My Fair Lady [ Chapter 7]

Images by Jesse Maricic & Micah Gianneli | http://micahandjesse.com

Title : My Fair Lady (Chapter 7)

Author : Minji

Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji – Park Chanyeol – Han Bomi – Choi Siwon – Cho Hyemi – Kang Jihyuk – Jang Yonghee and others

Genre : Romance, Family

Length : Chapter

———————————

Hari-hari terasa berjalan begitu lambat bagi Minji. Ia sungguh kehilangan semangat mengajar, kehilangan selera makan, dan hanya satu hal yang ingin ia lakukan. Celakanya, hal yang ingin ia lakukan adalah hal yang sudah ia rencanakan untuk ia hindari!

Sulit menampik kenyataan dan melawan arus perasaan sendiri. Meskipun telah memutuskan untuk tidak bertemu Kyuhyun, pikirannya tetap saja ada pada pria itu. Ada sedikit penyesalan— ah tidak. Penyesalan itu sangat banyak, ketika pada akhirnya ia sudah memutuskan pilihan yang ditawarkan Kyuhyun padanya. Seharusnya Minji mengkaji ulang perasaannya. Bukan , Minji sudah melakukannya, dan ia menyadari jika apa yang ia rasakan terhadap Cho Kyuhyun adalah hal yang berbeda, hal yang tidak pernah ia rasakan pada pria lain sebelumnya.

Dan karena banyak faktor ataukah entah karena pikiran pendeknya, Minji pikir perasaan itu harus ia musnahkan.

Kyosu-nim, kau di sini rupanya. Pacarmu menunggu di luar.” Jungkook, salah satu mahasiswa yang cukup jahil di kelasnya tadi rupa-rupanya kembali untuk mengambil topinya yang tertinggal di kursi kuliahnya. Saking melamunnya, Minji bahkan tidak menyadari jika ada yang meninggalkan barang di kelas.

“Siapa yang kau sebut pacar? Aku tidak punya pacar.” Minji tersenyum, sedikit malu. Di luar dugaan, Jungkook menyengir dan melanjutkan pendapatnya.

“Aku tidak tahu. Menurut yang kudengar dari orang-orang, ada dua pria yang kerap mendatangimu ke kampus. Keduanya adalah keturunan Grup Daesang dan salah satunya adalah alumni kampus ini. Boleh aku tahu yang mana pria yang kau cintai?”

Minji berdebar. Jungkook memang anak yang bebas dan suka mengatakan apa saja. Ia tidak khawatir akan membuat Minji merasa tersinggung karena ia tahu Minji adalah dosen favoritnya. Ya, Jungkook menobatkan Minji seperti itu karena baginya Minji adalah dosen cantik yang membuatnya tidak mengantuk mengikuti perkuliahan di kelas. Dan Minji pun tidak keberatan dengan sikap santai Jungkook terhadapnya. Anak itu seperti seorang adik baginya.

“Tidak ada pria yang kucintai selain ayah dan adikku. Kau mengerti? Sebaiknya kau pulang.”

Minji merapikan buku-bukunya lalu berdiri dan meninggalkan Jungkook lebih dulu. Namun ia seratus persen yakin jika yang datang menemuinya sekarang adalah Chanyeol. Karena tidak mungkin Kyuhyun, apalagi pria lain karena Minji tidak punya kenalan pria lagi yang sampai membuat mahasiswa kampus berasumsi itu adalah “pacar” dosen mereka.

Sejak dari pesta pernikahan Bomi dua minggu lalu di mana Minji diperkenalkan sebagai wanita terdekat Kyuhyun, belum sekalipun Minji meluangkan waktunya untuk mengobrol dengan Chanyeol. Saat didatangi ke rumahnya, Minji beralasan tidur hingga Chanyeol akan pulang karena tepatnya ia paham Minji belum siap bercerita padanya.

Dan tebakan Minji benar— Park Chanyeol melambaikan tangan di lobi kampus saat melihatnya.

**

Chanyeol adalah laki-laki yang sabar dan bisa menahan diri untuk tidak langsung mengungkapkan hal negatif yang melintas di kepalanya, apalagi jika itu menyangkut Minji. Terus terang, mendengar kejujuran Minji membuatnya kesal terhadap Kyuhyun dan merasa kasihan pada Minji.

Chanyeol tidak pernah sekalipun menduga bahwa— Kyuhyun dan Minji melakoni sebuah sandiwara karena sebuah alasan yang sangat kekanak-kanakan.

Dan sialnya, salah satunya membawa perasaan yang dalam hingga melukai dirinya sendiri.

“Jangan bertanya apapun padanya. Dan yang terpenting, jangan membencinya.” Ujar Minji, seakan mengerti ekspresi datar Chanyeol.

“Bagaimana bisa aku membenci kakak sepupuku? Kau jangan khawatir.” Chanyeol akhirnya tertawa, mencoba membangun suasana. Ia hanya tidak mau Minji mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu.

Chanyeol melirik Minji, dan gadis itu terlihat menunduk memainkan kukunya. Mereka ada di dalam mobil Chanyeol sekarang, karena Minji tidak bersedia ke luar kampus sebab ada beberapa aktivitas yang masih harus ia lakukan setelah ini.

“Nenek marah padanya. Kupikir semua orang merasa tertipu setelah apa yang kalian lakukan di pesta itu.”

“Ayah dan Ibumu juga?”

Chanyeol mengangguk. “Mereka hanya penasaran, dan terus bertanya padaku terutama Ibu. Itu karena Ibu pikir aku dekat denganmu jadi bisa saja ia mengorek informasi dariku.”

“Namun tetap aku mohon padamu, jangan katakan yang sebenarnya pada mereka. Pada siapapun. Aku sudah sepakat dengan Kyuhyun bahwa penjelasan darinyalah yang mutlak akan mengakhiri semuanya. Kau harus janji.” Minji menatap Chanyeol.

Rasanya sangat sakit ditatap seperti itu oleh Minji. Terlihat jelas gadis ini mengingkari keinginannya. Dan Chanyeol sangat mengerti itu, membuat hatinya sakit juga.

“Kau sangat mengkhawatirkannya?”

“Bukan dia. Tapi ayahku.”

Chanyeol diam.

“Aku tidak ingin ayah kecewa padaku, karena sudah melakukan tindakan konyol yang tidak masuk akal. Jadi biarkan ayah tahu seperti apa yang orang lain tahu. Dan kau, hanya kau yang tahu kebenarannya selain aku dan Kyuhyun.”

Chanyeol tetap diam.

“Dan demi aku, Yeol-ah. Berpura-puralah di depan Kyuhyun jika kau juga hanya mengetahui sebatas apa yang orang lain tahu. Bahwa kami sempat dekat, lalu menjauh karena sebuah alasan.”

—————————–

Kyuhyun berdiri di belakang sebuah mobil box yang terparkir di sisi samping Hotel mewah tempat tinggalnya. Mobil box itu masih terbuka bagian belakangnya, dan Kyuhyun menatap tumpukan kanvas serta lukisan yang berada di dalamnya. Beberapa dari lukisan itu tidak tertutup kertas dan dibiarkan seperti itu oleh pemiliknya. Di belakang Kyuhyun, dua orang staff hotel yang ia perbantukan untuk memindahkan lukisan-lukisan itu tampak menunggu perintah selanjutnya dari Tuan Muda mereka.

Kyuhyun meminta agar lukisan-lukisan itu dibuang dan dibakar. Pada awalnya, dua staff yang membantunya dan juga beberapa orang hotel yang mengetahui jika Kyuhyun ingin membuang lukisan-lukisannya sempat bernegosiasi agar lukisan-lukisan itu diberikan pada mereka saja daripada dibakar.

Namun, Kyuhyun memiliki alasan tersendiri sehingga ia tidak mengijinkan siapapun untuk memiliki lukisan hasil karyanya itu dan lebih memilih agar lukisan-lukisan itu dihancurkan, dilenyapkan.

Di tengah berkecamuknya pikiran Kyuhyun siang itu, seorang wanita yang tak lain adalah ibunya berjalan mendekat dan berdiri di sisi Kyuhyun, menatap Kyuhyun dan isi mobil box itu bergantian. Yonghee mengisyaratkan agar dua staff hotel yang menemani Kyuhyun bisa meninggalkan ibu dan anak itu berdua saja.

“Aku mencarimu untuk makan siang bersama dan ternyata kau di sini. Apa yang kau lakukan?”

Meskipun merasa yakin dengan tindakan Kyuhyun, Yonghee tetap memastikan karena ia ingin memancing Kyuhyun untuk bicara. Kyuhyun menoleh pada ibunya dan tersenyum kecil.

