[ONESHOOT] Perfect Buttler

Author: Hanwoo

Cast: Lee Hyukjae – Lee Hanwoo – Kim Ryeowook – and others cameo

Length: Oneshoot  Genre: Romance

 

“Jika langit mendung tiba, aku akan selalu menunggu hari esok untuk melihat bulan.”

Karena bulan adalah pencerminan dirimu

Karena malam adalah aku

Maka aku membutuhkan bulan di setiap malam untuk menerangi alam ini

dan juga untuk menerangi hatiku ..

Hatiku yang selalu berdebar karenamu

Hatiku yang susah untuk mengungkapkan kerinduan yang kupendam selama ini

Author’s POV

——————-

Seorang wanita setengah baya sedang memandangi anaknya yang sedang merengek memohon kepadanya. Entah apa masalahnya tapi wanita setengah baya itu sedang kesal pada anaknya.

“Eomma berhentilah memarahiku seperti itu, aku janji akan menyetir dengan baik lagi.”

“Eomma tidak mau tahu. Kau tahu bagaimana khawatirnya eomma ketika melihatmu koma sebulan yang lalu? Rasanya eomma ingin bunuh diri. Jadi eomma menyewa seorang buttler untukmu lagi.”

“M.. Mwo? Eomma !!! Andwe !! Eomma tahu kan sudah berapa kali menyewa seorang buttler untukku ? tapi mereka semua dengan cepat berhenti tidak tahan karenaku.”

Wanita setengah baya itu mendesis mendengar ucapan anaknya. “Hanwoo-ya, kenapa kau tidak pernah mendengar apa perkataan eomma? Kemarin eomma sudah memberimu kebebasan tapi kau menyalahgunakannya, bukan? Bagaimana eomma bisa percaya padamu lagi? Appa juga sangat kecewa padamu.”

“Eomma, itu karena ..”

“Anio. Eomma tidak ingin mendengar ucapanmu lagi. Besok kau harus pulang dengan cepat. Ara?”

“Eomma ..” desis yeoja bernama Hanwoo pasrah melihat eommanya bangkit meninggalkannya seorang diri.

Hanwoo menekuk murung wajahnya. Dia merasa dirinya tidak beruntung kali ini. Benar kata eommanya. Dia sama sekali tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tapi ini karena suatu hal yang membuatnya kecelakaan sebulan yang lalu dan koma hampir sebulan.

“Namja itu .. Tunggu saja permainanku.” Ucap Hanwoo penuh dendam. Napasnya menggebu-gebu seakan-akan ada sesosok bayangan namja yang dimaksudnya di hadapannya.

*

“Pulang kuliah tunggulah di depan gerbang, seseorang akan menjemputmu. Sampai kau kabur lagi eomma tidak akan memberikan kartu kredit dan atm kepadamu lagi. Jadi kalau kau ingin hidup dengan baik turutilah kata eomma. KLIK-

Hanwoo menghela napas mendengar suara eommanya yang mengancam lewat telpon. Jarang sekali eommanya akan mengancam seperti ini. Untuk kali ini dia merasa eommanya benar-benar merasa sangat kecewa padanya.

Waktu itu dia meminta menyetir sendiri karena sedang ada urusan yang penting dengan seseorang. Ibunya mengijinkan dengan penuh kepercayaan karena Hanwoo memang bersikeras mengatakan bahwa dirinya sudah bisa menjaga hidupnya sendiri tanpa bodyguard yang harus setiap hari menjaganya.

Tapi ketika itu di tengah jalan saat dia hendak membelokkan mobilnya masuk ke dalam café yang dituju,  dia tidak sengaja melihat orang yang akan ditemuinya sedang berpelukan dengan yeoja lain.Bukan pelukan yang biasa. Dia melihat tangan gadis itu masuk ke dalam jaket hitam Ryeowook yang dipakai saat itu. Hanwoo benar-benar merasa dikecewakan. Namja itu memberikan banyak harapan padanya namun disisi lain dia telah dikecewakan oleh namja itu.

Hingga pada akhirnya Hanwoo memutuskan untuk kembali kerumah. Kecepatan mobilnya bertambah ketika dia memasuki jalan tol. Air matanya tidak berhenti mengalir waktu itu. Sebuah sepeda motor hendak menyalip dari sebrang dengan cahaya lampu yang cukup terang membuat mata Hanwoo menyipit karena silau. Bersamaan dengan itu seekor kucing hitam berlari menyebrangi jalan membuat Hanwoo terkejut dan menginjak pedal rem sangat dalam. Mobil itu berdecit dan memutar karena Hanwoo mencoba membanting stir menghindari kucing itu agar tidak tertabrak.

Kepalanya mengalami benturan yang sangat keras dan dia berhasil diselamatkan oleh beberapa orang yang ada di tempat itu. Hanwoo dilarikan ke rumah sakit dan membuat keluarganya panik karenanya.

Karena namja itu juga dia harus menerima hukuman yang seperti ini. Bagaimana bisa dia akan hidup tanpa kartu-kartu pentingnya yang bisa menghasilkan apa saja?

“Hanwoo-ya ..”

Suara itu .. Hanwoo bergidik terdiam entah apa yang harus dilakukannya mendengar suara namja yang sedang memanggilnya di belakangnya.

“Hanwoo-ya ..” panggil namja itu lagi. Terpaksa Hanwoo membalikkan badannya memberanikan dirinya untuk menatap namja yang ada dihadapannya.

“Ne? Waeyo?”

Hanwoo mencoba tersenyum girang membuat namja itu ikt tersenyum juga.

“Apa kau sudah sembuh? Aku meminta maaf, karena aku menyuruhmu datang malam itu kau kecelakaan.”

‘Tentu saja, sudah seharusnya kau meminta maaf Kim ryeowook.’ Umpat Hanwoo dalam hati masih tetap tersenyum memandang wajah tampan namja yang sempat ia kagumi beberapa bulan terakhir ini. Hanwoo mencoba menepukkan tangannya ke pundak Ryeowook.

“Bukan begitu , aku yang meminta maaf padamu karena waktu itu aku mungkin membuatmu menunggu lama.”

“Anio, aku sama sekali tidak apa-apa. Lalu apa kau sudah membaik? Aku sempat menjengukmu dan membawakanmu bunga mawar merah kesukaanmu.”

Tentu saja kau tidak apa-apa Kim ryeowook, karena sudah ada yang menemanimu saat itu.’

“Jinjayo? Gomawo kalau begitu, aku jadi merepotkanmu.”

“Anio, kau sedang apa disini?”

“Aku sedang menunggu seseorang untuk menjemputku.”

“Penjagamu lagi? Eommamu pasti merasa kecewa padamu karena kecelakaan itu.”

“Ne. Dia mengirimkanku seseorang ahjusi yang akan menjagaku lagi, itu begitu memuakkan.”

“Bagaimana jika aku saja yang menjadi penjagamu ..?”

‘Penjagaku? Kau ingin menjadi penjagaku? Kim ryeowook kau benar-benar namja berhidung belang, cih.’

“Permisi apakah nona yang bernama Lee Hanwoo?”

Mendengar seseorang memanggilnya di belakang. Hanwoo membalikkan badan. lidahnya tercekat waktu melihat siapa orang yang memanggilnya. Ekspresi wajah Hanwoo berubah. Tidak ada lagi senyuman yang mengembang di bibirnya melainkan ekspresi yang datar yang terlihat dari raut wajahnya.

“Nuguya?” tanya Ryeowook dengan pandangan yang tidak suka menatap namja yang ada dihadapannya karena bingung melihat ekspresi Hanwoo yang terdiam. “Hanwoo-ya kau mengenalnya?” tanya Ryeowook menatap Hanwoo. Hanwoo menggeleng pelan. Dia masih tidak mengerti kenapa lidahnya tidak bisa terangkat sama sekali ketika melihat namja yang ada dihadapannya.

“Aku adalah buttler tuan putri yang baru, anyeong haseyo. Namaku Lee Hyukjae, mohon bantuan dan jangan menyusahkanku. Jadwal hari ini kau harus pulang, makan malam dilanjutkan dengan private study denganku.”

Hanwoo’s POV

——————–

Aku benar-benar tidak habis pikir siapa namja yang sedang ada dihadapanku saat ini? Wajahnya bersinar bagaikan pangeran dengan jas tuxedo hitamnya membuatku memujinya berkali-kali dalam hati. Dia mengenalku? Bagaimana dia tahu namaku sementara aku berpikir sepertinya kita tidak pernah bertemu sama sekali. Siapa dia? Bahkan aku menggeleng ketika Ryeowook menanyakan apakah aku mengenalnya?

Tampan. Itu kata pertama yang keluar dari pikiranku. Apakah dia malaikat? Sedikit berlebihan memang, tetapi dia datang seperti malaikat karena bersinar. Aku seperti tidak pernah bertemu dengan namja tampan saja selama ini.

“Aku buttler tuan putri yang baru, anyeong haseyo. Namaku Lee Hyukjae, mohon bantuan dan jangan menyusahkanku. Jadwal hari ini kau harus pulang, makan malam dilanjutkan dengan private study denganku.”

Mulutku terbuka mendengar suaranya. Suaranya begitu eumm .. sexy.Tapi tunggu dulu.  Buttler? Private study? Ahahaha ini semua bercanda, sepertinya aku salah mendengar ucapannya tadi. Aku tertawa dihadapannya.

“Buttler? Kau ini bicara apa tuan, biasanya eomma akan mengirimkanku seorang pria yang sudah tua bahkan mengurus dirinya sendiri saja tidak benar bagaimana mau mengurus kehidupanku. Jangan bercanda.” Ujarku. Namja itu malah menyunggingkan senyumnya.

“Nyonya besar sedang menunggumu dirumah. Jika kau tidak percaya aku akan menyebutkan semua identitasmu. Kau gadis berkelahiran Seoul, 27 April 1993 yang kini sedang berkuliah di salah satu fakultas fashion di kampus ini. Anak bungsu dari dua bersaudara dengan kakak laki-lakimu yang bernama Lee Sungmin sudah menikah dengan seorang yeoja bernama Hwang Minrin..”

“Cukup! Cukup !!”

Ini mengerikan! Bagaimana dia bisa menghapal identitasku? Namja ini memang sangat tampan tapi entah kenapa menurutku ini agak mengerikan. Dia terlihat seperti robot yang disewa untuk menjaga dan melindungiku.

*

Aku benar-benar bosan ! Aku sangat menyesal pernah memuji namja yang ada dihadapanku saat ini. Dia mengatur jadwalku dengan sangat baik seperti buttler-buttler lainnya namun bedanya aku sama sekali tidak bisa melawan apa yang diperintahkannya seperti sekarang ini. Dia memaksaku untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku.

Halo,umurku ini sudah hampir berkepala dua tapi aku merasa diperlakukan seperti anak kecil. Aku hanya memandang bukuku yang enggan kubaca. Terkadang aku mengangkat wajahku untuk melirik namja itu. Dia sedang menulis. Menulis apa? Dia melirikku membuatku dengan cepat menormalkan padanganku ke buku yang sedang kupegang.

“Apa kau sudah selesai mengerjakan soal-soalmu tuan putri?” tanyanya. Kali ini suaranya benar-benar menjijikkan. Kuturunkan bukuku dan menutupnya membuat namja itu memincingkan matanya menatapku. Dia seperti harimau yang siap menerkam seorang kupu-kupu cantik sepertiku. Itu tidak akan mungkin terjadi, lihat saja nanti.

“Hei, kau jangan seperti itu padaku. Kau boleh saja mengatur jadwalku tapi kau jangan pernah memaksaku seperti ini. Berikan aku kelonggaran sedikit saja dan jangan menjemputku di areal kampus lagi. Tadi, siapa namamu?”

“Kau mau bernegosiasi denganku? Lebih baik kau kerjakan soal-soal itu karena aku akan memeriksanya. Lee Hyukjae, namaku Lee Hyukjae. Aku tidak sama dengan orag-orang yang pernah kau buat keluar dari rumah ini. Ini semua kulakukan demi eommamu.”

Aku menggeprak meja karena tidak tahan dengan ucapannya. Aku bangkit dari dudukku masih menahan tubuhku dengan telapak tangan yang menempel di meja. Aku tidak suka dia menyebut-nyebut eommaku apalagi dengan pendapatnya yang melakukan semua ini untuk eomma bukan karenaku.

“Jika seperti itu kau jaga saja ibuku dengan baik. Menyebalkan sekali. Jika seperti ini mana ada namja yang akan menyukaiku. Pantas saja namja itu mengkhianatiku.” Bubuhku membalikkan badan hendak meninggalkannya. Dalam waktu tiga detik langkahku terhenti. Aku benar-benar terkejut melihatnya yang sudah berada dihadapanku. Bagaimana bisa dia berlari secepat itu? Ini benar-benar menyeramkan.

