[Oneshoot] How To Love

how to love

 Author: HW2704 •Cast: Lee Hyukjae – Hanwoo – Doojoon ‘Beast’– and Other Cameo • Genre : Angst – Straight – Romance • Length: oneshoot

 
Author’s POV
——————-

Hanwoo memasuki gerbang aula Anyang High School. 10 tahun sudah berlalu ketika dia meninggalkan sekolah yang hampir 3 tahun bersamanya. Suasana reuni sangat ramai. Beberapa orang yang masih dia ingat menyapanya bahkan ada beberapa teman yang dia lupa siapa namanya turut menyapanya. Siapa yang tidak kenal Lee Hanwoo siswi berbakat di Anyang High School 10 tahun yang lalu?

Seorang wanita berbalik hampir menabraknya. Hanwoo terkejut melihat siapa wanita yang ada dihadapannya sekarang. Choi Hyojin. Dua wanita itu saling tatap. Hyojin mencoba mengingat-ingat sepertinya dia kenal dengan wanita dihdapannya.

“Apakah kita saling mengenal?” tanya Hyojin.

“Anio ..” Hanwoo menggeleng. Dia bersyukur wanita ini tidak mengingatnya karena sesuatu telah terjadi di masa lalu.

“Hmm.. Baiklah.”

Hyojin berlalu dari hadapan Hanwoo membawa champagne dan cake ditangannya. Hanwoo membalikkan badan melirik sebentar ke arah Hyojin – lalu melangkah lagi mencoba mencari teman-temannya. Akhirnya dia menemukan 4 pria sedang mengobrol di sudut. 4 Pria yang dikenalnya sebagai sahabat sewaktu SMA. Hanwoo menghampiri mereka perlahan-lahan. Fokusnya semakin mendekat kepada seorang pria yang berdiri diantara Siwon dan Donghae. Hanwoo memperhatikan lagi satu persatu senyum sahabatnya mulai dari Donghae, Kyuhyun, Siwon dan …

“Hyukjae?”

Panggil Hanwoo pada salah satu pria – berharap pria yang dipanggilnya menoleh ke arahnya. Lee Hyukjae menghentikan aktivitas mengobrolnya dengan beberapa temannya beralih menatap seorang wanita yang tersenyum sangat manis padanya. Hyukjae sedikit terkejut dengan kedatangan wanita itu. Dia kedatangan seorang wanita yang sudah lama tidak dilihatnya. Melihat Hanwoo datang kembali lagi padanya merubah perasaannya menjadi tidak karuan. Tidak ada persiapan. Wanita yang selama ini pergi dan ingin dilihatnya kembali kini berdiri dihadapannya.

“Hanwoo? Lee Hanwoo!” Donghae sedikit berteriak memanggil nama wanita yang berdiri dihadapan Hyukjae. Hanwoo menyelipkan rambutnya di telinganya. Bibir dan matanya tersenyum menyapa beberapa pria termasuk Donghae yang sedang berdiri memegang champagne.

“Hanwoo-ssi, sudah lama kita tidak berbicara, ayo gabung.” ajak Cho Kyuhyun.

“Yaa, kau tidak ingin mengajak gabung mantan kekasihmu hah?” bisik Siwon pada Hyukjae. Pria itu gelagapan. Salah tingkah melihat Hanwoo yang sudah berdiri disampingnya. Acara Reuni alumnus Anyang High School berangsur ramai seiring berjalannya waktu.

“Sepuluh tahun sudah tidak pernah bertemu. Aku sangat merindukan kalian.” Ujar Choi Siwon diiringi gemingan tawa dari mereka yang memenuhi tempat di sudut gedung. Mereka dulu berteman sangat baik. “Hanwoo-ssi, bagaimana kau bisa datang kesini? kudengar kau menyelesaikan kuliahmu di Eropa?” Imbuhnya lagi.

“Sekolah mengundangku untuk datang. Darimana kau tau aku melanjutkan kuliahku di Eropa?” tanya Hanwoo penasaran. Choi Siwon sempat melirik ke arah Lee Hyukjae lalu melirik Hanwoo lagi. “Hanya tahu dari beberapa orang. Entahlah sudah lama aku mengetahuinya.” Siwon seperti tidak ingin memberitahu Hanwoo bahwa orang yang memberitahu keberadaan Hanwoo adalah Hyukjae.

“Paris? Istriku sangat ingin sekali mengajakku pergi kesana.” Imbuh Donghae.