“Ayo makan siang. Aku sudah lapar.”

“Kyuhyun-ah. Biar aku yang menyimpannya jika kau sudah tidak berkenan. Aku bisa membawanya ke galeri dan memajangnya. Daripada kau buang, sayang sekali. Dijual pun masih sangat bernilai meskipun Ibu tahu kau tidak akan menyetujuinya.”

“Memajangnya di galeri Ibu sama saja dengan menumbuhkan niat orang lain untuk membelinya. Aku tidak ingin lukisan-lukisan ini ada di manapun. Jadi kumohon, biarkan aku membakarnya.”

Yonghee mengerti pemikiran putra semata wayangnya. Ia hanya tidak rela menghancurkan kreativitas Kyuhyun, ungkapan perasaan Kyuhyun ketika membuat lukisan-lukisan itu meskipun mungkin kini Kyuhyun tidak lagi menghendakinya.

Yonghee paham, Kyuhyun sedang berusaha mati-matian menghapus Bomi dari pikirannya, dan melenyapkan segala lukisan tentang gadis itu yang pernah dibuatnya adalah juga satu bagian dari usahanya.

Kyuhyun masih dalam fase patah hati dan ia sedang menyesuaikan dirinya untuk itu. Yonghee tahu itu karena ia mengawasi pertumbuhan Kyuhyun sejak kecil, dan Han Bomi adalah bagian dari pertumbuhan itu.Yonghee bisa memaklumi cara Kyuhyun mengekspresikan kekecewaan karena kehilangan cinta pertamanya.

Meskipun dalam hati, Yonghee merasa sangat lega dengan hal ini. Entah perasaan seperti itu muncul sejak kapan dan bagaimana. Feeling keibuannya mengatakan demikian. Bahwa Kyuhyun menjauh dari Bomi adalah hal yang benar dan tidak salah.

**

Seusai makan siang bersama ibunya, menyantap masakan buatan Yonghee yang dibawa wanita itu ke tempat tinggal Kyuhyun, kini keduanya mengobrol duduk di sofa sambil bersantai. Yonghee terlihat membaca majalah wanita yang dibawanya sendiri, dan Kyuhyun terlihat menggambar sesuatu dengan pensil pada sketchbook yang diberikan seseorang padanya ketika ia dirawat di rumah sakit. Yonghee tidak bertanya karena menggambar adalah hobi Kyuhyun yang menurun darinya. Kyuhyun akan melakukannya jika pria itu merasa bosan.

Satu hal yang diyakini Yonghee, Kyuhyun tidak sedang menggambar wajah Han Bomi seperti yang dulu-dulu.

“Nona Kang apa kabar?”

Kyuhyun menoleh ketika ibunya bertanya soal Minji. Ya, siapa lagi yang disebutnya Nona Kang jika bukan Kang Minji? Kyuhyun bisa merasakan ibunya seolah memiliki minat yang besar terhadap gadis itu. Sementara untuk saat ini, Kyuhyun cukup sensitif jika ditanya soal wanita, apalagi pertemuan terakhirnya dengan Kang Minji bukanlah sesuatu yang membuat perasaannya lebih baik.

Ia justru merasa bingung dan sangat buruk di depan gadis itu.

“Kau bisa memilih— kita hentikan semuanya sampai di sini, atau kita lanjutkan kedekatan ini tanpa memikirkan pendapat orang lain tentang kita.”

Minji menoleh padanya dan mulut gadis itu hendak terbuka seakan menyampaikan sesuatu meskipun berujung diam. Namun tak berapa lama, Minji bersuara juga.

“Pilihan kedua, itu berarti tetap bersandiwara. Begitu bukan?” Suara Minji terdengar dalam bagi Kyuhyun, dan entah mengapa ia membaca kesedihan dalam nada bicara Minji. Mungkin bukan kesedihan, tapi kekecewaan.

Dan Kyuhyun tidak tahu bagaimana menanggapinya, karena sungguh bukan itu yang ia maksudkan. Ia sudah memikirkannya semalaman, dan ia ingin “berteman” dengan Minji melalui caranya sendiri. Bukan sandiwara lagi, tapi bagaimana Kyuhyun harus mengungkapkannya pada Minji ia sendiri tidak tahu. Kyuhyun menjadi takut ucapannya akan salah dan membuat gadis itu semakin tidak enak padanya.

Intinya, Kyuhyun ingin Minji tetap menjadi temannya. Secara tidak langsung itulah pilihan yang Kyuhyun inginkan. Namun seperti perkataannya baru saja, semua terserah pada Minji. Gadis itu yang memutuskan kali ini.

“Kyuhyun-ssi? Jawab aku.”

“Oh? Bisa kau ulangi? Aku sedikit tidak fokus tadi.” Kyuhyun berbohong. Minji terlihat kesal dan menarik nafasnya.

“Jika aku memilih pilihan pertama, maka apa yang akan kau lakukan? Maksudku, bagaimana caramu mengatasi orang-orang?”

Kyuhyun diam sesaat. Ia tahu yang dimaksud “orang-orang” oleh Minji tentu saja adalah keluarganya. Ibu, nenek, Paman dan Bibinya, juga Chanyeol.

“Aku akan mengaku jika tiba-tiba saja hubungan kita menjauh karena kita bertengkar beberapa hari setelah dari pesta itu. Alasannya akan kuberitahu padamu nanti karena aku juga belum memikirkannya. Yang pasti, seperti itu. Kita tidak lagi dekat.”

“Lalu bagaimana dengan pilihan kedua?”

Entahlah, bagi Kyuhyun bagian ini lebih sulit.

“Hmm, ya kita tetap berlanjut. Jangan pikirkan omongan orang lain.”
Minji tertawa miris. Kyuhyun menatap gadis itu, merasa gugup akan jawabannya baru saja. Apa mungkin Minji terluka seperti yang ibunya katakan?

“Kalau begitu, sama dengan kita masih bersandiwara bukan?”

Kyuhyun tidak menjawab ketika Minji mengatakan penilaiannya sambil menatap keluar kaca.

“Kyuhyun-ssi. Aku lelah. Kau tahu itu?” Kyuhyun diam, menunggu lanjutan ucapan Minji. Dan Minji menoleh padanya, menatapnya lembut.

“Aku seorang wanita. Berbeda denganmu. Dan kuakui diriku lebih lemah dalam hal ini. Aku memikirkan segalanya dengan melibatkan emosi yang seharusnya tidak kugunakan. Dan itu sendiri membuatku lelah. Sangat lelah.”

“Apa maksudmu?” Kyuhyun merespon dengan lembut dan pelan. Ia khawatir Minji terluka.

“Aku akan memilih pilihan pertama.”

Kyuhyun tidak menyangka. Ia pikir selama ini ada hal di mana Minji dan dirinya bisa berbagi bersama, meskipun tidak cukup dekat. Kyuhyun merasa Minji adalah orang baik yang bisa ia percaya.

“Oh kenapa? Jika aku boleh tahu—”

“Aku benci sandiwara. Apalagi jika ayahku juga harus tertipu dengan itu. Adikku, Chanyeol, semuanya.”

“Maafkan aku.” Gumam Kyuhyun. Minji berdiri dari duduknya, bersiap pergi sementara Kyuhyun masih seperti tenggelam dalam dunianya sendiri, memegang kaleng bir di tangannya.

“Jika kau ingin aku memilih pilihan kedua, maka jatuh cintalah padaku. Aku tidak suka sandiwara.”

Dan Minji kemudian pergi, meninggalkan Kyuhyun yang masih duduk dengan sekaleng bir juga kecamuk pikirannya sendiri. Ia melihat Minji berbelok di depan trotoar dari kaca mini market tempat mereka bertemu hari itu.

Kyuhyun paham, Minji terluka, seperti yang dikatakan Ibunya. Kyuhyun ingin memastikan pada ibunya soal apa maksud pernyataan Minji agar Kyuhyun bisa menafsirkan dengan benar.

Bukan Kyuhyun yang merasa besar kepala jika gadis itu jatuh cinta padanya. Benarkah? Minji jatuh cinta padanya? Gadis itu sangat perhatian sebenarnya, dan peduli padanya. Kyuhyun pun mulai peduli, ia takut membuat Minji berpikiran buruk dan takut Minji membencinya.

Sayangnya, Kyuhyun hanya pernah jatuh cinta satu kali dan itu adalah pada Han Bomi. Ia tidak bisa membandingkan perasaannya pada kedua gadis itu karena memang cara mereka saling mengenal sangat berbeda. Jadi Kyuhyun tidak tahu, apa ia jatuh cinta pada Minji. Sepertinya tidak, karena ia hanya khawatir. Namun Kyuhyun kerap memikirkan Minji belakangan terutama sejak pertemuan terakhir mereka. Ucapan gadis itu membuatnya penasaran.