Dia mendekatiku membuatku memundurkan langkah hingga tubuhku tidak dapat berkutik lagi karena terhimpit meja bundar yang ada dikamarku dengan tubuhnya. Aku benar-benar panik ketika melihat wajahnya mendekat ke arahku. Tangannya menyentuh daguku membuatku menelan ludah saking takutnya. Apa yang akan dia lakukan? Darimana eomma mendapatkan namja yang seperti dia?

Aku hendak terjatuh namun dia dengan cepat menangkap tubuhku. Aku benar-benar takut. Baru kali ini aku merasakan ketakutan berhadapan dengan seorang buttler yang disewa oleh eomma.

“Jika kau berani macam-macam denganku, aku tidak akan segan-segan menidurimu..” bisiknya tepat di telingaku. Aku merinding mendengarnya. Aku benar-benar merinding.

“Aku akan menelpon eomma !!”

“Telpon saja jika kau mau? Kau tidak tahu eommamu sedang berada di perjalanan menuju Incheon Airport dengan tuan besar Lee.”

“Mworago?”

Segera aku menelpon eomma. Bisa-bisanya eomma tidak mengabariku. Ini benar-benar tidak adil.  Apa eomma semarah itu padaku? Akhirnya eomma mengangkat telpon. Terdengar suara riuh orang-orang seperti berada di tengah keramaian dan bunyi-bunyi klakson mobil.

“Eomma !!! Kau ada dimana? Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau akan pergi dengan appa?” marahku. Kudengar suara pesawat yang akan landas dari sebrang. Apakah eomma sudah ada di airport?

“Hanwoo-ya, miane eomma sengaja tidak mengatakan padamu karena kau pasti akan merengek padaku untuk meminta ijin padaku agar aku memecat Lee Hyukjae. Apa kau merasa nyaman dengannya? Bukankah dia namja yang baik? Dia adalah anak dari sahabat eomma yang tinggal di Paris. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Paris. Dia anak yang cerdas dan tampan, kau pasti menyukainya. Dia juga bisa menjadi teman curhatmu.”

“Mworago?! Eomma, bagaimana bisa kau menyewa anak dari sahabat eomma? Lebih baik pulangkan dia. Lagipula sudah ada Sungmin oppa yang akan menjagaku.”

“Anio, kau jangan merepotkan orang yang sudah memiliki istri.”

“Eomma.. Jebal tolong kembalikan namja ini ke habitatnya. Dia begitu mengerikan bahkan ingin meniduriku!”

“Mwo? Aku tidak mendengar suaramu Hanwoo-ya. Disini sinyalnya tidak begitu bagus. Semoga hari-harimu menyenangkan dengan Hyukjae-ssi., araseo. Klik-

“Eomma !!!”

Kutatap iphoneku. Benar-benar menyebalkan. Aku yakin jika mataku terbuka besok pagi aku tidak akan merasakan apa yang disebut hari yang indah lagi. Kudengar tawa dari namja itu. Sepertinya puas sekali dia tertawa. Kubalikkan tubuhku menatapnya kesal.

“Baiklah. Aku akan menuruti semua perkataanmu asal kau jangan pernah berani-beraninya menyentuh tubuhku.” Ancamku. Aku duduk lagi di kursi sambil membuka buku memfokuskan diri untuk membaca soal-soal yang ada disana. Kulihat dia duduk kembali ditempatnya. Aku sempat melirik sekejap menatapnya yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Kugertakkan gigiku karena kesal.

Iphoneku tiba-tiba berdering menandakan telpon sedang masuk. Kutatap iphoneku ragu-ragu mengangkatnya. Pandanganku buyar ketika seseorang mengambil iphoneku dengan cepat menempelkannya ke telinganya.

“Kau tahu, Hanwoo sedang belajar, jangan menganggunya. KLIK-

Dengan gampang namja itu memasukkan iphoneku di kantong jasnya setelah dia mematikan iphoneku. Mulutku ternganga benar-benar jengkel melihatnya. Apa maksudnya? Seenaknya mengambil dan memutuskan teleponku begitu saja?

“Kau ! Kembalikan iphoneku !”

“Kerjakan soalmu dulu baru aku kembalikan jika tidak aku benar-benar akan menidurimu.”

“Mwo? Berhati-hatilah berbicara Hyukjae-ssi. Jika kau mau, tiduri saja aku maka dari itu kau akan segera dengan cepat menjadi appa.”

“Jeongmalyo? Baguslah jika kau menyetujuinya. Aku tidak apa-apa akan menjadi seorang appa.”

“Mworago? Kau benar-benar namja gila !! Baiklah, jangan banyak berbicara lagi, dalam waktu cepat aku akan menyelesaikan semuanya.”

Hanwoo membuka bukunya lalu mengambil pulpennya. Dia mulai membaca di dalam hati mencoba menjawab soal-soal yang ada disana.

Author’s POV

——————

Seorang namja mengulum bibirnya memaksakan senyumnya ketika menatap sebuah rumah besar yang ada dihadapannya. Ryeowook memasukkan kembali handphonenya ketika menerima ancaman dari seorang namja yang ia yakin adalah si bodyguard Hanwoo yang baru.

Entah kenapa dia merasa adanya perubahan yang banyak pada Hanwoo semenjak dia sembuh dari komanya. Dia tidak lagi melihat Hanwoo yang selalu menelponnya setiap malam, Hanwoo yang selalu memperhatikannya dengan baik. Dia merasakan perbedaan yang dulu dengan yang sekarang secara drastis maka dari itu Ryeowook memutuskan untuk mengunjungi Hanwoo namun dia harus melangkah mundur meninggalkan rumah besar ini.

Ryeowook benar-benar takut jika kecelakaan yang terjadi pada Hanwoo adalah karenanya. Karena malam itu dia menyuruh Hanwoo datang menemuinya ke sebuah café yang sering dia datangi dengan yeoja itu belakangan ini. Dia meminta yeoja itu datang seorang diri karena ada sesuatu yang ingin diungkapkannya pada waktu itu. Sesuatu hal yang sudah lama ia pendam untuk gadis bernama Lee Hanwoo.  Dia juga sangat yakin Hanwoo juga menyukainya. Yakin bahwa gadis itu juga mempunyai perasaan yang sama terhadap dirinya.

Tapi pada saat itu dia bertemu mantan kekasihnya yang datang memeluknya sangat erat. Hanya saja Ryeowook sangat takut Hanwoo melihatnya dan membuatnya kecelakaan. Jika benar iya, dia akan mengutuk dirinya sendiri karena membuat gadis yang ia sukai menderita karenanya.

Hanwoo’s POV

——————–

“Mworago? Kau datang kerumahku? Aiish aku benar-benar meminta maaf, ini semua karena namja tidak tahu diri itu.”

Ternyata Ryeowook sempat datang kerumahku maka dari itu dia menelponku tadi. Tapi malah namja itu yang mengangkat telponnya. Untuk apa dia mencariku lagi? Ini benar-benar keterlaluan. Semua ini gara-gara namja tidak tahu diri itu. Mungkin memang aku membenci Ryeowook untuk saat ini, tapi setidaknya tidak bisakah dia untuk tidak sembarangan menutup telpon dari handphoneku?

“Gwenchana. Sepertinya namja itu sangat mengekangmu.”

“Ne, hidupku bagaikan Neraka bahkan dia tidak mudah untuk kupecat seperti ahjusi-ahjusi lainnya. Eomma begitu mempercayainya.”

“Tuan Putri, jadwalmu malam ini untuk tidur matikan telponmu atau aku akan menidu..”

“Baiklah ! Baiklah ! Aku akan tidur !!” teriakku sambil menutup bagian bawah handphoneku. Bisa-bisanya namja itu mengancamku disaat aku menerima telpon. Pasti dia sengaja berkata seperti itu.

“Bagaimana jika aku menjadi buttlermu?” tanya Ryeowook. Aku terdiam. Kenapa baru sekarang mengatakan hal seperti itu Ryeowook-ssi? Jika saja dulu kau mengatakannya padaku aku akan dengan senang hati mengiyakan permintaanmu itu. Tapi karena kau sudah mengecewakanku entah kenapa perasaan yang dulu itu tidak mudah kembali lagi.

“Sudah malam, sudah saatnya untuk tidur. Jaljayo.”

“Bahkan kau tidak menjawab pertanyaanku Hanwoo-ya.”

“Aku hanya tidak ingin merepotkan dirimu Wookie.” Ucapku masih bisa menyebut nama pendeknya. Kudengar dia menghela napas.

“Baiklah, kalau begitu mimpi indah. Jaljayo.”

Ketika telpon itu mati aku menghentakkan kakiku kasar melangkah keluar kamar menuju kamar seseorang yang bernama Lee Hyukjae. Kubuka pintu kamarnya dan mendapatinya baru keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk putih yang hanya menutupi bagian bawahnya sementara mataku tidak bisa berpaling dari badannya yang dipenuhi abs.  Aiiishh jinja, bisa-bisanya dari kamar mandi berteriak seperti tadi. Apa dia mengupingku?

Kuperhatikan tubuhnya lagi. Entah kenapa mataku tertarik dengan tubuhnya. Tidak kuduga namja sekurus dia memiliki abs. Tubuhnya juga sangat indah. Apa yang kukatakan?! Aku menggeleng-geleng kemudian menutup wajahku melangkah kehadapannya. Aku benar-benar tidak sabaran jika berhadapan dengan namja ini.

Kusentuh handuknya membuatnya juga memegang handuknya karena takut handuknya kubuat lepas. Kuberanikan diri untuk membuka mata dan aku tidak menyangka jarak pandangku dengannya begitu dekat dan jelas. Kali ini bolehkah aku memuji namja ini? Dia memang benar-benar tampan. Siapa kekasihnya? Kenapa dia mau bekerja menjadi babu seperti ini padahal dia adalah salah satu mahasiwa yang lulus di salah satu universitas di Paris.

“Tuan Putri, apa kau benar-benar ingin tidur denganku malam ini?” tanyanya. Tangannya melingkar di pinggangku. Napasku benar-benar sesak. Merasakan tubuhnya yang masih sedikit basah dan dia masih memakai handuk.

“A.. Aku..”

“Hmm?”

Aku mendorong tubuhnya dengan kasar kemudian melangkah keluar menutup pintunya. Aku tidak kuat berlari hingga aku hanya bisa bersandar di depan pintunya. Napasku tesengal-sengal. Bagaimana bisa aku melarikan diri seperti ini? Ini pelecehan ! Seharusnya aku menampar dan memukulnya. Benar-benar menyebalkan.

“Ada apa denganmu Hanwoo-ya?”

Suara seseorang mengagetkanku. Kuangkat kepalaku lalu melihat kakak ipar dan kakakku memandangku aneh. Aku hanya bisa tersenyum miris dihadapan mereka.

“Bukankah ini kamar Lee Hyukjae buttler barumu yang tampan?” tanya kakak ipar.

“Tampan? Baiklah kalau begitu kau sudah ketangkap basah memuji namja lain dihadapanku Minrin-ah” Sungmin oppa mulai cemburu. Pasangan suami –istri ini kadang memang sedikit berlebihan.

“Bukannya begitu yeobo, kita harus baik dengan calon adik ipar kita.”

Mataku membesar dan membulat mendengarnya. Calon adik ipar? Lee Hyukjae? Oh tidak, mungkin aku sudah gila tinggal dirumah ini.

“Mworago? Calon adik ipar? Aku tidak akan mau hidup dengannya yang penuh aturan.” Elakku.

“Aiishh jagiya sudahlah kau jangan banyak bicara.”

Sungmin oppa mendorong istrinya menjauh menuju rumah mereka yang terletak di lantai tiga sengaja dibuat khusus untuk dua pasangan suami istri yang baru saja menikah. Kukembungkan kedua pipiku kesal menanggapi dua orang itu. Kubalikkan badanku menatap kesal pintu yang ada dihadapanku. Ruangan ini memang khusus disediakan untuk buttler-buttler yang akan menjagaku. Sejak kecil aku sudah dimanja seperti ini oleh eomma. Sangat menyebalkan.

Kutendang pintu itu dengan keras membuat kakiku sakit. Aku meringis kesakitan. Kakiku sakit sekali. Pintu ini dibuat dari apa? Baja? Kenapa bisa sekeras itu? Tiba-tiba pintu itu terbuka dan kulihat namja itu menatapku. Dia sudah mengganti pakaiannya. Aku masih tetap meringis menahan sakit.