“Istri? Donghae-ssi, apa kau sudah menikah?” tanya Hanwoo terkejut mendengar ucapan Donghae. Donghae mengeluarkan senyum segarisnya. Bibirnya sangat tipis sekali sehingga menjadi favorit para wanita sewaktu masih duduk di bangku SMA.

“Eiii, kau tidak tahu dia sudah menikah dan memiliki tiga anak dengan Cho Yoora?” terang Kyuhyun memincingkan matanya ke arah Hanwoo. Hanwoo membentuk mulutnya menjadi bulatan ‘O’ tanda dia terkejut dengan ucapapa yang diucapkan Kyuhyun. Hanwoo menggeleng takjub.

“Jinjayo? Cho Yoora dari kelas B? Lalu kenapa dia tidak datang?”

“Yoora sedang mengandung lagi. Kandungannya sudah 8 bulan ..” Ucap Hyukjae. Hanwoo menoleh ke arah Hyukjae. Tidak sengaja saling memandang. Sedikit canggung untuk berada dihadapan seseorang yang pernah menjadi belahan jiwa. Hyukjae mengulum bibirnya seolah-olah dia bersikap biasa saja. Padahal dia juga sangat canggung.

♥♥♥

Sepulang dari acara reuni, Hanwoo sedang berdiri di tepi jalan. Sedaritadi dia melambaikan tangannya mencoba untuk menghentikan taxi. Namun satupun tidak ada taxi yang mau berhenti. Tiba-tiba sebuah mini cooper tepat berhenti di depannya. Kaca mobil itu perlahan-lahan turun memperlihatkan seorang pria yang tengah menyapanya.
Hanwoo sedikit gugup melihat Hyukjae tengah menyapanya. Dia mencoba sedikit tersenyum menyapa Hyukjae. Sama sekali dia tidak bisa bersikap tidak baik kepada pria ini. Walaupun sesuatu telah terjadi di masa lalu, hubungan mereka yang sedikit rusak. Seperti telur yang jatuh, hancur begitu saja.

“Perlu tumpangan?” Hyukjae mencoba menawari.

“Ani.. Anio..” Hanwoo menolak ajakannya untuk menumpang di mobilnya. Dia sedikit sungkan terhadap mantan kekasihnya itu.

“Aigo gwenchanayo. Chakkaman.”
Hyukjae membuka pintu mobilnya kemudian berlari menghampiri Hanwoo. Rintik-rintik salju mulai turun di tengah musim dingin ini. Hyukjae membuka pintu untuk Hanwoo – mempersilakan wanita itu untuk masuk dengan tangannya. Hanwoo seperti tuan putri yang dilayani oleh seorang pelayan.

“Masuklah. Aku akan mengantarmu. Tidak akan ada taxi karena ini sudah larut. Kau bisa kesusahan. Cuaca juga sedang tidak baik.” Pinta Hyukjae sedikit terbata-bata. Dia benar-benar canggung sekali.

“Aku hanya akan merepotkanmu saja.”

“Anio, aku tidak berpikir seperti itu.”
Hyukjae berhasil mengantar Hanwoo. Dia mencoba duduk dengan baik walaupun hatinya sedang tidak tenang. Hyukjae tetap fokus pada setirnya. Dia hanya ingin mempunyai hubungan yang baik dengan Hanwoo setelah dulu mereka putus secara tidak baik. Jujur dia sangat merindukan Hanwoo. Mendengar bahwa Hanwoo kuliah di luar negeri, Hyukjae sangat menyesali perbuatannya di masa lalu.

“Bagaimana kabarmu , Hanwoo-ya?” Hyukjae mulai basa-basi. Mendapat kesempatan berdua dengan Hanwoo dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk lebih banyak berbagi cerita dengan Hanwoo.

“Kabarku sangat baik. Bagaimana denganmu?”

“Mmm.. Aku baik-baik saja.”
Hyukjae tidak yakin menjawabnya. Apakah dia baik-baik saja selama ini? Keadaan sungguh canggung lagi. Hyukjae sempat menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. Dia mencoba memikirkan beribu-ribu pertanyaan yang sudah ia siapkan namun hilang begitu saja hanya karena dia sedang gugup.

“Sekarang kau kerja dimana?”

“Aku membuka sebuah butik kecil. Kau bisa datang bersama kekasihmu untuk membeli baju yang kubuat.”

“Oh ya? Kau membuatnya lalu menjualnya? Benar-benar desainer sejati.”

“Tentu saja. Untuk apa aku belajar jauh-jauh tapi aku tidak bisa mengaplikasikannya sama sekali?”