“Kyuhyun-ah, kau dengar Ibu?”

“Ya?”

“Apa kabar Nona Kang? Kau sudah bertemu lagi dengannya?”

Kyuhyun sempat diam. Namun pada akhirnya ia bercerita tentang pertemuan terakhirnya dengan Minji di mini market itu.

—————————

Cho Hyemi terlihat gelisah, tidak menikmati makan siangnya dengan tenang. Kang Jihyuk yang kebetulan menemaninya makan siang di sebuah restoran hanya diam dan tidak bertanya soal apapun. Pasalnya, Jihyuk tahu apa yang sedang dirisaukan orang tertinggi di Grup Daesang itu. Untuk itulah pula Hyemi sepertinya meminta Jihyuk menemaninya.

Kurang lebih begitu, karena belakangan Jihyuk juga cukup terganggu dengan masalah yang sama.

“Aku ingin bertemu putrimu.”

Jihyuk melihat Nyonya Cho, dan wanita tua itu memang berbicara padanya. Mereka hanya berdua sementara sekretaris keluarga Cho menunggu di luar.

“Ada apa, Nyonya?”

“Aku ingin mendengar penjelasannya dari putrimu. Aku tidak percaya pada Kyuhyun. Anak itu banyak merahasiakan sesuatu dariku. Dia pasti memiliki tujuan dengan mengarang cerita seperti ini.” Nyonya Cho berbicara menggunakan keyakinannya.

Masalahnya adalah— ia tidak suka jika Kyuhyun dan Minji menjauh tiba-tiba setelah Hyemi baru saja merasa sangat lega karena Kyuhyun sudah memilih gadis yang tepat. Hyemi menyukai Minji, dan keeluruhan yang ada pada diri gadis itu.

“Maafkan aku. Namun sepertinya apa yang dikatakan Tuan Muda memang benar. Karena putriku, ia juga mengatakan hal yang sama.”

“Kau yakin sudah bicara dengannya?”

“Aku mengenal Minji. Dia anak yang baik dan penurut. Aku percaya padanya.”

“Ah, aku kecewa. Sulit kupercaya. Aku bertemu mereka sedang bersama lebih dari satu kali. Pada awalnya aku biasa saja namun peristiwa di pesta membuatku tercengang. Aku yakin ada sesuatu di antara mereka.”

Jihyuk terdiam. Ia tahu betul kemana arah pemikiran Hyemi. Jihyuk mengkhawatirkan sesuatu. Ia tidak menyangka jika putrinya akan terseret sejauh ini. Sekali lagi, pertemanan Minji dan Chanyeol adalah hal yang bisa ia pahami, namun keberadaan Kyuhyun disekitar putrinya adalah hal yang sangat janggal dan membuat Jihyuk merasa tidak nyaman.
Dan Jihyuk tahu, putrinya menyimpan sesuatu yang dalam. Jihyuk mengenal Minji sangat baik. Anak itu mengharapkan sesuatu yang akan ditentang ayahnya.

“Aku ingin menjodohkan Kyuhyun dan putrimu.”

Jihyuk menatap atasannya dengan tenang, meskipun perasaannya tidak.

“Dan jika ada cinta di antara mereka, itu akan jauh lebih baik. Kau tahu betul, betapa pentingnya peran seorang wanita dalam keluarga ini. Dan wanita seperti putrimulah yang aku inginkan. Wanita baik dan polos yang penuh cinta kasih dan tidak punya sedikitpun pikiran kotor. Apalagi ia adalah hasil didikanmu. Aku akan mati dengan tenang jika Kyuhyun menikahi apalagi mencintai wanita seperti putrimu.”

“Nyonya, maafkan aku. Namun kurasa ini terlalu berlebihan. Minji hanya seorang gadis biasa dan aku rasa akan sangat sulit baginya untuk menerima sebuah lingkungan baru seperti keluarga Cho yang berada di atas.”

“Apa maksudmu? Kau tidak setuju denganku?” Hyemi terdengar tidak suka dengan pendapat Jihyuk. Ia pikir pria itu sedang menentangnya.

“Maafkan aku, Nyonya.”

“Jika mereka memiliki ketertarikan satu sama lain, aku tidak akan melepaskan putrimu. Aku akan pastikan itu.”

Jihyuk hanya diam. Perasaannya semakin kacau saja.

————————–

Hari itu di akhir pekan, Minji pergi ke toko buku sendirian. Jika biasanya ia pergi dengan Chanyeol, maka kali ini ia benar-benar ingin menikmati waktu sendirian meskipun Chanyeol menawarkan jalan-jalan dengan menonton film atau pergi bersama. Minji bukan menolak niat baik Chanyeol. Namun ia pikir tidak berdekatan dengan Chanyeol hingga segala sesuatunya kembali normal itu jauh lebih baik.

Karena Park Chanyeol akan selalu mengkhawatirkannya, akan selalu bertanya padanya hingga akhirnya memaksa Minji untuk bercerita dan bicara banyak padahal ia tidak seharusnya mengatakannya. Meskipun sesungguhnya Minji cukup penasaran. Apakah Chanyeol bertemu dengan Kyuhyun selama kurun waktu ini? Semestinya iya. Aneh jika tidak. Bukankah mereka saudara? Dan secara teknis, rumah yang ditempati Chanyeol juga adalah rumah Kyuhyun. Pasti Kyuhyun datang ke sana dan mereka pasti bertemu.

Alasan dari rasa penasarannya itu hanyalah : Kira-kira apa yang Chanyeol bicarakan jika bertemu dengan Kyuhyun? Bukankah hubungan mereka sangat dekat? Minji harap akan seterusnya begitu, karena ia menilai Chanyeol sedikit kehilangan respeknya terhadap Kyuhyun. Perasaan Minji berkata demikian.

Minji tidak menyadari, ketika ia tengah sibuk memilih buku novel baru untuk referensi bacaan, seorang wanita sedang tersenyum menatapnya. Hingga wanita itu berdiri tepat di sebelahnya, Minji masih tidak menyadari karena ia begitu sibuk dengan aktivitas membaca dan memilih-milih.

“Seorang dosen sastra memang sudah sepantasnya berada di sini. Apa kabar, Nona Kang?”

Minji terkejut. Senyum seorang wanita cantik hampir paruh baya yang tiba-tiba saja membuatnya merasa gugup. Ibu dari Cho Kyuhyun. Minji tidak menyangka ia akan bertemu wanita itu di sini.

“Nyonya, aku terkejut. Senang bertemu anda di sini. Buku apa yang anda cari?” Minji tersenyum ramah, mencoba tenang. Ini adalah pertemuan keduanya setelah di rumah sakit, jika ia tidak salah mengingat.

“Aku juga hobi membaca novel. Favoritku adalah novel-novel terjemahan. Sepertinya kau mengerti lebih banyak dari aku. Tentu saja, kau seorang tenaga pendidik.” Yonghee tersenyum.

“Anda terlalu berlebihan. Belakangan aku tidak punya banyak waktu untuk membaca. Namun sepertinya harus sedikit dipaksakan agar aku tetap bisa mengajar.” Minji bergurau. Yonghee tertawa. Ia harap putranya bukanlah penyebab Minji kehilangan waktu membacanya.

“Kau sendirian?”

“Iya, Nyonya. Aku sendirian. Anda sendiri?”

“Putraku ada di luar. Aku pergi bersamanya.”

Yonghee tersenyum. Ia mengamati ekspresi wajah Minji ketika mendengar jika Kyuhyun juga ada di tempat ini. Minji terkejut, sangat. Hanya saja ia tidak ingin terlihat canggung jadi ia tersenyum dengan cepat.

Dalam hatinya bersorak, bahwa Cho Kyuhyun ada di sekitar sini.

“Ah— jadi mengapa ia tidak masuk juga?” Minji berhasil bertanya. Yonghee tersenyum, dan tiba-tiba saja tangan kiri wanita itu mengusap lengan Minji.

“Kyuhyun memang seperti itu. Ia tidak begitu suka keramaian. Katanya tadi lebih baik menunggu di café dua blok dari sini. Kurasa ia di sana. Apa kau mau aku meneleponnya dan memintanya kemari?”

“Ah, tidak usah, Nyonya! Sungguh— maksudku..”

“Kau tidak ingin bertemu Kyuhyun?”

“Bukan begitu.”

“Kalian bukankah dekat? Mengapa tidak bertemu?”

Minji panik. Tentu saja ia panik. Ia yakin Kyuhyun juga menipu ibunya dan membiarkan wanita itu turut salah paham. Minji hanya bisa diam dan tersenyum, tidak tahu harus berbuat apa. Patokannya adalah, mereka saat ini tidak dekat lagi.