“Waeyo? Kau menendang pintu kamarku? Perlu bantuanku, tuan putri?”

“Berhentilah memanggilku tuan putri, namja gila.”

Dengan raut wajah kesal aku membalikkan badan melangkah menuju kamarku. Kuusahakan kakiku agar bergerak normal tapi ternyata tetap sakit. Aku tidak pernah menendang pintu itu dan tidak menyangka akan sesakit ini.

*

Kutatap Hyukjae yang sedang duduk di bawah. Tangannya dengan ahli mengurut telapak kakiku dengan salep. Namja ini tidak bisa kutebak. Sekarang dia menjadi orang yang begitu baik mau melayaniku dengan lembut tanpa memaksa dan mengekangku. Bahkan dia menyentuh kakiku. Ini bukanlah hal yang sopa menurutku.

“Apa sudah agak mendingan?”

“Belum.” Jawabku cepat.

“Kurasa sudah. Kau jangan sengaja membuatku lebih lama lagi untuk menyentuh kakimu yang bau itu.”

Aku hanya tertawa menanggapinya. Bau? Aku yakin dia sedang berbohong saat ini. Bagaimana bisa kakiku bau?

“Hyukjae-ssi, kakiku tidak mungkin bau karena aku sangat rajin melakukan perawatan. Tubuhku selalu wangi setiap hari. Kau tahu berapa harga parfum yang selalu kukonsumsi setiap tiga bulan sekali? Kau tidak akan pernah bisa membayarnya dengan tabunganmu sendiri.”

“Terserah apa katamu tapi sepertinya kau harus pindah salon mulai besok. Apa harus aku juga yang mengurusnya karena kakimu sungguh bau?”

Hyukjae bangkit berjalan keluar meninggalkanku. Dia sama sekali tidak menghiraukanku. Kugigit bibir bawahku merasa kesal diperlakukan seperti itu olehnya. Pria itu benar-benar tidak bisa berkata jujur sama sekali. Mana mungkin kakiku bau? Dia itu tidak bisa berbohong.

Author’s POV

——————-

Hyukjae menepuk-nepuk pipi Hanwoo yang sedang tertidur. Hanwoo menggeliat menarik selimutnya menutupi hampir seluruh tubuhnya. Dia masih tetap terpejam dengan dahi yang mengerut. Hyukjae menghela napas.

“Gadis manja ini susah sekali dibangunkan, aiish.” Dumel Hyukjae.

Hyukjae merangkak di atas tubuh Hanwoo dan mulai tidur disebelah Hanwoo. Hyukjae menopang kepalanya sambil tersenyum-senyum menatap Hanwoo. Tangannya mulai menyentuh pipi gadis itu membuat Hanwoo mengerang membuka matanya. Sesaat terdengar suara teriakan Hanwoo yang kaget melihat Hyukjae sudah berada dihadapannya.

“Hoooh !! Apa-apaan tadi ?! Bagaimana bisa dia dengan seenaknya tidur disampingku? Namja sialan !!” Hanwoo merutuk di dalam kamar mandi. Hyukjae yang sedang bersandar di depan pintu kamar mandi menyunggingkan senyumnya.

“Aku mendengar ucapanmu tuan putri, cepatlah mandi jika tidak ingin terlambat ke kampus. Aku akan membuatkanmu sarapan.”

Pintupun terbuka. Terlihat Hanwoo menghamipirinya. Gadis itu mengembungkan pipinya menatap tajam Hyukjae.

“Kau tidak usah mengikutiku sampai ke kamar mandi tuan Lee !!”

“Aku tidak mengikutimu, kau saja yang besar kepala.”

“Lalu untuk apa kau masih tinggal disini? Kau mau mengintipku mandi?!” Hanwoo mendelikkan matanya ke arah Hyukjae membuat Hyukjae tertawa terbahak-bahak.

“Aku mengintipmu? Sudahlah Hanwoo-ya, aku tidak mau membuatmu kesal pagi ini karena aku berkata jujur mengenai tipe idealku.”

Hyukjae menepuk tangannya ke kepala Hanwoo. Namja itu melangkah pergi meninggalkan Hanwoo yang sedang mengatur napasnya.

*

Hanwoo duduk di bangku kampusnya memfokuskan diri pada laptopnya. Dia belum sempat menyelesaikan tugasnya yang sebentar lagi harus dikirimkan melalui email kepada dosennya. Bagaimana bisa dia melupakan tugas sepenting ini?

“Lee Hyukjae, bagaimanapun juga ini semua adalah salahmu.” Geramnya.

Sekaleng soft drink berdiri tegak disamping laptopnya membuat Hanwoo menoleh ke samping melihat Ryeowook yang tersenyum padanya. Mau tidak mau dia harus membalas senyuman Ryeowook.

“Apa yang sedang kau buat?” tanya Ryeowook membuka pertanyaan. Namja berkemeja biru itu duduk disamping Hanwoo. Hanwoo sempat memperhatikan Ryeowook sekejap. Namja itu benar-benar terlihat cute dengan poni yang diturunkan menutup dahi. Tapi dia segera membuang jauh-jauh pikirannya mengenai Ryeowook.

“Aku sedang membuat tugas.”

“Apakah aku mengganggumu? Aku membelikan minuman untukmu.”

“Gomawo, sebentar lagi tugas-tugas ini akan selesai. Aku hanya lupa mengerjakannya karena orang itu selalu menggangguku. Aku memikirkan cara bagaimana agar orang itu cepat pergi keluar dari rumahku hingga aku dapat hidup dengan bebas.” Cerita Hanwoo. Ryeowook hanya tersenyum miris mendengarnya.

“Sudah kubilang, aku saja yang bekerja untukmu.”

“Kenapa harus kau?”

Ryeowook terdiam. Hanwoo menjadi salah tingkah melihat Ryeowook terdiam mendengar perkataannya. Dia berpikir apakah dia sudah salah ucap? Hanwoo membenarkan posisi duduknya.

“Ngg .. Maksudku, kenapa kau mau mengambil pekerjaan seperti itu? Apa kau sedang butuh uang?”

Ryeowook tersenyum. Tangannya membuka telapak tangan Hanwoo dan menaruh sebuah tiket bioskop disana. Hanwoo menatap tiket itu sekejap kemudian menatap Ryeowook.

“Hhh .. Aku tidak punya banyak waktu.” Ryeowook bangkit dari duduknya masih dengan gaya coolnya. “Sabtu aku mengundangmu, aku harap kau akan datang karena aku akan menunggumu.”

Hanwoo masih belum bisa berbicara apa-apa melihat kepergian Ryeowook dengan ucapannya tadi.

Apa dia mengajakku kencan lagi? Ryeowook .. Sebenarnya bagaimana perasaanmu kepadaku?’

Hanwoo’s POV

———————

“Sabtu aku mengundangmu, aku harap kau akan datang karena aku akan menunggumu.”

Ucapannya masih terngiang-ngiang di pikiranku sampai saat Hyukjae menjemputku pulang dari kampus. Ryeowook mengajakku kencan untuk kedua kalinya. Kencan? Apakah yakin? Aku hanya takut kejadian itu terulang lagi. Kejadian yang membuatku hatiku patah sepatah-patahnya.

Kutatap keluar jendela. Melihat mobil ini melaju melewati pertokoan-pertokoan butik yang sering aku lewati. Apakah aku harus berdandan untuk bertemu dengannya? Apakah aku pantas berpenampilan menarik dihadapannya? Apa yang harus kulakukan?

“Apa kau lapar?”

Suara orang ini sangat-sangat menggangguku. Kenapa namja ini selalu mengganggu hidupku? Disaat aku diam aku merasa terusik hanya karena mendengar suaranya. Disaat aku banyak berbicara juga dia selalu mengusikku. Sayang sekali wajah tampannya yang membuatku agak sedikit memaafkannya. Jika tidak tampan, dia sudah kutendang dari awal karena berani mengatur-ngatur hidupku.

“Anio..”

“Kenapa kau lemas seperti itu? Apa kau sedang ada masalah?”

Masalah? Tentu saja. Berada disampingmu itu adalah masalah besar, tuan Lee. Aku menghela napas bingung harus menjawab apa.

“Hei, apa kau bisa membantuku?” tanyaku. Tiba-tiba saja sebuah ide melintas di otakku. Hyukjae menoleh sekilas menatapku.

“Mworago?”

*

Kami sudah berada di sebuah mall yang besar. Aku memintanya untuk menemaniku berbelanja. Aku yakin dia akan merasa lelah hari ini karena mana ada seorang namja yang betah menunggu seorang yeoja berbelanja? Rasakan kau Lee Hyukjae. Anggap saja ini pembalasan dendamku karena aku tidak bisa berbuat banyak untuk menghancurkanmu. Ikuti saja permainanku kali ini. Biasanya buttler-buttlerku yang dulu selalu menyerah dan akhirnya lebih menunggu di mobil daripada menemaniku. Bukankah itu melanggar aturan kerja untuk seorang buttler? Akan kubuat dia kalah telak karena ini.

Aku memasuki butik pertama meninggalkannya sendiri di luar pintu dan mulai memilih-milih baju. Tidak ada yang menarik di toko pertama aku masuk ke toko kedua, ke toko ketiga, ke toko empat, lima, enam hingga aku baru menemukan baju yang pas di toko ke tiga puluh tuju  tepat di lantai tiga. Aku tersenyum puas menghampiri Hyukjae sudah mendapatkan apa yang aku mau.

“Tuan Lee, apa kau sudah cukup lelah?”

“Anio, ini belum seberapa. Aku pernah mengantarkan temanku berbelanja sampai ke lantai lima belas.”

Bingo ! Aku rasa dia bukan manusia. Aku yakin seyakin-yakinnya dia adalah robot canggih. Tidak mungkin dia bisa sekuat ini. Kakiku saja mulai sakit padahal aku yang berkepentingan. Melihat ekspresi wajahnya yang tidak menunjukkan kekecewaan juga membuatku heran pada namja ini.

“Apa kau lelah? Jika iya aku akan menggendongmu.”

Aku menoleh ke arahnya tidak percaya. Apa aku tidak salah dengar ? Dia ingin menggendongku. Buttler-buttler ku yang dulu tidak pernah ada yang sampai menanyakan apakah aku ingin digendong atau tidak? Tapi sementara dia namja yang pernah sempat membuatku berpikir bahwa dia sangat menyebalkan tapi ternyata rela mengorbankan waktunya untukku dan ingin menggendongku?

“Baiklah, karena tidak ada jawaban kuanggap kau tidak mau digendong. Lagipula aku tidak ingin menggendong yeoja gendut sepertimu.” Ujarnya melangkah lebih dulu meninggalkanku. Kali ini emosiku benar-benar memuncak. Rasanya seperti sudah terbang tinggi tiba-tiba dia menembakkan sayapku hingga aku terjatuh mati di atas tanah. Tinggal mengubur mayatku saja karena ucapannya tadi.

Kulangkahkan kakiku dengan cepat. Penuh ambisi untuk melangkah lebih dulu darinya. Aku benar-benar kesal saat ini. Lain kali aku tidak akan memujinya lagi. Percuma saja memujinya tinggi-tinggi tapi pada akhirnya dia menjatuhkanku begitu saja.

Sepulang dari mall aku tidak banyak berkomentar seperti biasanya. Aku menuruti apa maunya. Mandi, makan malam, belajar, aku turuti tanpa basa-basi. Aku masih merasa kesal dengan kejadian tadi di mall.

“Hei, kenapa kau tidak banyak bicara seperti biasanya, tuan putri?” tanyanya. Aku hanya menarik napas pelan berusaha sabar ketika mendengar suaranya.

“Aku malas berbicara denganmu.”

“Apa aku ada berbuat kesalahan?”

Banyak, tuan Lee. Kau melakukan banyak-banyak kesalahan. Kau membuat emosiku selalu naik dan kau membuatku selalu memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari rumahku sendiri karena ada kamu sebagai penghuni di dalamnya.

“Anio, kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik dan eomma mungkin akan memberimu gaji tambahan.”

“Aku tidak digaji.”

“Mana mungkin aku percaya. Orang sepertimu yang lulus di sebuah universitas di Paris mana mau bekerja tanpa gaji.”

“Terserah kau saja.”

“Jika aku sudah berhasil hidup mandiri, kau akan pergi kan?”

Hyukjae terdiam. Kudengar dia menghela napas. Ada apa dengannya? Seperti tidak rela keluar dari rumah ini.

“Ne, aku akan pergi.”

Aku tertawa. Mudah sekali. “Baiklah. Aku memang tidak bisa memecatmu seperti buttler-buttler lainnya. Tapi aku mempunyai cara lain untuk membuatmu pergi dari rumah ini. Hidup mandiri, bukan begitu tuan Lee?”

