki seorang kekasih.

“Kenapa kalian berdua diam saja? Bukankah kalian sudah sempat menghabiskan waktu beberapa kali? Kalian pun adalah partner kerja. Mengapa kalian terlihat canggung satu sama lain?” Lee Yongshin kembali menginterupsi kedua anak muda itu. Donghae merasa sedikit tidak enak pada Minji. Gadis itu sangat terlihat tidak nyaman.

“Ah, Oppa. Mungkin mereka merasa canggung karena keberadaan kita.” Tambah Nayoung.

“Appa. Bibi. Jangan berkata seperti itu. Mungkin Minji merasa terkejut dengan kehadiranku.”

“Paman, Omma. Aku akan ke belakang sebentar.” Minji permisi untuk ke toilet. Donghae yang merasakan ketidaknyamanan itu akhirnya juga memutuskan untuk menyusul Minji.

**

“Minji ssi.”

Minji terkejut karena Donghae menunggunya di depan toilet wanita. Beberapa wanita memperhatikan Donghae pada awalnya. Namun berikutnya mereka mengerti mengapa pria tampan itu berdiri di depan toilet wanita. Pantas saja karena kemudian ia terlihat bersama seorang gadis cantik.

“Apa kau tahu soal makan malam ini? Aku bertanya karena aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku bahkan baru tahu bahwa Paman mengenal ibuku.”

Donghae terlihat khawatir mendengar pertanyaan Minji. Ia takut Minji akan marah padanya karena Donghae tahu ini adalah bagian dari rencana ayahnya untuk mendekatkannya dengan Minji.

“Maafkan aku. Aku memang mengetahuinya. Tapi aku pikir ini memang nostalgia mereka jadi kupikir—”

“Seharusnya mereka tidak menyertakan kita jika memang mereka ingin bernostalgia.”

“Minji ssi, apa kau keberatan dengan makan malam ini?” Donghae bertanya dengan hati-hati. Ia tahu persis Minji terlihat sangat tidak nyaman dengan godaan ayahnya.

“Sebenarnya tidak. Aku menghormati Paman dan dirimu yang mengundang kami. Aku hanya tidak suka cara mereka berbasa-basi, seakan mereka ingin menjodohkan kita dan— ah. Entahlah.” Donghae semakin merasakan ketidaknyamanan dan kecanggungan di antara mereka.

“Hmm, aku mengerti. Maaf jika kau menjadi tidak nyaman karena hal itu.”

“Donghae ssi. Aku merasa seperti ini karena aku tidak bisa menganggap candaan tadi sebagai candaan. Aku— aku gadis yang sudah terikat dengan seorang pria. Jika aku melibatkan diriku pada hal seperti tadi, itu tidak baik untukku.”

“Oh? A—apa maksudmu?” Donghae menatap Minji. Ada perasaan takut menyergap pria itu tiba-tiba.

“Aku sudah memiliki kekasih.”

——————————–

Hyojin membuka pintu dan mempersilakan Kyuhyun masuk ke dalam apartemennya meskipun ia terkejut dengan kedatangan Kyuhyun yang tiba-tiba dan tanpa memberitahunya lebih dulu. Terus terang Hyojin benar-benar tidak ingin berdekatan dengan Kyuhyun karena ia butuh waktu untuk menenangkan perasaannya serta menata hatinya yang hancur. Namun Hyojin tetap menghadapi Kyuhyun dan memberikan pria itu senyuman yang selalu ia tunjukkan meskipun terkadang itu palsu.

“Bagaimana keadaanmu?”

“Aku baik-baik saja. Bukankah aku sudah masuk kantor seperti biasa?”

“Syukurlah jika begitu. Kau membuatku khawatir akhir-akhir ini. Apa kau sedang ada masalah? Kau bisa cerita padaku. Kau sangat jarang mencariku akhir-akhir ini.”

“Hahahahha. Oppa, kau bergurau? Sekarang kau sudah punya kekasih. Tidak baik jika aku selalu menempel padamu seperti sebelumnya.” Kyuhyun tersenyum mendengar penjelasan Hyojin. Kyuhyun mulai memikirkan kekhawatiran Minji, meskipun masih terdengar kurang masuk akal bagi Kyuhyun. Pria itu sangat percaya akan kemurnian pertemanannya dengan Hyojin. Gadis itu bahkan tidak pernah mengajukan protes sebelum-sebelumnya sekalipun Hyojin tahu Kyuhyun memiliki banyak teman wanita. Semestinya, untuk yang kali ini juga sama.

“Hyojin ah. Aku merasa aneh jika mengatakan ini, tapi kurasa aku harus mengatakan ini padamu. Meskipun sekarang aku memiliki Minji sebagai wanita terdekatku, posisimu tetap tidak akan tergantikan oleh siapapun. Bagiku kau seperti saudara perempuanku. Kita sama-sama jauh dari orangtua dan saling menyemangati satu sama lain. Jika tiba-tiba kau menjauh dariku hanya karena aku memiliki seorang kekasih, kurasa kau tidak perlu melakukan itu.”