Minji baru saja akan mencoba tenang ketika Jang Yonghee sudah menarik tangannya sambil berkata “Ayo kita temui Kyuhyun. Kita makan siang bersama. Kau mau kan?”

**

Dan siang itu terjadi. Kyuhyun dan Minji sama-sama terkejut ketika dihadapkan bersama-sama meskipun wajah mereka juga sama-sama membuat penyamaran. Hanya Yonghee yang tersenyum tulus. Minji duduk di sebelah wanita itu, sementara Kyuhyun di hadapan keduanya.

Makanan sudah dipesan seperti pasta, pancake dan juga jenis camilan lain yang menjadi favorit Yonghee. Minji mengikut saja, sementara Kyuhyun tidak memesan makanan. Ia hanya didampingi Americano yang sudah dipesan sebelum Ibunya datang dengan menculik seorang gadis.

Kyuhyun tidak memiliki alasan untuk lari dari situasi itu. Lagipula, mengapa ia harus lari? Ia juga ingin bertemu Minji setelah kurun waktu yang agak lama. Gadis tu masih cantik, polos, dan tidak berhenti mencuri pandang ke arahnya yang membuat Kyuhyun sedikit gugup.

Minji tidak usah dipertanyakan lagi. Ia mungkin harus berterima kasih pada Ibu Kyuhyun karena telah memutuskan untuk pergi ke toko buku dan membawa anaknya yang tampan itu. Siapa yang menyangka ia akan bertemu Kyuhyun lagi dalam kesempatan yang sangat bagus dan belum direncanakan sebelumnya.

Apa mungkin Tuhan mengabulkan doa kecilnya yang selalu berbisik bahwa ia merindukan Cho Kyuhyun?

“Kalian mengapa diam saja? Ayo bicara.” Yonghee tersenyum dan mulai menyantap pastanya. Yonghee juga menyiratkan Minji untuk menikmati makanannya melalui isyarat mata.

Minji mulai makan, dan Kyuhyun masih diam. Kyuhyun tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran ibunya hingga membawa Minji ke tengah-tengah mereka padahal Ibunya tahu apa yang terjadi sebenarnya. Namun Kyuhyun yakin, ini hanya sebuah kebetulan. Tidak heran jika ibunya bertemu Minji di toko buku. Tempat seperti itu memang khas Kang Minji.

“Kau yakin tidak ingin memesan makanan? Kau bilang belum makan sejak tadi pagi.”

“Aku belum lapar. Ibu makan saja.”

“Beginilah dia. Jika sudah tidak ingin makan, ia benar-benar bisa lupa makan. Aku heran bagaimana ia bisa bertahan hidup seharian. Waktu kecil pun sangat susah menyuruhnya makan, kecuali jika dibuatkan makanan favoritnya.”

Minji tersenyum mendengar penuturan Yonghee, sementara Kyuhyun merasa malu. Ingin rasanya ia menghentikan ibunya itu sebelum nanti akan semakin panjang. Yonghee jadi keterusan menceritakan sedikit masa kecil Kyuhyun, dan Minji mendengarkan dengan penuh minat. Hingga 20 menit berlalu, dan Yonghee tetap bercerita, mencoba membangun suasana hingga akhirnya satu panggilan telepon menghentikan ceritanya.

Kyuhyun memperhatikan ibunya yang terlihat sedang menerima telepon penting. Tiba-tiba saja Yonghee berdiri setelah menutup teleponnya.

“Aku memiliki janji bertemu temanku di toko buku. Sebentar saja. Kalian di sini saja.”

“Ibu bisa memintanya kemari..”

“Tidak bisa. Ibu janji dan ada keperluan yang harus diselesaikan di toko buku. Dia minta tolong Ibu tunjukkan sesuatu.”

Kyuhyun mendengus kesal, dan Minji merasa gugup.

“MInji-ssi, kau bisa tinggal di sini sebentar kan? Habiskan makananmu dan mengobrollah dengan Kyuhyun. Aku akan kembali.”

Yonghee benar-benar keluar dari café dan menurut pengakuannya wanita itu pergi ke toko buku. Kyuhyun sendiri tidak yakin dengan ibunya, namun ia juga penasaran dengan Minji dan apakah gadis itu masih kesal atau marah padanya jadi Kyuhyun memutuskan untuk duduk manis di tempat.

“Ibumu agak aneh. Apa ia tahu sesuatu?” Minji bertanya.

“Apanya yang aneh?”

“Tiba-tiba mengajakku kemari padahal aku belum mengiyakan. Bukan apa-apa,hanya saja aku tidak sedekat itu dengan ibumu jadi terasa aneh saja.”

“Ibu memang begitu. Ia akan bersikap baik pada orang yang menurutnya baik.”

“Oh—”

“Ngomong-ngomong, aku minta maaf soal waktu itu.” ujar Kyuhyun.

“Kau sudah sering meminta maaf. Lupakan saja. Lagipula semua sudah berlalu.”

“Bukan begitu. Aku hanya berpikir mengapa kita tidak bisa berteman. Aku tidak ingin memutuskan hubungan dengan cara yang salah. Kurasa kau bukanlah orang yang harus menjauh dariku hanya karena urusan kita sudah selesai.

Minji tertegun. Mengapa Kyuhyun mengucapkan hal seperti itu? Minji seperti mendapatkan sedikit penghargaan dari pria itu— seakan Kyuhyun membutuhkannya. Seakan dari segelintir orang yang Kyuhyun percaya, Minji adalah salah satunya. Bolehkah ia merasa senang?

“Maaf jika kata-kataku terakhir kali menyinggung perasaanmu. Namun aku terus saja memikirkan tanggapanmu waktu itu. Apa kau—”

“Ah. Sudahlah. Lupakan saja. Aku hanya sedang terguncang jadi mengucapkan hal-hal yang tidak seharusnya.” Minji buru-buru menghentikan ucapan Kyuhyun. Ia merasa malu. Ia ingat dengan baik apa yang ia ucapkan sebelum meninggalkan pria itu di mini market.

Bodohnya ia meminta Cho Kyuhyun untuk jatuh cinta padanya. Bodoh dan memalukan.

Kyuhyun hanya mengangguk kikuk, dan sepertinya ia juga enggan membahasnya lagi toh Minji pun sudah tidak keberatan dengan itu. Meskipun tetap saja, ada sesuatu yang mengganjal.

“Kudengar dari Chanyeol, Nyonya besar memarahimu.”

Kyuhyun tertawa kecil. “Hahahha, ya. Nenek menuduhku mempermainkannya. Ia berkata sangat senang melihat kita bersama seperti saat di pesta tapi aku malah mengungkapkan hal sebaliknya beberapa hari kemudian.”

Minji hanya mengangguk paham. Itu sudah merupakan risiko atas pilihan yang mereka buat. Minji juga mengalami hal yang serupa, karena ia harus berbohong pada ayahnya. Meskipun jauh di dalam lubuk hatinya, Minji ingin mengatakan hal yang sebenarnya pada ayahnya— dan bagaimana perasaannya pada cucu pertama pemilik Grup Daesang itu.

“Aku merasa tidak enak hati dengan Chanyeol.”

“Kenapa?”

“Ya, kau adalah teman dekatnya dan aku memperlakukanmu seperti itu. Meskipun kalian sama-sama mengaku jika tak ada sesuatu yang spesial, aku tetap saja merasa seperti itu. Nampaknya Chanyeol cemburu mendengar soal kita. Belakangan kami jadi kurang dekat.”

“Dia tidak seperti itu. Kenapa kalian harus menjadi tidak dekat? Seakan kalian memperebutkanku padahal tidak ada hal-hal semacam itu di antara kita bertiga. Hahhahha—” Minji mencoba tertawa, mencairkan suasana.

Kyuhyun hanya tersenyum simpul. Menurut Minji demikian. Namun entah mengapa Kyuhyun tidak merasa demikian. Tapi jika Minji sudah mengungkapkan hal seperti itu, apalagi yang harus ia khawatirkan?

——————————

Kyuhyun terkejut karena malam itu sang nenek muncul di hotel, di dalam ruangan tempat tinggalnya ditemani sekretaris keluarga mereka. Ia yang baru saja bertemu dengan Profesor Kim tentu saja merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kemunculan tiba-tiba Sang nenek yang tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Kyuhyun turut duduk di sebelah wanita tua itu, menyapa neneknya dengan enggan mengingat terakhir kali bertemu suasana kurang mengenakkan karena mereka berdebat soal hubungannya dengan Kang Minji.

“Darimana saja kau?”