“Aku tidak percaya kau bisa hidup semandiri itu.”

“Lihat saja nanti.”

Author’s POV

——————-

Di malam yang gelap dimana semua ruangan sudah memadamkan lampunya di rumah besar ini. Hyukjae sedang berdiri di balkon yang terhubung lewat ruang tamunya di lantai dua. Hyukjae memandang bulan yang bersinar dengan terang. Bulan ini mengingatkannya ketika umurnya menginjak tiga belas tahun yang lalu.

Flashback

“Oppa, kata eomma kau akan pergi besok?” tanya seorang gadis yang usianya baru enam tahun. Hanya tujuh tahun perbandingannya.

“Ne.”

“Kau tidak sedih meninggalkanku? Aku sangat sedih dan takut kehilangan oppa.” Ungkap gadis itu.

“Nenek meninggal, jadi aku harus meninggalkan Korea dan pergi ke Paris mengunjungi pemakaman nenek. Kata eomma disana ada sebuah menara yang tinggi sekali. Suatu saat kau harus melihat menara yang tinggi itu bersamaku.”

“Tentu saja. Oppa, bagaimana jika aku merindukanmu?”

“Kau hanya perlu berdoa saja setiap kali merindukanku.” Balas namja kecil itu. Mereka masih terus melangkah di jalanan kecil menuju rumahnya. Hyukjae menggenggam tangan disampingnya seolah-olah tidak ingin ada yang menculik gadis kecil yang sudah dianggapnya dongsaeng semenjak rumahnya bersebelahan dengannya.

“Jika kau merindukanku, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan berdoa juga?” tanya gadis disebelahnya. Gadis itu menatapnya sayu.

“Aku akan melihat bulan.”

“Bulan?”

“Ne.”

“Kenapa seperti itu, oppa?”

“Karena kepribadianmu selalu bersinar seperti bulan di mataku.”

“Jika langit mendung, kau tidak akan pernah melihat bulan.”

Hyukjae tersenyum menanggapinya. Kepalanya terangkat menatap bulan yang bersinar terang di atas kepalanya. Gadis kecil itu ikut mengangkat kepalanya menatap langit. Disana dia bisa melihat bulan yang bersinar penuh dikelilingi oleh bintang-bintang. Angin malampun semilir datang menyapa tubuh mereka.

“Jika langit mendung tiba, aku akan selalu menunggu hari esok untuk melihat bulan.”

Flashback end.

Hyukjae tersenyum mengingat masa kecilnya sebelum kepergiannya ke Paris. Sudah begitu lama hingga gadis itu tidak mengingatnya sama sekali.

Sungmin datang menghampiri Hyukjae yang dilihatnya sedang melamun. Sungmin menepuk pundak Hyukjae membuat namja itu menoleh ke belakang. Mereka saling senyum. Sungmin memajukan langkahnya ke depan berdiri tepat disamping Hyukjae.

“Kenapa kau belum tidur?”

“Mollayo. Kau sendiri?” tanya Hyukjae.

“Aku tidak bisa tidur. Apa kau memikirkan dongsaengku?”

Hyukjae melipat kedua tangannya masih menatap pemandangan genteng-genteng melalui rumahnya di malam hari.

“Hanwoo memang sedikit keras kepala. Aku harap kau bisa sabar menghadapinya. Dia terlalu merepotkanmu.”

“Dia terlalu manja.” Jawab Hyukjae.

“Ne, dia terlalu manja. Eomma dan Appa sangat menyayanginya.”

Sungmin menepuk pundak Hyukjae lagi berharap Hyukjae mau sabar menghadapi dongsaengnya yang terlalu manja itu.

Hanwoo’s POV

——————-

Kukancingkan kerah bajuku. Kulirik jam dinding berbentuk jantung di kamarku. Jarum jam menunjukkan tepat pukul tujuh. Akan kubuktikan bahwa aku bisa hidup mandiri. Tanpanya aku bisa menjalankan hidupku dengan baik. Jangan harap dia bisa meremehkanku karena eomma menyetujui keberadaannya dan seenaknya memperlakukanku seperti seorang tahanan penjara.

Aku keluar kamar bersamaan dengannya. Dia menatapku heran. Sepertinya dia hendak membangunkanku. Ahahaha, sayang Lee Hyukjae. Aku sudah bangun tepat waktu. Kami menutup pintu kamar masing-masing.

“Apa aku tidak salah liat? Tuan putri yang manja ini bisa bangun sepagi ini tanpa bantuanku?” tanyanya. Kusunggingkan senyumku. Dia belum tahu siapa aku? Lee Hanwoo. Yeoja yang mempunyai seribu akal licik dari orang-orang yang mengekangnya.

“Berhentilah mengatakanku tuan putri yang manja karena kau bisa lihat sendiri, kan? A-ku bi-sa tan-pa-mu !” ejaku pada akhir kalimat lalu pergi meninggalkannya.

Di kampus aku benar-benar puas ingin menertawakan Lee Hyukjae. Sepertinya dia saat ini sedang berpikir keras bagaimana caranya agar bertahan dirumahku hanya untuk gaji yang besar dari eomma. Biasanya eomma memang tidak tanggung-tanggung memberikan gaji sebanyak itu hanya untuk menjaga anak bungsunya yang satu ini.

Namja yang lulus di universitas terbaik dengan bodohnya mau menurunkan martabatnya demi sebuah uang itu. Oh, itu sungguh memalukan, bukan? Aku jadi tidak sabar melihatnya saat dia menjemputku sepulang dari kampus itu.

“Hanwoo-ya..” panggil seseorang dari arah belakang. Aku menoleh melihat Hyojin datang dan duduk dihadapanku. Kali ini dosenku sedang tidak ada jadi kelas kami sedang kosong.

“Ne, Hyojin-a. Ada apa?”

“Eungg, apa namja yang sering menjemputmu itu namjachingumu? Lalu bagaimana dengan Ryeowook-ssi?”

Kudelikkan mataku tidak percaya mendengar ucapannya. Namjachingu? Yang benar saja ! “Anio, dia hanya supir pribadiku.”

“Mworago? Supir pribadimu? Kenapa tampan seperti itu? Tapi bolehlah jika dia kau kenalkan padaku saja daripada kau sia-siakan seperti itu. Kau tahu, kau sedang menjadi pusat pembicaraan yeoja-yeoja satu kampus.”

“Maksudmu apa Hyojin-a?”

“Aiguu~, kau tidak mengerti maksudku apa? Sebagian besar yeoja-yeoja yang ada dikampus ini melihatmu selalu saja berada disamping namja tampan itu dan mereka semua menyukai supir pribadimu. Aku tidak percaya dia adalah supir pribadimu. Namja tampan itu pasti namjachingumu dan hari ini kau sedang bertengkar dengannya makanya kau memanggilnya supir pribadi. Mana mungkin namja tampan itu bekerja sebagai supir? Kau ingin membodoh-bodohiku?”

Hyojin menatapku sirik. Kuhela napasku. Obrolan yang tidak penting di pagi hari. Bagaimana bisa namja itu membuat teman-temanku menyukainya? Mereka hanya belum tahu bagaimana sifat aslinya. Sungguh menyebalkan. Dan kenapa bisa Hyojin berkesimpulan bahwa dia adalah namjachinguku? Ouuh!

*

Sedan hitam yang sering mengantarku kemana saja berhenti tepat di depanku. Mesin mobil itu tidak terdengar lagi. Seorang namja berjas parasut hitam dengan kaos hitam rolling stone dan bawahan jeans biru datang menghampiriku. Dia memakai kacamata hitam dengan gagang putih yang menempel di matanya. Rambutnya yang biasanya turun kini dibuat naik ke atas.

Inikah namja? Wajahnya bersinar seperti pertama kali aku bertemu dengannya di tempat ini. Untuk yang kesekian kalinya aku benar-benar terpesona lagi padanya. Hatiku berdebar ketika melihat senyumnya mengembang. Tangannya bergerak mempersilakanku masuk ke dalam mobil. Aku masuk ke dalam mobil memejamkan mata berusaha merasakan sisa parfumnya yang wangi.

Aku kalah. Setiap hari terlalu lelah memikirkan bagaimana cara agar membuatnya pergi jauh dari sisiku. Tapi jika melihatnya tampan seperti tadi, bagaimana bisa aku mengusirnya?

Aku membuka mata ketika pintu mobil disebelahku terbuka. Kupalingkan wajahku melihat keluar jendela. Aku baru menyadari beberapa yeoja mengelilingi mobil kami. Perkataan Hyojin tadi siang ternyata benar. Kenapa aku tidak menyadarinya sama sekali?

Kucoba menoleh ke arahnya. Dia memang benar-benar tampan. Pantas saja teman-temanku begitu menyukainya. Aku tahu dia sedang menoleh ke arahku tapi kepalaku sama sekali tidak ingin berpaling darinya. Wajahnya masih tetap putih bersinar. Bisakah kau untuk mengontrol ketampananmu dihadapanku?

“Waeyo?” tanyanya.

Cepat-cepat aku memalingkan wajahku sambil menggeleng-gelengkan kepala seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa padaku. Wajahku memanas. Ooouhh hentikanlah Lee Hanwoo ! Kau benar-benar yeoja yang memalukan.

“Kau ingin kemana malam ini?” tanyanya.

“Tentu saja pulang kerumah, makan malam kemudian belajar sesuai dengan jadwal yang setiap hari kau buat untukku.” Jawabku mencoba ketus. Kudengar dia tertawa. Sedan ini membawa kami pergi.

“Ternyata teman-temanmu nemo yeppo ya.”

Aku menoleh menatapnya. Apa dia menyukai salah satu dari teman-temanku itu? Oh, tentu saja ! Bagaimana bisa dia jatuh cinta kepada yeoja sepertiku? Dia sudah mengenal buruk sifatku. Aku tidak akan mungkin disukainya. Bolehkah aku menangis untuk kekalahanku?

“Karena kau sudah berusaha mandiri, malam ini aku akan membebaskanmu.”

Author’s POV

——————–

Taman Bermain Lotte Duty Free Department Store. Disinilah Hyukjae dan Hanwoo sekarang berada. Hyukjae berjanji malam ini akan membebaskan Hanwoo dari jadwal-jadwalnya. Dia yakin yeoja itu pasti akan senang sekali. Hyukjae merasa dirinya benar dengan apa yang sedang dilakukannya malam ini ketika melihat senyum sumringah dari bibir Hanwoo.

Hanwoo mulai berlari menuju permainan halilintar. Dia begitu antusias mengantri untuk menaiki wahana roller coaster yang dibuat berlari dengan kecepatan cepat seperti halilintar. Hyukjae hanya ikut pasrah dengan ajakan Hanwoo.

Datang-datang dari wahana hallilintar tersebut Hanwoo merasa perutnya seperti diguncang hingga akhirnya dia memuntahkan semua isi makanannya di tempat sampah. Hyukjae menepuk-nepuk punggung Hanwoo agar tubuhnya terasa membaik.

“Gwenchana? Lebih baik kita pulang saja.” Pinta Hyukjae.

“Anio.. Anio.. Kau tahu, aku tidak pernah ke tempat ini sebelumnya. Aku hanya bisa melihat dari layar TV saja.”

“Aku tidak percaya denganmu. Bisa jadi kan ini hanya akal-akalanmu saja agar kau tidak mau pulang?”

“Eomma melarangku pergi ke taman bermain karena dulu aku sempat hilang di tempat ini membuat eomma trauma. Jangan sampai eomma tahu aku pergi kesini.”

“Aigoo~ Apa aku harus berbohong dengan eommamu?”

Hanwoo tersenyum menarik pergelangan tangan Hyukjae mengajaknya berlari ke wahana yang akan dinaiki selanjutnya setelah ia merasa baikan.

Bianglala. Disinilah mereka sekarang. Wahana berbentuk seperti labu ini berputar ke atas perlahan-lahan. Hanwoo dengan takjub melihat pemandangan Seoul yang indah dari atas.

“Hei, jangan terlalu banyak bergerak, ini sudah hampir di atas.” Protes Hyukjae yang merasa terganggu karena Hanwoo yang sedang berdiri. Hanwoo duduk disamping Hyukjae mulai memandang namja itu dengan tatapan mengejek. Hanwoo mengancungkan telunjuknya tepat ke arah wajah Hyukjae.

“Kau takut kan? Eumm, bilang saja kau takut.”

“Mana ada seorang Lee Hyukjae takut pada ketinggian.”