“Cho Kyuhyun, gampang sekali bagimu mengatakan hal itu.” seru Hyojin dalam hati.

“Aku tahu. Tapi Minji ssi adalah atasanku. Aku menghormatinya dan aku hanya ingin menjaga sikapku.”

“Well, apapun itu aku harap tidak ada yang berubah di antara kita. Dan soal cutimu—”

“Apa Minji ssi tidak mengabulkannya?”

“Dia mengabulkannya.”

“Benarkah?”

“Dia hanya ingin memastikan kau benar-benar berlibur dan menikmati waktumu sehingga saat kembali nanti kau bisa lebih segar dan bersemangat.” Kyuhyun tersenyum. Meskipun enggan menanyakan lagi  soal alasan Hyojin, Kyuhyun sudah bisa memastikan bahwa Hyojin memang ingin cuti karena ia membutuhkan waktu istirahat, dan itu bukanlah karena dirinya dan Minji. Tidak ada yang salah dengan gadis itu. Meskipun Kyuhyun juga merasa keberatan dengan cuti yang diambil gadis itu, mungkin itu dikarenakan Hyojin mengajukannya begitu mendadak.

Tidak, Kyuhyun tidak ingin berpikir bahwa Hyojin merasa tersisihkan, karena gadis itu akan selalu mendapat tempat di hatinya.

—————————

“N—Nayoung ah~”

“Apa kabar, eonni? Sudah sangat lama kita tidak bertemu. Tapi aku senang kau tidak melupakanku.” Shin Nayoung tersenyum kemudian melepaskan kacamata hitam yang menempel di wajahnya.

Yonghee terpaku di tempatnya berdiri. Ia masih tidak percaya jika wanita yang baru saja mengetuk pintu rumahnya ini adalah Shin Nayoung. Yonghee bahkan hampir melupakan etika menyambut tamu. Seharusnya ia mempersilakan Nayoung untuk masuk dan menikmati kudapan sebagai penyambutan, tapi ia justru terpaku menatap wanita itu untuk beberapa saat.

“Kabarku sangat baik. Ayo, masuklah. Kita mengobrol di dalam.” Yonghee tersenyum, mempersilakan Nayoung masuk ke dalam rumahnya yang luas tapi sederhana. Nayoung masuk, mengikuti Yonghee dan ia terus memperhatikan sekelilingnya. Yonghee mempersilakan Nayoung untuk duduk sementara wanita itu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.

“Kau pasti terkejut melihatku, bukan?”

“Tentu saja. Aku hanya ingin tahu alasan mengapa tiba-tiba kau datang berkunjung.”

“Hanya ingin menemuimu dan melihat keadaanmu. Oh ya— bagaimana keadaan Jihyuk Oppa? Bukankah kau baru saja kembali dari Seoul?” Nayoung tersenyum, dan Yonghee bisa merasakan senyum yang ditujukan untuknya itu berisikan sindiran. Nayoung ternyata mengetahui kedatangannya.

“Jihyuk Oppa— dia belum pulih. Kau seharusnya datang dan menemuinya. Ia pasti akan merasa jauh lebih baik jika kau datang melihatnya.”

“Oh ya? Hahahahhahaha. Eonnie, kupikir dia pasti sudah jauh membaik apalagi setelah kau tinggal beberapa hari dan merawatnya. Lagipula kami sudah bercerai. Bukankah akan sangat aneh jika tiba-tiba aku muncul di hadapannya? Lain halnya denganmu. Kalian memiliki pertemanan yang sangat baik, kau bisa muncul di hadapannya kapanpun kau mau.”

“Nayoung-ah. Kenapa kau masih saja berpikiran buruk tentang aku?”

“Aku tidak berpikiran buruk. Bukankah kau memang teman baiknya? Kau wanita yang beruntung. Dicintai oleh Daejung Oppa, dan juga—”

“Shin Nayoung!” Suasana mulai menegang. Kedua wanita paruh baya itu bertatapan. Yonghee, wanita itu berkaca-kaca. Ia sungguh tidak ingin lagi kebahagian yang kini ia rasakan kembali dirusak oleh sekelebat masa lalu yang kelam.

**

“Omma, aku benar-benar melihat seorang wanita asing di makam appa. Ia cukup tinggi, rambutnya berwarna kecoklatan dan ia memakai kacamata hitam serta coat berwarna cokelat dan sepatu boat. Namun aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena aku sengaja bersembunyi ketika ia selesai dan masuk ke dalam mobilnya yang mewah.”

Yonghee terdiam mendengar cerita Yoora. Tadi siang gadis itu akan mengunjungi makam ayahnya dan Yoora sempat menunggu beberapa saat karena kemunculan seorang wanita misterius itu.

“Omma, kau melamun lagi. Mengapa kau jadi sering melamun akhir-akhir ini?”

“Ah, tidak, Nak. Aku tidak apa-apa.”

“Kalau begitu aku akan pergi ke rumah Paman Lee dulu.” Yoora pun pamit pada ibunya.