“Ada urusan. Lagipula nenek tidak memberitahuku akan datang.”

“Kau akan beralasan jika aku memberitahu sebelumnya.”

“Jadi ada urusan apa Nenek datang menemuiku?”

“Akhir minggu ini, datanglah ke perusahaan dan hadiri rapat pemegang saham bersamaku. Aku akan memperkenalkanmu kepada semua orang. Aku sudah menyiapkan beberapa pasang pakaian kantor untukmu.”

“Kali ini apa maksud Nenek?” Kyuhyun terdengar tidak suka.

“Cho Kyuhyun. Jika kau tidak memulainya, kau tidak akan pernah benar-benar masuk dan memahami kondisi di perusahaan.”

“Aku tidak perlu masuk dan juga memahaminya. Masih ada Chanyeol, Bibi, dan Paman Park.”

“Kau tidak akan memahaminya jika aku menjelaskan apa tujuanku. Katakan saja, ini adalah keinginan mendiang kakek dan juga ayahmu. Kaulah yang berkewajiban melanjutkan ini semua.”

“Sudahlah. Aku tidak ingin mendengar ini lagi, Nek.”

“Jangan membantahku! Kau masih muda dan berbakat. Kau berpendidikan dan posisi itu sudah dipersiapkan untukmu. Mengapa kau harus terus bersikap seperti ini? Kau membuatku sangat lelah. Jika besok aku mati apa kau tetap akan membangkang pada orangtua ini?!”

Hyemi naik pitam dan nada bicaranya meninggi. Tak berapa lama nafas wanita itu sedikit tergesa. Sekretaris keluarga Cho menenangkan wanita itu dan mengambilkan air minum. Kyuhyun hanya diam, tak menanggapi ucapan neneknya.

“Bukan aku tidak menghargai bakat melukismu. Bukan aku menentang kesenanganmu. Kau bahkan masih bisa tetap melukis jika kau mau. Kau bisa melakukannya di waktu libur dan senggangmu. Namun kau harus tahu, terlahir sebagai putra tunggal keturunan keluarga Cho, itu sama artinya kau dilahirkan tanpa pilihan. Ini adalah jalan hidupmu. Mungkin kau bisa berpikir perusahaan baik-baik saja tanpa adanya dirimu dengan apa yang sudah ada sekarang. Namun kau tidak akan paham jika kau tidak menempati posisimu, melindungi apa yang seharusnya kau lindungi, menjaga apa yang seharusnya kau jaga.”

Kyuhyun masih tak bergeming. Hatinya panas namun ia tidak ingin mendengar neneknya berbicara dengan nada tinggi lagi.

“Jika saja aku bisa meminta pada Tuhan dan mendapat kepastian untuk hidup hingga seratus tahun lagi, aku tidak akan memaksamu. Aku tidak akan memintamu melakukan apa yang tidak ingin kau lakukan. Aku akan mengorbankan sisa hidupku untuk perusahaan hingga nanti anakmu lahir dan tumbuh dewasa jadi bisa kuwariskan semuanya kepadanya. Namun semuanya tidak seperti itu. Ancaman dari pihak-pihak luar begitu banyak. Aku khawatir jika tidak ada wibawa yang menjaga martabat keluarga kita, perusahaan kita, semuanya hanya akan sia-sia.”

Hyemi melunak, matanya terasa basah. Kyuhyun bisa merasakan beban yang dipikul neneknya.

“Wibawa itu adalah dirimu. Keturunan keluarga Cho yang sebenarnya. Jika kau muncul, siapapun yang ingin mempermainkan kita akan berpikir ulang karena mereka tahu kau adalah atasan mereka. Kau akan ditakuti dan disegani. Kuharap kau paham mengapa bukan Chanyeol orang yang kupilih dalam hal ini. Karena meskipun dia adalah anak dari Bibimu, dia juga cucu kandungku, dia bukanlah keturunan keluarga Cho. Kedudukan ayahnya akan membuatnya lemah.”

“Aku belum siap.”

Kyuhyun akhirnya mengungkapkan sesuatu. Mentalnya belum siap. Ia tidak siap kebebasannya terambil, lalu mengambil risiko dan bertanggung jawab atas nasib ribuan karyawan yang bernaung di bawah Grup Daesang.

“Asal kau tahu, mendiang ayahmu juga mengatakan hal yang sama ketika ia menyambut gilirannya. Ia jauh lebih bodoh darimu. Tapi ia juga mampu pada akhirnya. Maaf jika aku mengatai putraku bodoh. Tapi itulah kenyataannya. Jika ia tidak bodoh, mungkin ia tidak akan mati secepat itu.”

Kyuhyun semakin panas. Mendengar sesuatu tentang ayahnya, tentu saja membuatnya terpuruk. Dan baru saja, ia mendengar penuturan seorang Ibu yang mungkin saja sempat merasakan kekecewaan terhadap putranya. Hyemi mungkin akan sangat sedih jika cucunya bersikap sama. Ia akan sangat sedih karena semua keturunan keluarga Cho hanyalah kumpulan pecundang.

Hyemi bangkit dari duduknya. Sepertinya ia sangat emosional setelah berbicara dengan Kyuhyun.

“Aku akan menunggumu pada rapat pemegang saham. Kuharap kau datang dan bersedia mengubah pemikiranmu. Pikirkanlah apa yang sudah kukatakan hari ini padamu.”

Cho Hyemi kemudian pergi, dan Kyuhyun tersudut sendirian memikirkan kata-kata neneknya. Tiba-tiba saja, semua bayangan akan hinaan yang pernah ia terima dari Han Jaebum memasuki kepalanya. Entahlah, Kyuhyun merasa ia gagal. Gagal menjadi keturunan Grup Daesang.

—————————

Hari itu, Minji tiba di kampusnya saat jam makan siang karena ia tidak memiliki jadwal mengajar di pagi hari. Kelasnya baru akan dimulai pukul setengah dua nanti dan ia memiliki kelas khusus yang cukup penting di mana akan ada presentasi oleh mahasiswanya mengenai tugas yang ia berikan.

Minji sengaja datang satu jam lebih awal karena ia ingin makan siang di kampusnya. Hari ini ia tidak memasak karena Minhyuk juga akan pulang sore sebab les bahasa Inggris yang diikutinya. Saat menuju kantin kampusnya, di lorong Minji melihat beberapa mahasiswa khususnya mahasiswa putri berjalan terburu-buru dan menurut informasi yang ia dapat, semuanya hendak ke aula di gedung timur milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis rupa-rupanya mengadakan seminar mengenai pengembangan minat belajar dan informasi beasiswa magister yang Minji sendiri tidak tahu itu. Mungkin memang ini adalah agenda Fakultas yang tidak sampai disiarkan jauh-jauh hari hingga ia sendiri tidak tahu jika diadakan seminar itu. Atau mungkin— belakangan Minji kurang fokus pada hal lain karena sibuk dengan masalah pribadinya.
Namun, mengapa banyak mahasiswa yang datang bahkan bukan anak Fakultas Ekonomi sendiri?

Minji tertegun sejenak ketika mengetahui alasannya, bahwa ternyata salah satu pembicara dari tiga pembicara yang diundang dalam seminar itu adalah Cho Kyuhyun, alumni terbaik Fakultas Ekonomi di angkatannya. Tak heran jika banyak yang ingin datang ke aula timur dan mengikuti seminar itu, mengingat pesona Cho Kyuhyun ketika ia hadir dalam perayaan ulang tahun kampus beberapa waktu lalu juga cukup menggemparkan para mahasiswa.

Sederhananya, siapa yang tidak ingin bertemu dan mendengarkan pembicara tampan yang masih muda dan berwawasan? Apalagi dia adalah seorang alumni.

“Kang Kyosu-nim, pacarmu pembicaranya. Kau tidak mau datang?” Jungkook yang juga sedang berada di kantin menyapa Minji. Anak itu juga akan mengikuti kelasnya siang ini.

“Jangan sembarangan bicara. Dia bukan pacarku. Memangnya seminarnya sampai jam berapa?”

“Kudengar hanya berlangsung dua jam. Dari jam 1 sampai jam 3.”

Dalam hati Minji merutuk. Ia tidak akan bisa mendatangi seminar itu karena ia memiliki kelas sebentar lagi dan akan berakhir pukul setengah empat. Huh— seminarnya sudah pasti selesai. Lagipula Cho Kyuhyun sungguh tega, mengapa tidak mengabarinya jika akan datang sebagai pembicara. Minji tentu bisa memindahkan kelasnya dengan alasan lain. Kini ia benar-benar bimbang. Menghubungi Kyuhyun sekarang tentu hanya akan membuatnya terlihat mudah karena Minji sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan seminar itu— dan bukan bidang ilmunya, sekalipun dibuka untuk umum.