Hanwoo tidak menjawab elakan Hyukjae. Malam ini moodnya sedang bagus. Sudah lama dia tidak menghabiskan waktunya jalan-jalan seperti ini. Hanwoo tidak sengaja melihat kepalan tangan Hyukjae yang menyiratkan dia sedang tegang dan gugup. Hanwoo tersenyum kemudian membuka telapak tangan Hyukjae lalu menggenggamnya erat. Hyukjae dan Hanwoo sama-sama menoleh.

“Kau tidak bisa membohongiku. Kenapa kau tidak bilang di bawah tadi bahwa kau takut pada ketinggian? Ini bisa membahayakan kondisimu.”

“Siapa bilang aku takut?”

“Kau masih tetap menyangkal, itu yang tidak aku sukai darimu.”

Hyukjae terdiam. Hanwoo pun ikut terdiam. Mereka berada dalam pikiran masing-masing. Perasaan berdebar-debar dari jantung mereka masing-masing. Perasaan gundah yang tidak pernah singgah sebelumnya.

Hanwoo’s POV

———————

Malam ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku memikirkan seseorang yang akhir-akhir ini sangat menjagaku. Dia benar-benar seperti malaikat penjagaku. Aku merasa dilindungi akhir-akhir ini. Berawal dari yang selalu dibuat kesal olehnya, hingga dia memperlakukanku sangat baik malam ini.

Aku duduk di sofa kamar yang menempel ke tembok. Ruangan di sebelah adalah ruangannya. Sedang apa dia? Apakah dia sudah tidur? Seandainya saja disini adalah ruangan transparan sehingga aku bisa melihat apa saja yang tengah dilakukannya. Termasuk melihatnya mandi dan keluar mengganti baju.

Kugelengkan wajahku. Wajahku memanas lagi mungkin akan memerah. Kenapa aku mempunyai pikiran picik seperti itu? Itu tidak boleh terjadi Hanwoo!!!

Aku mencoba menelponnya hanya ingin bertemu dengannya sekali lagi. Apa aku terlalu berlebihan? Dia seperti mencabik jiwaku dengan cepat. Perlakuannya di taman bermain tadi membuatku sangat bahagai malam ini.

“Waeyo?” tanyanya ketika mengangkat telponku.

“Apa kau sudah tidur?”

“Belum. Waeyo?”

“Aku lapar.”

“Tengah malam begini kau lapar? Buat makanan sendiri.”

“Aku tidak bisa memasak sama sekali. Apa kau mau membuatku mati kelaparan?”

“Araseo, turunlah ke bawah aku akan memasakkkanmu.”

Ada semburat senyum kepuasan ketika dia menyuruhku ke bawah. Aku akan menemuinya. Kutauruh iphoneku kemudian berlari loncat-loncat membuka pintu keluar dari kamar.

*

Aku memandangnya lagi. Dia sedang memotong cabai untuk masakannya. Dia ini manusia apa? Dia bisa melakukan apa saja yang aku mau.

“Aku mau mencoba..” ucapku. Hyukjae menyerahkan pisaunya padaku. Kuraih pisaunya kemudian memotong cabai melanjutkan pekerjaannya tadi. Hyukjae mulai sibuk merebus jajangmyun ke dalam panci.

“Hyukjae, kenapa kau betah tinggal bersamaku?” tanyaku penasaran. Pertanyaan ini sudah lama ingin kutanyakan padanya dan aku ingin mendengar apa jawabannya. “Orang lain banyak yang pergi karenaku tapi kau sendiri masih bertahan hingga sekarang.”

“Aku ini namja yang bertanggung jawab tidak lari dari pekerjaan.”

Hanya itu jawabannya? Tidak memuaskan. Jadi benar dia bertahan disini hanya karena gaji dari eomma? Menyebalkan.

“Aaah appo !”

Kujatuhkan pisauku ke lantai saat merasakan kulitku teriris pisau hingga mengeluarkan darah. Sakit sekali. Bahkan air mataku sampai keluar. Kugigit bibir bawahku menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh.

“Aiishh, kau ini benar-benar ! Ini yang kau sebut mandiri? Memotong cabai saja sampai terluka seperti ini..”

Hyukjae menyambar tanganku dengan cepat mengulum telunjuk kiriku di mulutnya. Aku masih terisak. Kurasakan kulumannya sangat kasar hingga membuatku perih.

“Hyukjae, ini sakit.. pelan-pelan..”

Kulumannya memelan di telunjukku. Memelan seperti ini malah membuatku terlena dengan ulahnya. Kutatap kepalanya yang menunduk. Aku bisa melihat dengan jelas wajahnya yang serius sedang menghisap darahku. Dia seperti vampire layaknya di dongeng-dongeng yang melegenda dari jaman dahulu itu.

Kuangkat kepalaku menatap wajahnya yang sedang serius mengulum telunjukku. Kenapa aku menjadi panas seperti ini? Melihat bibirnya yang begitu tipis membuatku ingin mencobanya sekali saja. Tapi itu tidak akan mungkin. Tangan kananku bergerak meremas bajunya menahan rasa gundahku karenanya.

Aku mengulum bibirku duduk di meja makan menunggu Hyukjae selesai memasak makanannya dan membawakannya ke meja makan. Tanganku sudah diperban olehnya dan menyuruhku untuk duduk menunggu disini.

Hyukjae datang menaruh semangkuk jajangmyun dihadapanku. Aroma jajangmyun ini mulai menyeruak ke dalam hidungku. Aku bersiap mengambil sumpit untuk menyantap jajangmyunku namun dia merampas sumpitku. Aku memencingkan mataku tajam ke arahnya.

“Jangan menatapku seperti itu. Jarimu sedang terluka, biar aku yang menyuapimu.”

“Tapi yang terluka kan tangan kiri, aku bisa menggunakan tangan kananku dengan baik.”

“Kau tidak bisa melihat kebaikanku?”

Tangannya mulai mengaduk-aduk jajangmyun di dalam mangkuk kemudian mengapitnya sedikit dan mengarahkannya tepat di mulutku. Benarkah? Apa malam ini aku tidak sedang bermimpi? Karena kebaikannya dia terlihat lebih tampan malam ini.

Author’s POV

——————-

Hyukjae menatap Hanwoo dari bawah sampai atas melihat pakaian yang dikenakan Hanwoo. Hari ini Hanwoo memintanya untuk mengantarnya ke sebuah mall dan dia mendapati Hanwoo berpakaian formal seperti ini.

“Kau mau pergi ke mall dengan pakaian seperti ini?” tanyanya.

“Waeyo? Aku hanya mengenakan dress dengan cardigan ini, memangnya kenapa?” Hanwoo membela dirinya sendiri. Matanya mulai melirik ke tubuhnya sendiri yang mengenakan dress hitam dengan aksen permata yang bersinar ketika terpantul cahaya lampu dan juga cardigan hitam yang menutupi pundak dan lengannya.

“Hanya ke mall kan? Kenapa harus dandan seperti itu? Ganti saja.”

“Kau kira aku akan pergi denganmu? Ryeowook mengajakku nonton jadi aku harus tampil menarik.”

DEG!

Hyukjae terdiam. Dia tidak mampu berkata ketika Hanwoo mengatakan hal itu padanya. Mau melarang tapi siapakah dia hingga berani melarang apa yang akan Hanwoo perbuat dengan namja lain selain dirinya? Dia bukan siapa-siapa.

Selama perjalanan suasana menjadi dingin. Hyukjae sama sekali tidak berbicara. Dia menatap lurus ke jalanan. Diam seperti itu membuat emosinya meningkat. Dia menginjakkan pedal gas menambah kecepatan laju mobilnya. Hanwoo sungguh takut melihat Hyukjae hari ini. Menurutnya diam seperti itu akan membuatnya tambah aneh.

Hanwoo’s POV

——————–

Aku bertemu Ryeowook di depan pintu masuk bioskop gate 1. Dia hari ini sangat tampan mengenakan kemeja hitam dan jeansnya tampak senada dengan warna dressku. Dia tersenyum menatapku. Ditangannya sudah siap satu kotak popcorn dan dua kaleng soft drink.

“Miane, apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama?”

“Anio, aku kira aku yang terlambat. Tapi syukurlah aku lebih dulu sampai.”

Syukurlah aku tidak terlalu telat. Ini karena accident di mobil tadi. Hyukjae hampir saja menabrak seekor kucing yang sedang menyebrang hingga dia menginjak pedal remnya dengan cepat dan sempat membuat kemacetan. Benar-benar payah. Ada apa dengannya hari ini? Dia begitu aneh. Kejadian tadi mengingatkanku pada kejadian dimana aku kecelakaan.

Ryeowook menggandeng tanganku mengajakku masuk namun aku masih terdiam. Entahlah hanya merasa ada yang aneh saja ketika dia menggenggam pergelangan tanganku.

“Ayo kita masuk. Filmnya sebentar lagi mulai.”

“Ah ne ..”

Selama film dimulai aku dapat menikmatinya. Kami menonton kungfu panda. Kulihat Ryeowook sangat menikmatinya. Pandanganku mulai tidak fokus. Ini terasa beda ketika aku berada di dekat Ryeowook dan ketika aku berada di dekat Hyukjae.

Dulu jantungku berdebar ketika Ryeowook berada disampingku. Kenapa hari ini perasaan itu hilang? Kemana semua rasa cinta itu? Apa aku sudah berpaling pada namja lain? Ryeowook menawarkan pop corn padaku namun aku menolak. Aku sedang tidak ingin makan popcorn. Yang aku inginkan saat ini adalah bagaimana caranya agar aku cepat-cepat menemui Hyukjae.

Aku memikirkan namja itu. Sedari tadi perasaanku tidak tenang. Apakah dia baik-baik saja? Kenapa waktu ini terasa begitu lama berputar?

Dua jam berakhir membuat perutku terasa sedikit lapar. Kami keluar dari bioskop. Aku memutuskan untuk pulang menelpon Hyukjae menyuruhku untuk menungguku di loby. Kami berjalan beriringan sampai loby mall.

Ryeowook menarik tubuhku hingga kami saling berhadapan. Kedua tangannya di pundakku. Dia menjadi lebih agresif tidak seperti biasanya yang terkenal lebih pemalu denganku malam ini. Ini terasa aneh buatku.

“Hanwoo-ya, aku ingin mengatakan sesuatu.”

“Ne?”

Apa yang ingin dia ucapkan? Kumohon jangan mengatakan hal yang membuatku merasa berdosa karena menolakmu.

“Aku mencintaimu. Aku mencintaimu sudah lama.”

Apa yang kutakutkan terjadi sudah. Dia mengungkapkannya begitu saja dihadapanku. Tangannya turun menggengam kedua tanganku. Sorot matanya begitu tulus menatapku. Lidahku kelu. Apa yang harus kulakukan sementara disisi lain aku sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi kepadanya.

“Hanwoo-ya bagaimana perasaanmu terhadapku? Kita selama ini sangat dekat. Kurasa aku anggap selama ini kita sedang melakukan pendekatan.”

“Wookie, lalu bagaimana dengan yeojachingumu?”

Alis Ryeowook bertaut mendengar pertanyaanku. “Yeojachingu?”

“Ne, Siapa yeoja yang memelukmu saat menyuruhku menemuimu di café bulan lalu?”

Ryeowook terdiam. “Kau melihatnya saat itu? Karena itu kau mengalami kecelakaan itu? Itu berarti kau menyukaiku? Wak.. Waktu itu Hanwoo-ya kau salah paham. Dia memang memelukku tapi aku tidak ada perasaan apa-apa pada gadis itu”

Aku mendesis. Kenapa jadi konyol seperti ini? Aku menggeleng.

“Wookie-ah aku memang menyukaimu. Sangat-sangat menyukai kepribadianmu. Tapi kau membuatku hancur waktu itu.”

“Aku juga menyukaimu. Sangat-sangat merasa nyaman jika berada di dekatmu. Miane, aku sangat merasa bersalah jika seperti itu tapi aku sama sekali tidak ada maksud untuk mengkhianatimu. Hari itu aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu yang sesungguhnya namun aku bertemu dengan gadis itu. Setelah itu aku menunggumu sangat lama dan mendengar kabar bahwa kau sedang berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Dan sekarang aku ingin meminta maaf. Maukah kau memaafkanku? Aku benar-benar mencintaimu dan sangat berharap agar kau menjadi yeojachinguku. Maukah kau, Hanwoo-ya?”

Aku terdiam. Ingin sekali rasanya menangis. Bukan seperti ini yang kumau saat ini Ryeowook. Jika saja kau mengatakannya dulu dan tidak memeluk yeoja itu yang membuatku cemburu setengah mati mungkin kita sudah berpacaran sampai hari ini tiba.