Yonghee merasa tubuhnya melemas. Nayoung ternyata juga mengunjungi makam suaminya. Wanita itu datang ke Sokcho bukan tanpa alasan. Yonghee, ia merasa hari ini seperti sebuah mimpi buruk. Dan Yonghee mengkhawatirkan Kyuhyun. Yonghee sangat takut Kyuhyun akan ikut merasakan dampak dari masa lalunya. Kedatangan Nayoung seperti sebuah ancaman baginya.

—————————-

Kyuhyun meletakkan berkas laporannya di meja Minji. Wanita itu terlihat cukup sibuk, bahkan untuk sekedar berbicara lebih panjang dengan Kyuhyun pun Minji seolah tidak sempat. Kyuhyun masih berdiri di tempatnya, memperhatikan kesibukan gadis itu. Kyuhyun tahu, Minji sesungguhnya tidak sesibuk itu. Ia hanya memanfaatkan situasi agar tidak bicara dengan Kyuhyun berlama-lama.

Sudah beberapa hari semenjak perdebatan mereka tentang Hyojin, Minji dan Kyuhyun menjadi jarang bicara. Minji terlihat menghindari Kyuhyun dan pria itu juga tidak tahu bagaimana mendekati Minji karena ketika di rumah Minji selalu berada di dekat ayahnya. Bahkan mereka berangkat ke kantor dengan mobil yang berbeda.

“Mengapa kau masih berdiri di situ?” Minji yang merasa risih dengan kehadiran Kyuhyun yang terus menatapnya akhirnya mengajak Kyuhyun bicara. Pria tampan itu mendekatinya, menarik wanita itu hingga berdiri di sebelahnya.

“Kali ini aku bicara bukan sebagai bawahanmu, tapi sebagai seorang pria. Aku ingin mengajakmu ke acara ulang tahun temanku nanti malam.” Kyuhyun menghadapkan tubuh gadis itu padanya. Ia memegang kedua bahu Minji. Gadis itu masih menatapnya bingung.

“Siapa? Apa aku mengenalnya? Dan di mana pesta itu dilangsungkan?”

“Kau tidak mengenal mereka. Pestanya akan dirayakan di sebuah bar. Aku ingin sekali mengajakmu karena aku tidak ingin menutupi apapun darimu. Aku ingin kau mengenal teman-temanku, termasuk teman-teman wanitaku.”

“Kalau begitu aku tidak mau ikut.”

“Aku tidak menerima penolakan. Kau harus datang. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman lagi di antara kita. Dengan lebih terbuka seperti ini, aku ingin kau bisa sepenuhnya mempercayaiku.”

“Aku bukan tidak mempercayaimu. Aku hanya—”

“Hanya apa? Cemburu?” Minji hanya mengembungkan pipinya mendengar penghakiman Kyuhyun padanya.

“Kumohon datanglah. Aku sekaligus ingin melakukan perpisahan dengan mereka, karena aku akan berhenti bermain DJ.”

“Apa maksudmu?”

“Aku akan berhenti. Lagipula selama ini aku sudah sangat jarang melakukannya. Aku sudah kehilangan minatku.”

“Hei, aku tidak pernah memintamu untuk berhenti.”

“Kau memang tidak memintaku. Ini adalah keputusanku. Sesungguhnya aku melakukan itu karena ingin mengisi waktu luangku. Namun kini aku sudah memiliki sesuatu yang lebih menarik. Jika sekarang ada dirimu di rumah, mengapa aku harus berkeliaran ke luar rumah?” Minji memikirkan ucapan Kyuhyun. Tidak dipungkiri ia merasa tersanjung dengan apa yang baru saja dikatakan pria itu.

“Kau berusaha terlalu keras untuk membujukku. Tidak usah sampai mengorbankan kesenanganmu. Aku bisa mengerti kesibukanmu—”

“Aku tahu. Namun aku dengan ikhlas melepas kesenanganku demi mendapatkan kesenangan yang lain.”

Minji menatap Kyuhyun. Pria itu juga menatapnya, menarik dagu Minji dan mendaratkan sebuah kecupan manis. Mereka kemudian saling memeluk. Kyuhyun merasa lega karena akhirnya ketegangan di antara mereka sudah hilang. Kyuhyun tidak sabar untuk nanti malam, karena ia sangat ingin mengenalkan Minji sebagai kekasihnya di depan semua teman-temannya.

 

TBC-

Maaf karena agak lama postingnya. Sudah mau mendekati klimaks cerita.

Aku juga sudah baca komen temen2 semua~ makasi yaa uda ngikutin ceritanya. Gapapa kok tebakan kalian salah, yang penting bisa enjoy bacanya ^^

Buat yang nunggu oneshoot atau Kyuminji story, mohon maaf ya karena aku keliatan lebih sering posting ini. Kyuminji story masih dalam pengerjaan dan oneshoot lain juga ada draft cuma belum kelar. Ditunggu ya kemungkinan dalam waktu dekat aku keluarin oneshoot lagi.

Tetep support blog ini dengan tinggalin jejak kalian. See you on next part!

ThanKYU 🙂