Kyosu-nim, sepertinya kau sangat memikirkan seminar itu. Saranku, kelasnya diundur saja jadi minggu depan. Jadi kau bisa melihat pacarmu berbicara dan sepertinya juga banyak teman-teman yang ingin datang.”

“Jeon Jungkook! Jangan mengambil keuntungan pribadi dari hal seperti ini. Aku tidak akan membatalkan kelasku dan kau akan menjadi orang pertama yang menyampaikan presentasi siang ini. Jadi makanlah yang banyak agar kau punya energi.” Minji jadi kesal karena Jungkook terus saja menggodanya. Anak itu hanya tertawa.

Masih ada setengah jam sebelum kelasnya dimulai. Seminar pasti sudah dimulai. Minji akhirnya memutuskan untuk datang sebentar saja ke aula timur dan ia sudah melihat keramaian.

Minji masuk dan duduk di deretan kursi paling belakang agar ia dengan mudah menyelinap keluar. Lagipula ia hanya ingin melihat Kyuhyun saja. Minji hampir tidak percaya karena semua deretan sudah hampir penuh dan sebagian besar adalah wanita. Cho Kyuhyun belum muncul dan seminar belum dimulai. Minji melihat Professor Kim sedang sibuk di atas panggung dan dua narasumber lain sepertinya sudah duduk di sana. Satu adalah dosen muda di Fakultas Ekonomi dan satu lagi adalah seseorang yang sepertinya berasal dari lembaga penyalur beasiswa. Semuanya adalah pria, dan hanya Kyuhyun yang belum muncul. Mungkin karena itulah acara belum juga dimulai.

Di mana dia? Apa dia terlambat? Minji sangat penasaran. Ia benar-benar ingin bertemu Kyuhyun dan paling tidak Kyuhyun melihatnya juga. Itu sudah lebih dari cukup bagi Minji sehingga dia bisa mengajar di kelasnya dengan tenang dan tidak penting lagi untuk mengikuti keseluruhan isi seminar yang toh tidak begitu bermanfaat untuknya.

Entah kenapa, Minji merasa kesal terhadap Profesor Kim. Pria itu seharusnya memberitahunya soal seminar ini apalagi jika pembicaranya adalah Cho Kyuhyun. Ah! Mengapa ia jadi benar-benar kesal? Namun Profesor Kim tidak salah. Pria itu bukanlah orang yang harus bertanggung jawab soal perasaannya terhadap Cho Kyuhyun. Tiba-tiba saja Minji merasa ia sangat tidak rasional dan kekanak-kanakkan. Namun faktanya memang masalah perasaan seperti ini tidak peduli dengan rasionalitas.

Sepuluh menit berlalu, dan Cho Kyuhyun belum juga muncul. Haruskah ia berpura-pura menelepon Kyuhyun lalu menanyakan keberadaannya? Bukankah ini kampusnya? Tidak akan aneh jika Minji menghubunginya mengenai seminar ini. Hanya berbasa-basi.

Namun baru saja Minji akan melakukan itu, Cho Kyuhyun sudah muncul di atas panggung dan duduk di kursi paling pinggir. Para mahasiswa mulai berbisik-bisik dan banyak yang kegirangan begitu pula dengan para dosen yang menyukainya.

Minji tersenyum. Kyuhyun terlihat sangat tampan dengan kemeja putih polos tanpa motif yang lengannya digulung hingga siku. Pria itu memakai jam tangan berwarna hitam dan rambutnya terlihat rapi memperlihatkan dahinya yang semakin menyempurnakan bentuk wajahnya.

Senang melihatnya— Kyuhyun terlihat baik-baik saja.

Minji lalu berdiri, berusaha agar Kyuhyun bisa melihatnya. Namun usahanya sia-sia karena sepertinya Kyuhyun disibukkan oleh MC yang sedang menjelaskan teknis dan rundown acara padanya. Dan sialnya, waktunya sudah habis karena Minji harus segera masuk ke kelasnya. Minji juga melihat beberapa mahasiswanya berjalan ke luar dan bertemu mata dengannya. Minji tersenyum dan mengisyaratkan agar mereka segera masuk ke dalam kelas bersamanya.

Padahal, ia sama seperti mereka. Ingin berada di aula timur lebih lama, menyaksikan Cho Kyuhyun berbicara. Dan Minji sedikit lega, karena seminar itu dimulai terlambat.

**

Minji mengakhir kelasnya terlambat 20 menit. Kuliah yang harusnya selesai pukul setengah empat diakhiri pukul 4 kurang karena Minji juga memulai kelasnya agak terlambat. Ia sungguh terburu-buru karena tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyapa Cho Kyuhyun.

Minji berjalan cepat sambil membawa buku namun sayang sekali seminar di aula timur sudah berakhir. Hanya ada beberapa panitia yang masih melakukan sedikit evaluasi dan merapikan aula.

Ia kecewa sekali. Ia kecewa pada Professor Kim yang tidak memberitahunya, tapi ia lebih kecewa lagi pada Kyuhyun yang seolah tidak menganggap keberadaannya di kampus ini. Bukankah Kyuhyun bilang mereka berteman? Maksudnya, Kyuhyun berkata bahwa Minji bukanlah orang yang harus menjauh darinya.

Lalu mengapa pria itu sama sekali tidak menghubunginya jika ia punya kegiatan di kampus ini? Kyuhyun bahkan pernah beberapa kali menemuinya secara khusus dan menjemputnya di kampus.

Minji melangkah gontai menuju ke ruangan dosen untuk meletakkan buku-bukunya dan juga hasil presentasi mahasiswa. Ia sungguh kesal dan jika saja bertemu Professor Kim, Minji ingin mengajukan protesnya.

Minji melihat Professor Kim sedang berbicara dengan dosen yang tadi menjadi pembicara dalam seminar itu. Ia jadi malas dan tidak berniat menyapa lagi. Professor Kim tersenyum untuk menyapanya, dan Minji berlalu begitu saja. Ia bersiap pulang ketika kemudian Dosen senior itu mengejarnya di lorong.

“Kang-Kyosunim! Kau mau pulang?”

“Iya. Kelasku sudah habis. Aku lelah sekali.”

“Ah, kau lelah rupanya. Baiklah, aku hanya ingin menyampaikan pesan. Cho Kyuhyun adadi ruang dekan sekarang dan ia memintaku agar memintamu menunggunya. Tadi dia bertanya mengapa kau tidak muncul jadi kukatakan kau ada kelas. Namun jika kau buru-buru, aku akan menyampaikan padanya. Atau kau ingin langsung menghubunginya?”

Minji terdiam. Cho Kyuhyun mencarinya? Minji sangat senang. Sulit menutupi kesenangannya.

“Ah, begitu rupanya. Jika memang ia berpesan begitu, aku akan menunggunya di perpustakaan. Tolong sampaikan padanya.” Minji tersenyum dan berlalu, diiringi pandangan Profesor Kim yang juga  tersenyum.

**

Kyuhyun masuk ke perpustakaan kampus yang sudah lama sekali tidak dikunjunginya. Dulu, tempat ini adalah tempat favoritnya di kampus, karena Kyuhyun bisa duduk dan menggambar sesuka hatinya tanpa perlu ada yang mengganggunya.

Ruang perpustakaan Myongji masih sama, hanya saja ada perbedaan tata letak dan pengaturan buku-bukunya. Kyuhyun merasa ruangan ini semakin luas saja. Fokusnya saat ini adalah menemukan Kang Minji, entah di sebelah mana gadis itu menunggunya.
Penjaga perpustakaan bukan lagi orang yang dikenalnya, jadi Kyuhyun hanya tersenyum tanpa perlu berbasa-basi busuk. Sesungguhnya, ia bisa saja menghubungi Kang Minji karena nomor telepon gadis itu masih disimpannya. Hanya saja, Kyuhyun merasa sedikit sungkan. Saat ini ia ingin menemui Minji karena sebuah kebetulan, bukan karena ia rencanakan. Ia tidak ingin begitu merepotkan bagi Minji.

Setelah beberapa saat berkeliling, Kyuhyun berhasil menemukan Minji sedang duduk membaca buku di dekat sudut ruangan. Tak ada orang lain di situ dan pengunjung perpustakaan juga sedang sepi menjelang sore hari itu sebabnya tidak sulit bagi Kyuhyun untuk mengenali sosok Minji. Gadis yang mengenakan blouse berwarna biru muda dan bawahan rok pensil berwarna hitam itu duduk manis membelakanginya.

“Maaf menunda kepulanganmu. Kudengar kau sedang lelah?”