Masalahnya adalah ada seseorang yang sudah menggantikan posisimu saat ini. Dimana ketika aku sedang bersamamu wajahnya yang selalu tampak dipikiranku. Ini benar-benar membuatku sesak karena merindukannya.

Ryeowook tiba-tiba menarik tanganku dan dengan mudah bibirnya menempel di bibirku. Mataku mendelik. Bibirnya bergerak melumat pelan-pelan bibirku. Aku tidak kuasa. Ryeowook menciumku dengan lembut tapi bayangan Hyukjae semakin jelas dipikiranku. Dengan cepat aku mendorong tubuhnya.

“Miane.. Aku menyukai seseorang. Miane..”

Aku membungkukkan badanku pada Ryeowook sebelum aku memutuskan pergi mencari Hyukjae. Entah kenapa aku sangat takut namja itu melihatku karena aku sedang menyuruhnya datang ke loby. Lebih baik aku cepat meninggalkan tempat ini dan mencari Hyukjae.

Entah kenapa aku merasakan bahwa aku dan Hyukjae memiliki perasaan yang sama. Rasa cinta yang mulai tumbuh akhir-akhir ini. Maka dari itu, maafkan aku Ryeowook ..

Hyukjae’s POV

———————

Aku memukul stir kemudi. Kucoba untuk menenangkan diri namun tidak bisa. Aku melihatnya tadi. Melihat dengan mata kepala sendiri bahwa namja yang bernama Ryeowook itu mencium bibir Hanwoo. Kukepalkan tanganku. Ingin sekali rasanya aku menghajar namja itu namun siapa aku di posisi ini? Untuk apa yeoja itu berani-beraninya menyuruhku datang ke loby? Apakah untuk memperlihatkan padaku bahwa dia adalah yeoja hebat yang bisa berciuman dihadapannya?

Untuk apa aku harus menunggunya resah sendirian di dalam mobil sedari tadi sementara dia sedang bersenang-senang dengan namja itu di dalam sana? Handphoneku berdering. Melihat sebuah nomer yang tidak kukenal menelponku. Kuangkat telpon itu dan mendengar suara eomma di sebrang sana.

“Anakku, where are you?”

I’m at mall, eomma. Why?”

Nope. Eomma sudah berada di Seoul saat ini, kau bisa menjenguk eomma kapan pun yang kau mau.”

Akhirnya eomma sampai juga di Seoul. Sebelum aku berangkat ke Seoul eomma sempat berepsan padaku agar aku menunggunya di Seoul karena Beliau akan menyusulku cepat. Eomma menepati janjinya.

Voila ! How is your vacation, honey? Is it fun, right?”

Kulihat Hanwoo sudah berjalan mendekati mobilku. Fun? Entahlah. Perasaanku campur aduk belakangan ini.

“Eomma nanti aku hubungi lagi.”

W..Why?”

‘KLIK-‘

Kutaruh dengan cepat handphoneku di kotak dashboard dibawahmusic player bersamaan dengan masuknya Hanwoo ke dalam mobil. Aku berusaha mengatur napasku dengan baik agar dia tidak tahu bahwa aku sedang resah karena ciuman itu.

“Kenapa kau tidak menjemputku di loby? Apa kau sudah bosan menjadi buttlerku?”

“Mungkin saja.” Ucapku sembari menghidupkan mesin mobil. Aiish kenapa aku jadi seperti ini? Kau tidak boleh terlalu ketus dihadapannya, Hyukjae !

“M..Mworago? Baiklah kau bisa berhenti besok jika kau mau. Jika kau yang meminta eomma pasti akan menyetujuinya.”

“Lihat saja besok apakah aku masih tetap tinggal atau terus bersamamu.” Jawabku. Entah kenapa aku masih marah padanya. Aku sama sekali tidak bisa mengontrol emosiku. Sebenarnya bagaimana perasaanya terhadapku? Belakangan ini dia bersikap baik padaku, siapa tahu akan jadi seperti ini? Apa dia sengaja memperlihatkannya dihadapanku agar aku cepat keluar dari rumah ini?

Author’s POV

——————–

“Hanwooo !!!! Banguuunn !!! Kau sudah telat, aigoooo !!! Paliwaa !!” teriak Sungmin membangunkan Hanwoo yang masih tertidur nyenyak. Yeoja itu menggeliat menarik selimutnya seperti biasa ketika Hyukjae pertama kali membangunkannya.

“Hyukjae hentikan, hari ini aku tidak ingin ke kampus..”

“Hyukjae? Aku oppamu, Lee Sungmin !!!”

Mendengar Sungmin berteriak menyebut namanya bukan Hyukjae membuat Hanwoo bangkit dari tidurnya. Matanya mulai mencari-cari kemana sosok Hyukjae. Dia teringat dengan ucapan Hyukjae kemarin malam. Apakah dia benar-benar akan berhenti?

“Lihat saja besok apakah aku masih tetap tinggal atau terus bersamamu.”

‘Apakah dia bosan denganku? Atau dia sudah menemukan yeoja lain yang jauh lebih baik dariku? Kalau begitu bagaimana caraku agar bisa menjalani hari-hari esok dengan baik jika tidak ada seseorang yang membuatku semangat akhir-akhir ini?’

“Oppa, Hyukjae dimana?”

“Dia mengatakan berhenti bekerja padaku. Kau sih, dia pasti sudah tidak tahan dengan sikap manjamu. Apa kau senang Hanwoo-ya karena sudah berhasil membuatnya berhenti sama seperti buttler-buttler sebelumnya yang kau pecat?”

Hanwoo mulai merasakan sakit yang merambat di hatinya. Merasakan saluran nadinya yang seperti terhambat mendengar ucapan Sungmin oppanya tadi hingga dia menggigit bibir berusaha menahan tangis yang hendak pecah keluar dari mata. Dia hanya tidak ingin menangis dihadapan oppanya.  Ada apa dengan Hyukjae? Bahkan dia tidak sempat mengucapkan salam perpisahan pada Hanwoo.

Hanwoo’s POV

———————-

Pergi ke kampus pagi ini diantar Sungmin oppa. Benar-benar terasa beda. Aku menoleh melirik Sungmin oppa yang sedang fokus menyetir. Pakaiannya sudah rapi karena sehabis mengantarku ke kampus oppa akan langsung pergi ke kantor.

Selama di kampus aku benar-benar tidak tahu arah. Mendengarkan dosen hanya berhasil masuk telinga kanan keluar telinga kanan lagi alias tidak ada satu pun ucapan dosen yang berhasil kucerna di otakku. Aku sama sekali tidak berniat untuk pergi ke cafetaria untuk sekedar membeli makanan. Perutku tidak lapar sama sekali. Kepalaku berat.

Kupandangi layar iphoneku. Kosong. Tidak ada satu pun pesan masuk atau telepon masuk dari namja itu. Kemana dia? Bahkan Sungmin oppa tidak tahu dimana dia berada. Apa dia benar-benar ingin berhenti dari pekerjaannya?

Kupandangi iphoneku sekali lagi. Ingin sekali aku menelponnya hanya untuk mendengar suaranya. Kuambil iphoneku lalu menekan-nekan tombol di layar untuk menelponnya. Aku sungguh ragu ketika nada telpon pertama berbunyi. Hatiku berdebar. Bagaimana jika dia mengangkat telponku? Apa yang harus kukatakan?

“Hanwoo-ya !!”

Seseorang memanggilku membuatku otomatis menekan tombol endcall kemudian menaruh iphoneku di atas meja. Aku menoleh melihat Hyojin tersenyum menghampiriku. Aku ikut tersenyum menatapnya. Hyojin duduk di bangku disampingku.

“Waeyo Hyojin-a?”

“Aku membawa kabar terbaru untukmu.”

“Mwoya?”

“Ryeowook-ssi berpacaran dengan Nam Pureun anak kelas manajement busana. Aigu~ Kurasa mereka mengalami cinta lokasi.”

Mataku membulat mendengarnya. Seulas senyum tipis tersungging dari bibirku tapi sekejap aku menunduk lemah. Aku mengenal Phu Reun. Kudengar-dengar dia menyukai Ryeowook sudah lama. Mereka adalah teman sekelas. Tapi, apakah secepat itu? Perlahan kuangkat kepalaku menatap Hyojin mencoba tegar dihadapannya.

“Jeongmal? Akhirnya dia bisa menemukan pasangannya.”

“Mwo? Memangnya kau tidak menyukainya lagi? Kenapa nada suaramu tidak menunjukkan adanya kekecewaan?”

“Kurasa kami hanya pantas untuk berteman saja.”

“Ada apa dengan kalian berdua? Ah tentu saja karena kau kan sudah memiliki si namja tampan itu, hihihi.”

Dari lubuk hatiku yang paling dalam, jujur aku ingin menangis saat ini. Mendengarnya mengatakan Ryeowook sudah mempunyai yeojachingu membuatku tambah ingin membunuh Hyukjae. Karena Hyukjae aku menolak seseorang yang sudah lama aku kenal dan kusukai. Aku malah lebih memilih orang yang baru datang dikehidupanku yang juga belum begitu mengenal betul bagaimana sifat dan latar belakangnya.

Hyukjae’s POV

———————-

Aku duduk di jok kemudi memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang pulang-pergi dari Yeon Univercity. Beginilah caraku memantaunya. Beginilah caraku untuk melampiaskan rinduku selama aku meninggalkannya.

Kuhidupkan mesin mobilku ketika aku melihat orang yang tengah kucari berjalan keluar. Wajahnya begitu sayu. Apakah dia sakit? Apakah dia sudah makan? Dia terus berjalan. Untuk apa dia berjalan kaki seperti itu?

Aku mengikutinya pelan-pelan dari belakang dengan mobilku yang kulajukan sangat pelan. Dia masih tetap sama dan anggun membuatku tak henti-hentinya terpesona dari yeoja yang sudah lama kutunggu-tunggu.

Namun karena sesuatu hal aku tidak bisa lagi menjadi penjaganya. Dia tidak mungkin menyukaiku. Dari awal caraku untuk mendekatinya sudah salah. Seharusnya aku bersikap lembut padanya. Bagaimana mungkin dia bisa menaruh hati padaku? Itu tidak akan mungkin. Daripada kami bertengkar terus-menerus dan tambah membuat memperburuk hubungan kami jadi kuputuskan untuk berhenti saja.

Lagipula eomma dan dongsaengku sudah kembali dari Paris. Waktuku tersita banyak untuk mereka. Mereka memintaku untuk mengantar mereka pergi kemana-mana. Shopping di mall, jalan-jalan di Jeju, itu membuatku lelah dan emosi.

Handphoneku berdering. Kulihat layar handphone bahwa Sunny menelponku. Sunny adalah dongsaengku.

“Yeoboseyo?”

“Oppa! Eodiga?”

Suara cemprengnya membuatku sedikit menjauhkan handphoneku. Itu sungguh menggangu dan merusak indra pendengaranku.

“Aku sedang di perjalanan pulang. Waeyo?”

“Oppa, bisakah kau antarkan aku ke Myungdeong? Ada sesuatu yang harus kubeli.”

“Aiish oppa sedang sibuk, tidak bisakah kau berbelanja sendiri?”

“Eungg .. Oppa jebal temani aku.”

“Aiishh baiklah, baiklah.”

Kenapa semua yeoja selalu saja menyusahkanku? Kumatikan handphoneku menaruhnya di jok sebelah lalu menekan pedal gas. Mobil ini melaju melewati Hanwoo yang sedang berjalan. Dari spion dalam aku masih melihat sosoknya yang sedang melangkah.

“Jeongmal bogoshipunda..”

Hanwoo’s POV

———————-

Aku tersenyum melihat Ryeowook sudah membawa nampan yang diatas berisi beberapa pesananku dengannya. Pulang kampus aku memintanya untuk bertemu di sebuah café. Aku merasa bersalah padanya waktu itu. Dia sangat baik padaku namun aku tidak bisa berbuat baik padanya.

“Tada~ Pesanan sudah datang.”

Ryeowook menaruh nampannya di atas meja. Dia menarik kursi lalu duduk dihadapanku. Aku mengambil bagianku beserta soft drink yang kupesan begitu juga dengannya. Kutaruh nampan itu di samping.

“Kajja makan makan! ini sangat enak.” Ryeowook terdengar begitu antusias menyuruhku makan. Aku mulai menyisit ayamku lalu menyuapi kemulutku dengan nasi.

“Wookie-ah ..”

“Ne?”

“Aku meminta maaf untuk yang kemarin.”

Ryeowook terdiam. Kepalanya terangkat menatapku. Aku tahu Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal yang kemarin.