“Ya .. Ya.. Ya.. Kau memang berbakat sejak dulu.”

Hanwoo tersenyum sumrigah dipuji seperti itu oleh Hyukjae. Pria itu mulai menyadari perubahan mantan kekasihnya. Hanwoo semakin cantik dan juga sangat sukses. Dia sangat menyesal dengan perbuatannya dulu yang malah menyia-nyiakan Hanwoo.

“Dimana butikmu?”

“Di daerah Gu ro. Kau sendiri kerja dimana?”

“Aku membuka resort di daerah Jeju. Seminggu sekali aku pergi kesana untuk mengeceknya.”

“Sekarang kau sangat sukses.” Puji Hanwoo.

“Apa aku bisa meminta kartu namamu?” tanya Hyukjae. Dalam hati dia berharap Hanwoo bisa memberikan kartu namanya untuknya. Karena dengan itu dia bisa dengan mudah menghubungi Hanwoo.

♥♥♥

“Kau sedang dimana?”
Yoon Dujun menanyai Hanwoo melalui telepon. Hanwoo beranjak ke atas ranjangnya. Dia duduk bersandar pada papan – memangku gulingnya lalu mencari posisi nyaman untuk duduknya.

“Aku sedang di kamar. Kau sendiri?”

“Aku di teras. Bagaimana reunimu? Apakah menyenangkan?” Dujun bertanya sambil menatap rerintikan salju yang mulai turun.

“Mmm.. Menyenangkan. Aku bertemu dengan teman-teman lama. Kau tahu, aku juga bertemu dengan mantanku yang dulu.” Hanwoo begitu jujur tapi ini malah membuat Dujun tertawa pelan. Dia tidak akan bisa menemui wanita sejujur Hanwoo.

“Yaa, apa kau ingin membuatku cemburu sekarang, hmm?”

“Jika kau tidak cemburu artinya kau tidak mencintaiku.”

“Siapa bilang aku tidak mencintaimu? Hanya saja waktu untuk bertemu denganmu sangat sulit.”

“Dua hari lagi aku akan menontonmu. Kita akan bertemu. Apa kau sudah bersiap-siap mengemas pakaianmu?”

“Aku membutuhkanmu untuk menyiapkan itu semua.” Bisik Dujun.

“Kau ingin aku datang sekarang menyelinap? Bisa saja. Tapi aku tidak bertanggung jawab jika ketahuan dan kau akan di skors.”

“Haha, aku bercanda. Kau tahu, aku sangat merindukanmu.”

“Na.. Do..”

“Kita harus merayakan sesuatu di hari Valentine nanti. Ayo kita bertemu..” pinta Dujun.

“Jinja? Apa kau libur di hari itu?”

“Mm nee aku libur. Kau tidak ingin bertemu denganku?”

“Tentu saja ingin.”

“Baiklah, aku akan menunggumu. Kita bahas nanti lagi. Ini sudah malam. Kau harus tidur lalu temui aku besok, araseo?”

“Hmm.. Araseo.”
Dujun mematikan teleponnya lebih dulu begitu juga dengan Hanwoo menaruh handphonenya kemudian menarik selimut untukk tidur. Dujun melangkah masuk ke dalam kamarnya melihat Kikwang masih asyik dengan teleponnya. Mungkin saja dia sedang browsing mengenai news SNSD karena dirinya adalah fans dari kesembilan wanita-wanita itu.

“Kau tidak tidur?” tanya Dujun.

“Belum bisa tidur.”

“Tidurlah, besok kita harus bangun pagi-pagi untuk latihan.” Dujun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya masih menatap langit-langit. Dirinya tidak sabar untuk menunggu dua hari lagi. Hanwoo akan datang padanya. Dia sudah lama sangat merindukan wanitanya namun schedule latihan yang padat dan masa karantina di asrama membuatnya jarang bisa menemui Hanwoo. Dujun berharap pada hari yang dinantikannya adalah hari yang cerah …

♥♥♥

Lee Hyukjae duduk di sofa kamarnya. Dia memandang sebuah kartu nama yang berhasil dia dapatkan dari Hanwoo. Kartu nama berwarna pink namun terdesain dengan elegant. Dia tahu betul ini adalah ciri khas Hanwoo. Hyukjae mendesis. Niatnya ingin menelepon Hanwoo namun dia masih malu.