Minji terkejut dan tersenyum saat Kyuhyun sudah berdiri di belakangnya. Minji menarik kursi di sebelahnya dan mengisyaratkan Kyuhyun untuk duduk. Minji merasa sangat gugup karena di deretan ini hanya ada mereka berdua. Ia tidak menyangka akan mengadakan pertemuan dengan Cho Kyuhyun di sini.

“Kuberitahu. Dulu di pojok sini, banyak mahasiswa yang berpacaran.” Kyuhyun membuka obrolan.

“Dan kau juga?”

“Tapi aku tidak. Karena aku tidak punya pacar.”

“Kau pasti berbohong.”

“Hahahha. Kau bisa tanyakan Profesor Kim. Aku berkencan di sini, tapi tidak dengan gadis. Aku berkencan dengan gambar-gambarku.”

“Hahahhahha.” Minji jadi tertawa.

“Tadinya kau akan langsung pulang?”

“Awalnya begitu. Namun kau ingin bertemu jadi kutunggu saja.”

“Sebenarnya tidak apa-apa. Tidak ada hal penting yang ingin kubicarakan. Toh urusan  kita sudah selesai. Aku hanya ingin bertemu dan menyapa temanku saja.” Ujar Kyuhyun.

Minji meletakkan bukunya. Ia ingin menanyakan beberapa hal yang belum sempat ia tanyakan saat mereka tidak sengaja dipertemukan oleh ibu Kyuhyun di café dekat toko buku.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?”

“Maksudmu?”

“Selepas pernikahan Han Bomi.”

“Ah, kau bertanya itu lagi. Apapun yang kurasakan juga tidak berpengaruh lagi terhadapnya. Dia sudah milik orang lain bukan? Aku juga tidak berniat mengingatnya lagi.”

“Tidak berpengaruh terhadapnya, namun sangat berpengaruh terhadapku.” gumam Minji dalam hati.

“Kenapa kau diam?”

“Ah tidak. Hanya saja, kau cukup hebat bertekad melupakannya. Jika aku jadi kau, mungkin akan sulit sekali.”

“Hei, ini sulit. Tapi semua bisa diatur. Kau pasti juga pernah merasakannya bukan?”

“Tidak pernah.”

“Oh ya? Mantan pacarmu belum ada yang menikah lebih dulu?”

“Aku tidak punya mantan pacar. Aku belum pernah berpacaran.”

Kyuhyun tertegun. Seorang gadis cantik dan pintar seperti Minji mengaku belum pernah berpacaran? Apa ini nyata?

“K—kau jangan bercanda..”

“Tidak usah terkejut begitu. Chanyeol juga bereaksi sama pada awalnya. Aku hanya belum pernah berkencan serius dengan seorang pria. Jika sekarang aku punya pacar, maka ia akan menjadi pria pertama yang berkencan denganku.”

“Ternyata ada yang lebih dramatis kisahnya daripada aku. Beruntung aku pernah memuja seorang wanita sebelumnya. Hahahha.”

Kyuhyun tertawa. Ia merasa terhibur.

“Ngomong-ngomong, mengapa kau bisa menjadi pembicara di seminar tadi?”

“Awalnya aku tidak bersedia. Aku bukan seorang pakar dan juga profesiku sekarang sama sekali tidak ada hubungannya. Profesor Kim hanya meminta tolong padaku, mungkin bisa dikatakan— penggembira?”

Giliran Minji yang tertawa. “Kau bisa jadi memenuhi aspek ‘menambah minat belajar’ Hahahhaha—”.

“Kupikir tadi kau juga menonton seminarku.”

“Aku di sana sepuluh menit pertama. Namun aku pergi kemudian karena kelasku sudah harus dimulai. Aku sedikit kecewa tidak bisa menontonmu. Dan lebih kecewa kau tidak memberitahuku.” Minji akhirnya mengungkapkan kekesalannya.

“Maaf. Ini mendadak. Lagipula, bukan hal yang penting. Tapi jika nanti aku datang lagi, aku akan memberitahumu.”

“Kau selalu datang ke kampus ini dan mengagetkanku.”

Kyuhyun menatap Minji. Gadis itu seperti mengutarakan kekecewaan lagi, dan Kyuhyun hanya bisa menjadi pihak yang merasa bersalah. Sungguh, siapa sebenarnya gadis ini sampai-sampai berurusan dengannya seperti ini? Kyuhyun bisa saja langsung pulang, namun ia sengaja mengulur waktu agar bisa menyapa Minji terlebih dahulu. Ia merasa perlu menemui Minji karena tempat ini adalah kampusnya.

“Aku senang bisa bertemu denganmu hari ini.” Ujar Kyuhyun.

Minji menoleh, dan mendapati pria itu menatapnya. Jarak mereka begitu dekat. Siapapun yang melihat mereka saat ini akan mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih.

Kyuhyun tidak tahu apa yang ia pikirkan. Sebelumnya ia pernah punya pikiran untuk mencium gadis ini, di mobil— ketika pulang dari pesta. Dan kali ini, dorongan seperti itu datang lagi. Tatapan Minji seakan memberinya ijin untuk melakukan itu.

Kyuhyun mendekatkan wajahnya dengan tidak melepaskan tatapan dari mata gadis itu. Bibirnya hampir menyentuh bibir Minji ketika kemudian bunyi ponselnya menghancurkan segalanya— atau mungkin menyelamatkan keadaan.

Yoboseyo.”

“………………………….”

“Apa maksudnya?”

“……………………….”

“Baiklah. Aku akan ke sana sekarang.”

Minji sangat gugup karena hal tadi, dan kini ia penasaran dengan Kyuhyun yang menutup teleponnya dengan wajah risau.

“Minji-ssi. Aku harus pergi.”

“Ada apa? Siapa yang meneleponmu?” Minji merasa ia berhak tahu.

“Ayahmu.”

“Apa?”

“Ayahmu yang baru saja meneleponku. Nenek jatuh pingsan di kantor. Dan sekarang ada di rumah sakit.”

“Ya Tuhan.”

Kyuhyun pergi. Dan Minji masih duduk di tempatnya. Sesungguhnya ia sangat ingin ikut, tapi ia yakin ayahnya juga berada di sana. Lagipula ia tidak punya alasan untuk datang ke sana. Minji hanya bia berdoa, semoga semuanya baik-baik saja.

————————

Menurut Kang Jihyuk yang bersama Nyonya Cho saat ia pingsan, Nyonya Cho akan berdiri dari tempat duduknya setelah usai menandatangani berkas di ruangannya. Tiba-tiba saja wanita itu jatuh tak sadarkan diri dan membuat Jihyuk panik.

Di rumah sakit, kini sudah ada Jihyuk, Chanyeol dan kedua orang tuanya, dan juga Kyuhyun yang baru datang. Sekretaris keluarga Cho juga ada di sana. Kyuhyun juga sudah menghubungi ibunya dan Yonghee berkata ia akan tiba dalam satu jam.

Hyemi mengidap tekanan darah tinggi. Menurut Jihyuk, wanita itu terlihat sangat tempramen dan memikirkan banyak hal belakangan. Mungkin hal itulah yang menyebabkan kondisinya tidak stabil hingga ia jatuh pingsan. Hara dan Jungsoo juga mengakui jika Nyonya Cho terlihat lebih banyak diam belakangan namun di wajahnya selalu muncul kegelisahan.

“Belakangan, ia memikirkan masalah Tuan Muda Kyuhyun yang menolak masuk ke perusahaan. Ia mencemaskan banyak hal sepertinya, namun tak banyak yang ia ceritakan padaku.” Ujar Sekretaris keluarga Cho.

“Usahakan agar Nyonya selalu tenang dan jangan menciptakan hal-hal yang membuatnya akan berpikir berat. Jauhkan ia dari hal-hal yang buruk dan jika bisa, sebaiknya Nyonya beristirahat di rumah dan tidak terlibat di kantor. Itu akan sangat mempengaruhi tingkat depresinya.” Ujar Dokter.

———————————-

Kyuhyun pulang ke hotel dengan pikiran kacau. Neneknya belum sadar, dan Kyuhyun sangat sedih dengan keadaan yang menimpa sang nenek. Ia takut. Ia sangat takut. Selain takut, Kyuhyun jadi merasa bersalah karena telah menjadi beban pikiran neneknya.

Neneknya memikirkannya hingga jatuh sakit seperti ini. Sungguh ia cucu yang durhaka.

Kyuhyun sangat terkejut, karena tiba-tiba saja ibunya sudah berada di dalam ruangan. Yonghee ternyata sengaja datang karena ia tahu Kyuhyun pasti membutuhkannya. Ia akan menginap malam ini untuk menemani Kyuhyun.