“Masalah ciuman itu kenapa harus kau yang meminta maaf? Justru aku yang bersalah.”

Aku menunduk tersenyum. Kuangkat kepalaku menatap wajahnya yang penuh dengan ekspresi penyesalan.

“Aku mendengar bahwa kau sudah memiliki yeojachingu.”

“Secepat itukah kabarku menyebar?”

“Mollayo aku tahu dari Hyojin.  Aku sangat senang akhirnya kau bisa menemukan pasangan hidupmu.”

“Ne ..”

“Kita masih berteman bukan?” tanyaku memastikan. Aku tidak bisa jauh dari namja ini apalagi berpikiran untuk bermusuhan dengannya. Ryeowook menganggukkan kepalanya.

“Tentu saja. Aiishh kenapa jadi mellow seperti ini, kajja habiskan makananmu nanti keburu dingin.”

Aku mengangguk senang melihat ekspresinya yang sama sekali tidak terbebani. Aku anggap masalah kami sudah berakhir dengan baik.

“Nam Pureun menyukaiku sudah lama tapi aku baru membalas cintanya. Miane.” Ucapnya kemudian. Aku memikirkan perkataannya. Aku tidak tahu bahwa gadis itu menyukai Ryeowook juga sama sepertiku.

“Tidak perlu mengucapkan maaf. Kau tidak salah dan memang seharusnya kau menerima cinta gadis itu.”

Ryeowook mengulum bibirnya. Kepalanya mengangguk pelan. Aku tersenyum melihatnya. Dia mengerti ucapanku.

“Lalu bagaimana dengan namja yang kau sukai? Kau harus cepat menyusulku.”

Mendengar ucapan Ryeowook yang menyemangatiku membuatku tambah ingin menangis. APa yang harus aku katakana dihadapannya? Apa aku harus mengatakan bahwa namja itu memberikan harapan palsu? Namja itu kabur karena tidak tahan dengan sikapku? Ini sungguh memalukan.

“Dia .. Sangat baik.” Ucapku akhirnya. Apakah benar dia sangat baik?

*

Lalu dimana aku harus mencari pasangan hidupku sekarang? Sungai Han yang aku duduki sekarang setelah pergi makan bersama Ryeowook membuatku sedikit tenang. Kutekuk kedua lututku lalu memeluknya menahan rasa dingin yang menghampiri tubuhku.

Mengingat masa-masa disaat aku masih membenci Hyukjae dan entah kapan dan mengapa aku bisa dengan cepat jatuh cinta padanya. Dia bisa membuatku berdiri tanpa Ryeowook tapi sekarang siapa yang membuatku bisa berdiri tanpanya?

Dia namja yang luar biasa. Entahlah darimana eomma bisa mendapatkan namja seperti orang itu. Dia seperti kembang api yang masuk ke dalam tubuhku. Meletup-letup di organ-organ dan syaraf-syaraf tubuhku disaat aku berada disisinya namun terasa sakit ketika dia meninggalkanku tanpa kabar.

“Tuan Putri, apa kau benar-benar ingin tidur denganku malam ini?”

Suara itu masih menggema di pikiranku. Aku benar-benar membencinya..

Sekali lagi aku berpikir bahwa aku bukanlah yeoja yang pantas untuknya. Aku hanyalah gadis manja yang sering dia katakan padaku.

Air mata ini mengalir membasahi pipiku. Tanganku bergerak masuk ke dalam air sungai mencoba memainkannya di dalam sana. Kulihat ada bayanganku yang nampak di air sungai Han. Bayangan yang tak begitu jelas. Beginikah bayanganku disaat aku sedang merindukannya?

Author’s POV

——————-

Hanwoo menyeret kakinya lemas memasuki pintu gerbang yang dibuka oleh pengawal yang khusus dipekerjakan di rumah ini. Yeoja itu melewati tamannya sampai dia mendekati rumahnya. Dia melirik sebuah mobil sedan berwarna hitam sudah terpakir di depan rumahnya.

“Ini mobil eomma. Apa eomma dan appa sudah pulang?”

Hanwoo masuk ke dalam dan benar saja melihat kedua orang tuanya berdiri resah menunggunya. Kedua orang tuanya melangkah menghampiri Hanwoo.

“Aiguuu !!! Kau kemana saja? Daritadi eomma dan appa menelpon, apa kau tidak kasihan kepada kami? Gara-gara kau juga eomma memarahi oppamu.”

“Kalian sudah pulang? Miane, aku pasti membuat kalian repot.”

“Ah sudah.. sudah .. Kita sudah terlambat, mereka pasti sudah menunggu kita dari tadi. Appa tunggu di mobil.”

Pria yang menyebut dirinya appa itu melangkah keluar meninggalkan istri dan anaknya. Hanwoo membalikkan badannya menatap appanya yang sudah menjauh. Nyonya Lee menarik Hanwoo untuk mengikutinya.

“Eomma !! Kita mau pergi kemanaaa~~~ ?” teriak Hanwoo.

*

Hyukjae duduk di meja restoran bersama keluarganya. Sedari tadi hatinya sungguh resah melirik arlojinya berulang kali. Pikirannya pergi kemana-mana dan pandangannya tidak fokus. Melihat eomma dan appanya yang duduk tenang sedari tadi membuatnya tambah resah dan ingin mual.

Sunny mengetahui oppanya sedang resah akan bertemu seseorang sebentar lagi. Seseorang yang sudah lama dinanti-nantikannya semenjak oppanya pergi ke Paris dan kesempatan itu benar-benar datang ketika ibunya ingin menjodohkannya dengan yeoja yang memang benar dia inginkan ketika ibunya memberikan selembar poto seorang yeoja yang selama ini ingin ia temui.

Sunny menyenggol lengan Hyukjae. Hyukjae mengalihkan pandangannya ke arah Sunny yang tersenyum meledek ke arahnya.

“Kau pasti resah kan? Apa kau yakin dia mau bertunangan denganmu hah? Aku hanya takut melihatmu bunuh diri karena calon tunanganmu kabur tidak mau dijodohkan. Mana ada anak muda jaman sekarang yang masih mau dijodohkan? Hhh~”

Hyukjae mendekatkan wajahnya ke telingan Sunny. “Aku akan membuatnya menyukaiku.”

Sunny mencibir. “Tapi kenapa calon kakak iparku lama sekali? Seperti apakah dia? Apakah dia cantik sekali?” tanya Sunny. Yeoja itu selalu bertanya pada Hyukjae mengenai bagaimana seorang putri idamannya itu. Hyukjae hanya bisa tersenyum.

“Dia gadis yang penuh aura, tidak sepertimu.” Ujar Hyukjae meledekku.

“Yaaak, apa maksudmu? Jika aku tidak memiliki aura, bagaimana denganmu?” kesal Sunny.

Tak lama pintu restoran ini terbuka. Semua mata tertuju tiga orang yang melangkah masuk. Hyukjae sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada mata yeoja yang selama ini ia harapkan. Berharap malam ini akan menjadi malam yang indah setelah pertemuan ini.

Eunhyuk’s POV

———————

Rasanya seperti setahun tidak bertemu dengannya. Padahal aku baru meninggalkannya tiga hari sudah terasa lama bagiku. Tidak melihat wajahnya yang tertawa karenaku, tidak mendengar desakannya karena marah ketika aku menyuruhnya untuk mengikuti peraturan-peraturan yang selama ini kuberikan untuknya.

Dia terlihat seperti tuan putri dengan gaun putih selututnya. Make-upnya tidak terlalu tebal namun mampu memperlihatkan sinar di wajahnya bahwa dia adalah gadis yang penuh cahaya malam ini.

Hatiku tidak usah dipertanyakan lagi karena sedari tadi jantungku berdetak tidak karuan. Apa yang harus kulakukan sebagai seorang namja ketika melihat yeoja yang tidak tahu bahwa aku adalah orang yang akan dijodohkan dengannya? Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Mengenai ciuman dengan Ryeowook kemarin, aku takut sekali bahwa mereka sudah menjadi pasangan kekasih. Lalu bagaimana denganku? Aku harus menanggung malu semua itu jika benar itu terjadi dan juga rasa sakit hatiku yang mungkin tidak akan terbayar.

Kulihat keningnya berkerut ketika melihatku. Kesan pertama dia seperti terkejut kenapa aku ada di tempat ini juga. Tangannya mulai terangkat setengah dan menunjukku. Kedua orang tua kami saling berkenalan namun mata kami tidak bisa lepas satu sama lain.

“Hanwoo-ya sudah lama tidak melihatmu. Apa kau masih ingat dengan bibi?”

Matanya berpaling kepada suara eomma yang menyapanya lebih dulu. Kening Hanwoo berkerut. Ingatan gadis itu benar-benar tidak baik sepertinya. Bagaimana bisa dia melupakan kami sedangkan di ingatakanku, aku masih mengingat masa lalu dengan baik. Gadis itu menggeleng.

“Aigu~ Wajar saja jika kau lupa. Aku paman yang dulu pernah kau mintai gendong setiap hari. Dulu sewaktu kecil kau sangat suka bermain dengan Hyukjae. Paman masih ingat betul bagaimana kau menangis karena tidak mau dipisahkan dengannya.” Riuh tawa dari keluarga kami terdengar karena ucapan appa.

Seharusnya appa tidak usah menceritakan hal yang seperti itu padanya.

“H.. Hyukjae ..?”

Dia memanggilku. Apakah dia mengingatku? Hatiku benar-benar resah. Aku tidak tenang karena detakan jantungku yang berdetak hebat. Sepertinya dia mulai kebingungan.

Author’s POV

——————–

Kedua orang tua mereka menyuruh Hyukjae mengantar Hanwoo pulang kerumah sepulang dari makan malam yang berlangsung baik bagi kedua orang tua mereka karena sekaligus reuni karena mereka dulu sempat menjadi tetangga tapi berlangsung akward untuk dua orang yang dijodohkan itu.

Hanwoo duduk disamping kemudi menggigit bibirnya. Dia berusaha mengontrol emosinya yang ingin keluar karena melihat namja ini hadir lagi di kehidupannya. Menurutnya Hyukjae bagaikan angin yang datang dan pergi seenaknya saja tanpa permisi dengannya.

Entah hatinya seperti apa hari ini, ini seperti pukulan yang keras ketika mendengar eommanya mengatakan bahwa dia akan segera ditunangkan oleh Hyukjae dan namja ini hanya diam begitu saja. Hanwoo sempat tersedak dan membuat malu dirinya di hadapan keluarga Hyukjae hingga ia memutuskan pergi ke kamar mandi.

Dia benar-benar membenci Hyukjae saat ini. Tidak tahu apakah dia harus senang bertemu lagi atau tidak. Hyukjae seperti penipu di matanya. Emosi Hanwoo semakin bertambah ketika Hyukjae menghidupkan mesin mobil. Hanwoo menoleh menatap Hyukjae.

“Kau penipu !” sergah Hanwoo. Hyukjae terdiam menatap semak-semak belukar yang ada didepan matanya membiarkan Hanwoo mengeluarkan emosinya.

“Kau menjadi buttler untukku kemudian menghilang lalu muncul lagi dengan kabar pertunangan ini !! Kau juga tidak mengatakan bahwa kau adalah Hyukjae oppa. Hyukjae oppa yang dulu sangat kucintai. Hyukjae oppa yang selalu kutunggu kiriman surat-suratnya hingga kau membiarkanku melupakanmu. Bahkan kau berjanji untuk mengunjungiku setiap hari namun apa? Kau membohongi gadis kecil Lee Hanwoo yang saat itu masih berusia enam tahun. Saat itu aku sudah mengenal apa yang dinamakan bagaimana rasanya dikhianati, Lee Hyukjae. Itu semua karenamu !”

“Bahkan kau menghilang tidak memberi kabar padaku. Kau membuatku kecewa untuk yang kedua kalinya. Lalu sekarang kau ingin ditunangkan denganku dan membuatku kecewa untuk ketiga kalinya Kau juga membuatku harus menahan tangis setiap merasakan sakit karena kekecewaanku itu.”

Hyukjae menoleh ke arah Hanwoo ketika mendengar yeoja itu menangis di dalam mobilnya. Hyukjae berusaha menenangkan pikirannya.

“Kau mendengarku Lee Hyukjae?” nada Hanwoo mulai melemah. “Bahkan jika kau meminta maaf itu tidak cukup.” Sambungnya lagi.

Hyukjae menarik napasnya. “Jika permintaan maafku tidak cukup bagimu, kau bisa menghentikan perjodohan ini.”

Hanwoo tersenyum kecut. Bahkan dia tidak tahu bagaimana perasaan namja yang ada dihadapannya ini. Kadang dia bersifat lembut padanya, kadang kasar, kadang juga tidak mau tahu apa yang sedang di alaminya.

“Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu terhadapku. Kau datang memanggil namaku waktu menjemputku pertama kali di kampuskemudian melemparku kasar masuk ke dalam peraturan-peraturan yang kau buat. Menjagaku seperti tuan putri yang entah aku tahu apa kau menjagaku secara tulus atau hanya sebuah pekerjaan. Selama bersamamu juga aku merasa nyaman. Tapi ketika rasa nyaman itu ada kau malah pergi tanpa sebab hingga hari ini kau datang lagi dengan semua pengakuan itu. Aku benar-benar membencimu, Hyukjae-ssi.”

“Meninggalkan orang yang sudah lama kukagumi hanya karena orang baru yang perlahan-lahan mengusik hidupku, kaulah orangnya Lee Hyukjae. Hanya kau yang mampu membuatku seperti ini. Aku membencimu.”

Hanwoo menghapus air mataku sembari membalikkan badan hendak keluar dari mobil ini mencoba menahan rasa malu karena sudah mengungkapkan yang sejujur-jujurnya dihadapan orang yang disukainya akhir-akhir ini. Seperti apa dirinya dimata Lee Hyukjae saat ini?

Hyukjae tidak sanggup lagi diam sedari tadi. Dia tahu diam adalah cara yang terbaik, tapi melihatnya ingin keluar dari mobil ini apakah diam masih menjadi cara yang tepat membiarkan Hanwoo pergi meninggalkannya ?

Hyukjae menarik Hanwoo ke dalam dekapannya. Dengan cepat bibirnya menempel di bibir Hanwoo. Yeoja itu terdiam. Entah apa yang ada dipikirannya. Bibir yang selama ini dinanti-nantikannya untuk menciumnya akhrinya bergerak perlahan-lahan mengulum bibirnya.

Hanwoo menggerakkan bibirnya. Membiarkan tangannya yang perlahan-lahan jatuh memeluk pinggangnya.  Hyukjae menjulurkan lidahnya membuat Hanwoo semakin terlena dengan permainan lidahnya sekejap di rongga mulutnya. Mereka saling lepas memandang mata dihadapannya masing-masing. Tidak menyangka akan melalui tahap ini.

“Bagaimana kau bisa lari tanpa mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu?” Hyukjae mencoba selembut mungkin. Matanya masih mencoba menatap mata Hanwoo.

“Karena aku membencimu !”

“Gadis manja, apa kau masih bisa membenciku setelah merampas bibirku tadi?”

“K-Kau !! Seharusnya aku yang mengucapkan hal itu padamu !!!”

Hyukjae tersenyum mendengarnya. Sudah lama dia tidak mendengar hardikan Hanwoo. Hyukjae melingkarkan kedua tangannya di pundak Hanwoo lalu menempelkan keningnya di kening Hanwoo. Matanya menatap turun ke mata Hanwoo yang menatap matanya ke atas.

“Miane. Begitu banyak kekecewaan yang telah kuperbuat untukmu. Seandainya surat-surat itu berhasil kukirim ke Seoul pasti kau tidak akan kecewa seperti ini lagi. Disana aku menunggu surat-suratmu juga. Membayangkan seperti apa kau di dalam surat itu namun tak ada satupun kau mengirimiku surat sesuai janjimu. Ketika aku mengirimkan surat, hampir setahun aku menunggu balasannya ternyata kau sama sekali tidak membalas. Surat-surat itu ternyata gagal terkirim karena alamatnya kurang jelas. Aku menunggu sampai hari ini berharap aku bisa bertemu denganmu lagi. Hanya ini yang bisa kulakukan. Pura-pura bekerja menjadi buttler untuk menjaga seorang tuan putri yang sangat manja. Aku hanya takut jika aku langsung mengatakan diriku bahwa aku adalah Lee Hyukjae, kita menjadi sangat canggung.”

“Apakah surat-suratku benar tidak sampai? Aku mengirimkannya bersama Sungmin oppa.”

Hyukjae menggeleng. “Anio. Hmm .. Lupakan masalah surat itu, itu hanya masa lalu.”

“Baiklah kita membahas yang saat ini sedang terjadi. Kemana kau selama tiga hari itu?”

“Kau tidak melihatku selama tiga hari kemarin?” tanya  Hyukjae.

“Tentu saja tidak. Kau pergi tanpa mengucapkan apa-apa padaku, aku benar-benar membencimu.”

“Aku ada disekitarmu walaupun kau tidak melihatku.”

Hanwoo merasa merinding ketika mendengar ucapan Hyukjae seperti itu. Yeoja itu memukul lengan Hyukjae membuat namja itu meringis.

“Yak, kenapa kau memukulku?”

“Kau jangan berkata seperti itu lagi ! Kau tahu, aku takut sekali dengan hal-hal mistis.”

Hyukjae memandang Hanwoo. Senyumnya belum memudar karena betapa rindunya dia dengan gadis yang beberapa hari terakhir mampu mewarnai hidupnya.

“Lalu ciuman siapa yang lebih manis, aku atau Ryeowook?” tanya Hyukjae. Hanwoo membuka mulutnya menjadi bulat. Dia tidak menyangka Hyukjae akan bertanya seperti itu padanya.

“K-kau melihatnya?”

Hyukjae menarik napas mengalihkan pandangannya sekejap kemudian menatap tenang Hanwoo. “Aku cemburu.” Jawab Hyukjae singkat. Bola mata Hanwoo membesar kemudian yeoja itu tertawa terbahak-bahak memegang perutnya.

“Yak, kau meledekku?”

“Buahahaa kau cemburu?”

“Yak, jangan main-main padaku kalau tidak ingin kutiduri.”

Hanwoo menutup mulutnya cepat dengan jari.

“Kenapa kau diam hmm? Kau tidak mau kutiduri?” Hyukjae semakin memajukan tubuhnya mendesak Hanwoo hingga tubuhnya bersandar pada joknya.

“Ngg .. Bukan begitu .. Ngg..” Hanwoo tidak dapat berkata-kata. Hyukjae mendesis melihat Hanwoo yang sedang gugup. Telunjuk dan ibu jari kanannya melengkung menyentil kening Hanwoo yang menyipitkan matanya. Hanwoo meringis menyentuh keningnya yang perih sementara Hyukjae tertawa puas.

“Appooo ~” teriak Hanwoo.

“Jadi hubungan kita bagaimana?” tanya Hyukjae.

Hanwoo menunduk terdiam. Dalam diam senyumnya mengembang perlahan. Ketika kepalanya terangkat wajah Hyukjae sudah berkisar tiga cm dari wajahnya. Hanwoo menelan ludahnya perlahan mencoba menenangkan rasa gugupnya ketika bibir itu kembali menempel di bibirnya. Bibir atas Hyukjae bergerak mencecap bibir Hanwoo lembut. Hyukjae melepas ciumannya.

“Jeongmal saranghaeyo, Lee Hanwoo.”

“Nado saranghae, Lee Hyukjae.”

The End

Halooo semuaaa !!! Lama tidak comeback. Maaf ya readers mungkin agak kecewa karena admin jarang update. Bukannya tidak memikirkan blog ini, tapi kegiatan lagi padat-padatnya. Ini FF ku yang baru. Jika ada yang tidak tahu buttler saya akan menjelaskan disini. Buttler itu sejenis asisten pribadi atau orang kepercayaan. Buat yang tahu lebih dalam tentang buttler silahkan dikomen ehehe.

Dapet inspirasi tema kayak gini gara-gara ada seminar di kampus tentang buttler. Kok kayaknya menarik ya?? Hihihi ya sudah jadi seperti ini. Semoga pada suka dan semoga karakternya mau pas ya. Takut jelek dan pada ga suka >///<

Maaf juga alurnya terlalu cepat yah .. habis .. ini sudah panjang kayaknya. Kalau buat berpart aku takut mentok jadi yah kubuat oneshoot …

Disana saya bubuhkan bahasa inggris , maaf jika tensesnya tidak benar ya >///< I speak English just a little . hhuhuhu. Terima kasih sudah membaca. Mohon komentnya ^^ terima kasih.

31 thoughts on “[ONESHOOT] Perfect Buttler

  1. sukaa bgt 🙂 udah lama bgt d tunggu2 ff nya saeng..kesan pertama kemunculan eunhyuk aura ketampanannya terasa bgt..nyata bgt 🙂
    ternyata temen kecil..daebak,, alurnya pas kok saeng,, semuanya jelass..sweet namjanya d tunggu bgt ^ ^

    Suka

  2. aq pikir dr ff bagian awal, kyu yg pantes jd castny
    tp semenjak(?) ada kata ‘meniduri’ itumah hyuk bgt kkk
    umm first kiss ny Hanwoo berarti ama wokie? #PLETAK
    *pertnyaan gaje_ _”)

    Suka

    • kyaaa pureun onnie muncul ^^ xixixixxii~~~~
      ya sana dah kencan dulu sama wookie. hihii.
      maachi sudah mau dibaca yah >///< maaf pendek dan wookienya tak pinjem wkwkw.

      Suka

  3. Woaaaa daebak chingu, di sini kesan hyuk jae bener2 kyk namja cool, perfect, n dewasa bener2 kerasaaaa banget. Jauh dari kesan hyuk jae di dunia nyata.. *sok tau.

    Tapi tetep otak yadongnya bener2 ga bisa ilang. Hehehe

    Suka

  4. YAAAAAAAAAA !!!!!!!!!
    I’m cominggg :3
    Hiiihhh diolasss !! Aku lg diuyak hyukje kok kamu bikin ff macem begini T____T

    Aku suka endingnyaaa ><
    Suka part "lalu ciuman siapa yg lebih manis, aku atau ryeowook" hiiiihh aku mau dicium yukje T__T

    Dan sepertinya ini ff agak2 narsis yaa, haha What is kupu2 cantik ?? -___-"

    "Termasuk melihatnya mandi dan keluar mengganti baju" lee hanwoo buwang tii ….

    Hyukjaeyaaaa saranghaeeee #tidurinaku

    Suka

    • baca sequelnya onn., kekeke ~~~
      iya kan aku emang kupu2 cantik duuu …
      ah itu yang akan kulakukan jika satu rumah dengan hyukjae. melihatnya mandi keluar ganti baju. kyaa kyaaa…

      Suka

  5. huhuhuhuhu duuu. Indah sekali buttler mu. Bole pnjem?? #plak
    Itu kok hyuk ngancem meniduri sperti itu duu?? Kok daebak??
    Bikin sequel kehidupan setelah kalian menikah duu. ♡♡

    Suka

    • enak aja main pinjem2. dia tidak akan kupinjamkan kepada siapapun. ahahhaa. iya duu soalnya tubuhku sexy jadi dia ngancem terus ingin meniduriku. kyaaaa~~~
      duu baca sequelku :))

      Suka

  6. akhirnya couple iniiii
    saya kangen…
    belum sempet baca tp ternyata sekuelnya udah keluarrr………makanya mau rapel
    saya kangen kopel ini…
    saya kangen sama sweet namja….

    Suka

  7. Hyojin dataaaaaaangssssss!!!!
    /ketokin high heels

    Aku mau buttler kaya yukjeeeeeee…
    ;;____;;
    Tp mau gimana lagi..udah kyu yg jadi buttlerku *lho
    Hanwoo-ya, bayaran jadi cameo manah?
    xD

    Tuan putri..kupu2 cantik..bener kata onnie nopa..you being narsist here..hanwoo-ssi..kkkk
    Ah tp sukaaakk..
    Scene papolit..pas di mall..nemenin belanja..
    Hohohoho
    “Rasanya seperti sudah terbang tinggi tiba-tiba dia menembakkan sayapku hingga aku terjatuh mati di atas tanah. Tinggal mengubur mayatku saja karena ucapannya tadi.”
    Trolollolololololol kok aku ngakak pas bagian ini??

    Yg dikampus itu juga..komennya yukje yg bilang temen2 dikampus hanwoo itu neomu yeppeo..pasti hyuk liat hypjin disitu..
    /raba abs hyuk
    /lari ke sekuel

    Suka

  8. uda lama ngak ehhh ada ff hanwoo hyukjae….
    so sweet deh mereka,,,, bilang saling suka j susah bgt sih pake harus ditinggal dulu n yg cwo y haru pergi gt….
    akhir y hanwoo y ngaku juga…. happy ending…

    Suka

  9. ‘masalah terbesar adalah berada disampingmu, tuan lee’ wrong wayy #sentilonnihanwoo
    kangen hyukcullen ……………………………..
    duh hyuk nih manis , kissnya jg manis :$

    Suka

Leave a Comment ...