2005 at Anyang High School

Saat itu di hari yang cerah. Di sebuah lorong sekolah yang sudah sepi karena sudah jam pulang siswa-siswi Anyang High School. Hanya ada beberapa orang yang masih berlalu-lalang. Hyukjae yang rencananya masih ikut seminar dia memilih untuk tidak pulang. Dia masih di dalam kelas dengan seorang temannya juga, Choi Hyojin. Wanita itu duduk disebelah Hyukjae. Sambil menunggu jam seminar datang. Mereka sedikit berbicara.

Entah kenapa Hyukjae memperhatikan gaya bicara Hyojin yang terus mengoceh namun tidak menghilangkan kesan manis dari wanita itu. Dia mendapat perintah dari keinginannya untuk lebih mendekatkan lagi jaraknya kedekat Hyojin. Kini jarak mereka sudah dekat. Hanya berjarak 3cm. Hyojin terdiam. Wanita itu tidak memberikan penolakan atau tamparan.

“Kau sangat cantik.” Puji Hyukjae. Hyojin menyunggingkan senyumnya. Selama ini dia juga mengagumi Hyukjae. Menginginkan suatu hal dari pria ini yaitu diperhatikan. Karena dia tahu Hyukjae sudah memiliki seseorang ini membuatnya kesusahan. Tapi mendengar bahwa pria ini sedikit playboy mungkin dia masih mempunyai harapan untuk merebut Hyukjae dari Hanwoo.

Hyukjae berhasil mendaratkan ciumannya di bibir Hyojin. Entah pemikiran apa yang datang hingga dia bisa mengkhianati hubungannya dengan Hanwoo. Entah kenapa dia tidak berpikir bagaimana hari esok dan berpikir bahwa dia hanya hidup untuk hari ini saja. Kesempatan tidak datang hanya sekali maka dari itu dia tidak ingin melepaskan kesempatan emas itu. Tangannya menyentuh pipi Hyojin mengelusnya dengan manis. Mereka berdua berciuman di dalam kelas yang hanya ada tiga orang di dalamnya. Hyukjae, Hyojin dan …

‘Brak’’
Hyukjae menghentikan aktifitasnya ketika mendengar sesuatu yang terjatuh. Mereka berdua menoleh dan terkejut melihat Hanwoo yang berdiri di ujung pintu. Hanwoo membiarkan canvas dan peralatan melukisnya terjatuh. Perbuatan Hyukjae membuatnya sedikit gemetar. Dia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya yang sedang sakit. Bahkan berlari menampar pria itu seperti di drama-drama. Inilah yang terjadi. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ha.. Hanwooya!” teriak Hyukjae. Dia hanya merasa khawatir. Hanwoo melihatnya lagi berciuman dengan seorang gadis lain. Hyukjae bangkit menghampiri Hanwoo. Cepat-cepat Hanwoo mengambil peralatan melukisnya lalu meninggalkan kelas ini.

Dia tidak hanya meninggalkan kelas ini tetapi juga meninggalkan sekolah ini. Meninggalkan kenangan-kenangan yang ada di dalamnya. Semenjak saat itu Hanwoo tidak berkabar. Teman-teman dekatnya mencarinya bahkan menelepon ke rumahnya. Tidak ada yang mengangkat. Tidak ada yang tahu Hanwoo dimana. Hingga akhirnya informasi dari guru yang mengatakan bahwa Hanwoo sudah pindah sekolah. Membuat beberapa temannya begitu sedih.

Semenjak saat itu dirinya sangat menyesali perbuatannya. Hyukjae tersadar bahkan sampai saat ini dia mencoba merubah dirinya untuk setia pada seseorang. Itu membuatnya tidak bisa mencintai seseorang dengan serius selain Hanwoo. Dalam hati dia membuat janji pada dirinya sendiri. Jika bertemu Hanwoo sekali lagi hal yang diinginkannya adalah memperbaiki kesalahannya dimasa lalu. Dia tidak akan lagi menyakiti Hanwoo. Bahkan Hyukjae menyisakan satu tempat kosong untuk Hanwoo di relung hatinya. Wanita manapun tidak ada yang bisa mengisi relung hati itu.
Dia benar-benar tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan Hanwoo pada reuni kemarin. Benar-benar di luar dugaannya Hanwoo akan datang walaupun saat itu dia pindah sekolah. Hanwoo tetap baik pada dirinya karena mau memberikan kartu nama ini. Dengan cepat Hyukjae mengambil handphone dan kartu nama Hanwoo. Dia mencatat dan menyimpan nomor itu dengan baik.