“Ibu, kenapa jadi seperti ini?” Kyuhyun mendekat pada ibunya, memeluk wanita itu.

Yonghee menepuk-nepuk punggung Kyuhyun, lalu membawanya duduk di sofa.

“Pikirkanlah ucapan nenekmu tempo hari. Jangan mengecewakannya.”

“Ibu tahu ia menemuiku?” Yonghee hanya mengangguk. Tentu saja ia tahu.

“Nenekmu memberitahuku sebelumnya. Ia tidak pernah meminta ijin sebelumnya untuk mengajakmu bicara. Mungkin karena kali ini benar-benar penting baginya.” Kyuhyun diam.

Jadi kini ibunya berpihak pada neneknya?

“Selama ini aku khawatir. Aku terlalu menyayangimu karena hanya kau yang kumiliki sekarang. Namun perkataan nenekmu benar. Kau tidak bisa menghindari hal ini. Kau tahu mengapa Ibu bersedia pindah ke Korea? Karena Ibu akan terus mengawasimu dan menjagamu. Ibu ingin membantumu mengalami kesulitan jika saja kau membutuhkan keberadaan Ibu. Sebelumnya, mungkin Ibu sudah menjadi istri yang gagal karena tidak bisa sepenuhnya memberikan dukungan pada mendiang ayahmu. Namun aku tidak mau menjadi Ibu yang gagal.”

“Kau tidak pernah gagal menjadi Ibuku. Kau tahu itu.”

“Aku bisa merasa gagal jika kau mengecewakan nenekmu.”

“Aku belum siap. Aku takut.”

“Kau pemberani. Kau tegas dan pintar. Banyak yang akan membantumu.”
Kyuhyun menatap ibunya.

“Dan buatlah aku bangga melahirkanmu, Nak. Kau putra keluarga Cho yang lahir dari rahimku. Lakukanlah kewajibanmu kali ini, karena memang sudah saatnya.”

Yonghee tersenyum, mengusap wajah Kyuhyun. Pria itu tidak menjawab lagi, namun memilih untuk berbaring di pangkuan Ibunya malam itu.
TBC-

Part berikutnya sudah akan masuk babak baru. Semoga masih betah bacanya. Untuk yang pro Kyuhyun-Minji, sabar ya. Akan aku usahakan yang terbaik biar mereka cepet bersama *apadeh* sabar pokoknya. Percaya aku kan? Hehhehe

Makasih yang uda mau baca. Kalau ada yang mau tanya or ngobrol bisa ke twitter aku @tavitacho 

ThanKYU ^^

29 thoughts on “My Fair Lady [ Chapter 7]

  1. Ceritanya makin lama makin buat penasaran..
    Jadi semangat nungguin kelanjutan ff ini..
    Ditunggu author kelanjutanmya…
    Semangat ✊✊✊

    Suka

  2. bener2 gemes dengan kyuhyun dan minji..sepertinya kyuhyun juga udah ada dorongan2 yang diluar kendalinya pada sosok minji, yah semoga nanti dia menyadari jika ia sudah tertarik pada minji..dukungan dari ibu kyuhyun semoga bisa membuat kyuhyun jadi berani mengambil keputusan untuk maju jadi orang nomor satu di perusahaan keluarganya.

    Suka

  3. Banyak kemajuan dr hubungan kyu-minji biar sedikit lambat tapi feel.nya dapet kita dapat merasakan perasaan minji untuk kyu, kyu yg masih meraba2 terhadap minji tp jga mulai tertarik, jga tuan kang yg menentang hubungan kyuJi

    Suka

  4. Aku seneng banget karena kyuhyun udah mencoba untuk membuang semua kenangan tentang bomi..
    Itu artinya dia sudah mulai bisa bangkit..
    Dan kenyataan dy gak mengabaikan minji sepenuhnya juga buat aku bahagia..
    Walaupun gak progress yg signifikan tapi ini cukup untuk kelanjutan hubungan kyuji..
    Secara dari awal kan mreka memang tidak saling mengenal..
    Jadi gak ada salahnya kalau mreka mulai dari pertemanan dulu..
    Setidaknya itu lebih baik ketimbang mreka saling menjauh hanya karena minji merasa dipermainkan kyuhyun..
    Padahal kyuhyun gak salah apa2 karena dy memang perasaan dia belum jelas..
    Aku suka cara yoonhee menyatukan kyuji..
    Hahahahaha..
    Dan aku dukung juga nenek kyuhyun kalau mau jodohin mreka..

    Suka

  5. akhirnya publish juga, yeyy akhirnya ada kemajuan juga sama hubungan kyu-ji seneng deh mereka bisa dekat lagi, sapa tau hbs ini kyuhyun bisa jadi suka beneran sma miji, ahh dtnggu banget kelanjutannya eon 😀 keep writing

    Suka

  6. Kyaknya kyuhyun udah mulai cinta dan mikirin minji nich,,waaah sayang banget lukisan kyuhyun di bakar pa dengan cara ngebakar lukisan bisa ngebuat kyuhyun move on bomie semoga aja dech,,akhu tggu nextnya eon 😀

    Suka

  7. mungkin opsi dari kyuhyun sulit untuk dipilih minji sampe akhirnya mereka pisah dengan cara yang kurang baik. tapi baguslah mereka berdua bisa jadi teman untuk sementara ini.

    kyuhyun kenapa lama banget terima jabatannya coba. kan jadi ceo enak wkwk

    Suka

  8. kasian minji ya berharap bgd tp gmana lagi, kyu blum ngeh ma prasaannya, ibunya aja dah mulai paham klo kyu suka ma minji,ibunya kyu bisa bgd deh ngedeketin mreka berdua,kekekee…bnyakin kyuminji moment nya ya thor,pnasaran keputusan kyu..next

    Suka

  9. Yeay aku gak tau kalau ini udah di post
    kyaaaaaaaa
    hampir eoh hampiiiiir

    omo omo omooooo
    udahlah Kyu masuk aja ke perusahaan
    tempat itu cocok buatmu kkkk
    asiiiik Minji bener2 terperangkap oleh pesona Kyuhyun lalala
    sebenarnya Kyu juga tapi dianya aja yang abu-abu tak paham gtu

    hmmmmm
    semakin menarik part nya

    ditunggu moment Kyu-Minji nyaaaa kyaaaaa

    semangat terus ya ^^~~~

    Suka

  10. Pengen tau gmn ntar kelanjutan ceritanya,
    Bagaimana perasaan kyuhyun ke minji
    Bagaimana keinginan neneknya yg pengen jodohin kyuhyun sm minji
    Bagaimana perasaan chanyeol
    Pengen, pengen, pengen bgt baca next partnya
    P.S : semangat buat Author 😇💕👑

    Suka

  11. Ya walopun kyuhyun minji marennya cuman sandiwara tp aq harap nanti bakal trjadi y, heee sepertinya minji manx menyukai kyuhyun y n aq harap kyuhyun jg bisa mmenyukai minji,, buat apa mikirin bomi, yg takut hidupnya sengsara kslo bersama kyuhyun

    Suka

  12. Owowowow ternyata perkiraanku salah..wkwkwk ternyata minji gk segampang itu ya wkwk#sorrysorry..gilaaa bnget nihhh bner” gk sbar buat ngeliat ku mimpin perusahaan..padahal nih cerita fiktif tpi ngerasa ini tuh real.. karne emng feel ceritanya tuhh dpet bngt .. ini alurnya jga gk terlalu cpet dan gk terlalu lama .jdi gk terlalu boring buat bacanya… okee dehh pokonya kyu semangat ya buat mimpin perusahaannya #gilasendirinih.wkwk mending si kyu tau..ya emnglah nih udh kepincut sma jalan ceritanya jdi kya gni serasa si kyuhyun baca komenan gua…wkwk-_-

    Suka

  13. Aduuuuuh…tuch telpon pinter pilih waktu ya,padahal dikit lagi lho. Aku sebenarnya iri lho sama kyuhyun,udah seumur gitu masih aja dekat mendekati manja sama ibunya. Jarang – jarang kan seorang pria dewasa ” sedekat ” itu dengan ibunya

    Suka

  14. yaAllaaaahh aku gatau lagi aku suka bgt kyuhyun sama ibunya ih bisa jd manja bgt gitu kyuhyun huwaaaaa suka bgtt!!! hahaha apa apa ibu mau apa ibu butuh ibu eaaaaaa eh kyuhyun udha 2 kali yah mau nyium mi ji tp gagap tp setidaknya ada keinginan kaya gitu maksutnya apa tuhhhhh hah tegas sedikir domg kyu hah minji pergi aja baru tau rasa hahaha lanjuuuuttt

    Suka

Leave a Comment ...