♥♥♥

Dua hari pun berlalu. . .
Hari yang cerah benar-benar hadir di hari pertandingan itu. Yoon Dujun tengah bersiap-siap berjalan ke tengah lapangan dengan teamnya. Matanya mencari-cari seseorang yang duduk di VIP seat . Para penonton mulai bersorak-sorai ketika melihat kedua team idamannya keluar dari bawah tribun berjalan ke tengah lapangan. Dujun akhirnya melihat seorang wanita yang sedang berdiri sendirian di VIP seat. Hanwoo melambaikan tangannya agar kekasihnya melihat. Dujun tersenyum mebalasnya dan melayangkan kedua jempolnya ke arah Hanwoo.

Pertemuan Hanwoo dengan Dujun tidak disengaja. Waktu itu Hanwoo kembali dari Paris. Baru beberapa hari di Korea, kakak iparnya meminta dirinya untuk menggantikan posisinya sebagai manager team sepakbola. Kakak iparnya cuti melahirkan. Tepat dua tahun yang lalu awal bulan April. Sebuah hadiah ulang tahun yang indah Tuhan memberikan Dujun padanya. Setelah dia begitu susah melupakan seseorang di masa lalunya, Lee Hyukjae. Setelah dia mengobati lukanya dengan baik. Dia bertemu dengan seorang pria yang bisa membuat hatinya berdebar lagi. Dia sangat menyukai leader dari team sepak bola itu.

Putaran pertama, Dujun bermain sangat baik. Bajunya basah karena terik dari sinar matahari. Hanwoo jadi menyukai bola karena Dujun. Dia juga ikut mengantar Dujun ke Brazil pada world cup tahun lalu. Banyak hal yang sudah dia lakukan bersama Dujun selama dua tahun ini. Namun belum ada tanda-tanda untuk kelanjutan hubungan mereka. Hanya saja dia sedang menunggu Dujun melamarnya. Dia selalu bertanya-tanya di dalam hati, akankah Dujun melamarnya?

Dujun berhasil mencetak gol pertama yaitu 1:0 membuat team lawan sedikit kualahan dan mulai mengatur strategi. Dujun berlari diikuti teman-temannya ke sudut lapangan. Dia bersujud karena begitu senang berhasil mencetak gol. Hanwoo berdiri melayangkan kedua jempol pada Dujun yang tersenyum melihatnya.

Permainan kembali dimulai. Kini permainan berangsur sengit karena team lawan tidak ingin kalah dari team Dujun. Mereka berusaha merebut bola dengan cara apapun walaupun beberapa pemain dari team lawan sudah kena kartu kuning oleh wasit. Mereka sedikit kasar. Yoseob telah dibuatnya jatuh berkali-kali karena dorongan yang disengaja oleh team lawan.

Hanwoo kemudian menerima telepon. Dia mengeluarkan handphonenya kemudian berlari keluar untuk mengangkatnya. Di waktu yang bersamaan Dujun terjatuh ketika menggiring bola ke dekat gawang. Seorang lawan telah sengaja membuatnya terjatuh. Tubuhnya berguling tiga kali dan kepalanya menghantam gawang. Kepalanya mengeluarkan darah. Pertandangingan dihentikan untuk beberapa menit menunggu pihak kesehatan datang memeriksa keadaan Dujun.

♥♥♥

“Aku Hyukjae.”

“Ah kau . Ada apa?”

“Bolehkah aku datang ke butikmu hari ini?”

“Hari ini aku sedang tutup. Miane.” Ujar Hanwoo.

“Ah begitu. Kalau begitu apakah aku bisa datang besok? Aku ingin melihat butikmu siapa tahu saja ada yang menarik.”

“Boleh, kau bisa datang besok.”

“Baiklah kalau begitu sampai jumpa besok.”
Hyukjae menutup teleponnya. Hanwoo terdiam sebentar memandang handphonenya. Dia hendak meluruskan pikirannya bahwa Hyukjae akan membelikan baju untuk kekasihnya. Dia tidak ingin terlalu percaya diri setelah apa yang pernah pria itu lakukan terhadap dirinya. Dia sudah mengumpulkan keberaniannya untuk datang ke reuni sekolahnya kemarin karena Anyang High School yang mengundangnya.

Hanwoo adalah murid berprestasi di sekolahnya. Dia sangat berbakat dalam urusan melukis dan mampu membawa nama baik sekolahnya pada saat mengikuti lomba yaitu mendapat juara dan sebagai pelukis terbaik dikalangan anak remaja Korea. Sangat disayangkan perpindahannya padahal beberapa bulan lagi dia harus mengikuti ujian nasional.
Hanwoo memutuskan untuk kembali menonton Dujun. Dia mencari seatnya. Para penonton berteriak lagi. Ada yang aneh dilihatnya. Dia tidak melihat Dujun bermain. Apa pria itu sedang ijin untuk ke toilet? Hanwoo melihat ke arah pemain cadangan. Tidak ada sosok Dujun disana.

“Jogiyo, kemana pemain Yoon Dujun?” Hanwoo memutuskan bertanya pada salah seorang pria disebelahanya.

“Dia baru saja diangkut ke dalam karena cidera. Taeyang tidak sengaja membuatnya terjatuh membuat kepalanya membentur gawang.”

“Cidera? Ah .. Kamsahamnida.”
Mendengar hal itu Hanwoo berlari keluar. Dia mencoba menelepon Dujun namun Dujun tidak membawa handphonenya. Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon kakak iparnya menanyai dimana kekasihnya.

♥♥♥

Seoul Hospital Centre.
“Kau sudah tidak apa-apa. Hanya cidera ringan, kau tidak bisa bermain dulu sampai cideramu sembuh. Kira-kira sebulan.” Ujar Hwang Minrin kepada Dujun yang sedang duduk di atas ranjang. Dujun di bawa ke rumah sakit karena lukanya harus ditangani oleh tim medis.

“Apa tidak apa-apa jika aku tidak bermain?”

“Gwenchana. Tapi kau tetap berada di dalam asrama mengikuti aturan yang ada.”

“Hhh aku kira aku boleh keluar dengan bebas berkencan dengan Hanwoo.” Kesal Dujun.

“Jika kau berani itu artinya kau tidak mempunyai masa depan yang baik lagi Yoon Dujun. Hanwoo akan mengerti dengan kegiatanmu. Apa yang kau khawatirkan lagi?”

Pintu Unit Gawat Darurat ini terbuka perlahan-lahan. Hanwoo berdiri di ujung memperhatikan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Dia mencari sosok Dujun dan menemukannya di bilik kiri. Dia berlari menghampiri Dujun. Hanwoo sedikit manyun melihat keadaan Dujun yang kepalanya di perban dan tangan kirinya tertekuk diikati perban yang menggantung di leher pria itu.

“Biarpun cidera, kau tetap jarang bertemu Dujun. Kau harus mengerti pekerjaannya.” Ujar Hwang Minrin pada Hanwoo. Hanwoo semakin merengut.

“Apa kau tidak cuti hamil lagi biar aku saja yang mengganti tugasmu? Atau tidak ada lowongan pekerjaan disana biar aku bisa merawat Dujuni?”

“Aiigoo kau ini. Ada hanya saja di bagain cleaning service. Kau akan ditugaskan untuk membersihkan toilet.”

“Baiklah aku bersedia melamar ke tempatmu kalau begitu.”

“Yaak, aku yang tidak setuju. Tetaplah menjadi desainer karena itu pekerjaan yang kau suka.” Ujar Dujun. Tangan kanannya menarik Hanwoo mendekati tubuhnya. Hanwoo mendekap lengan kanan Dujun menyandarkan kepalanya disana. Hwang Minrin merasa terganggu dengan pemandangan ini.

“Huhuhu baiklah aku akan membayar obatnya dulu.”
Hanwoo senang mendengar kakak iparnya yang mengalah membiarkan dirinya dengan Dujun berduaan. Dujun menoleh ke arah Hanwoo merapikan anak-anak rambut Hanwoo yang berantakan.

“Kau pasti lelah berlari mencariku kesini.”

“Gwenchanayo. Apa terasa sakit?”

“Mmm.. Tapi besok pasti sakitnya hilang. Apa kau melihatku tadi mencetak gol?”

“Ne, kau memang jjang !” Hanwoo melemparkan satu jempolnya untuk Dujun.

“Hanya satu jempol?” protes Dujun. Hanwoo melepas rangkulannya hendak memberikan dua jempol pada Dujun tapi dia malah mengecup bibir pria itu pelan. Tidak peduli mereka sedang beradegan mesra di rumah sakit. Dipenuhi orang-orang yang sedang menahan kesakitan di ruangan ini. Dujun tertawa malu.

“Kau nakal sekali..” geram Dujun memeluk Hanwoo.

♥♥♥

Dujun mengantar Hanwoo pulang. Mereka habis makan malam berdua kemudian memutuskan untuk jalan kaki pulang ke rumah Hanwoo. Mereka sampai pada sebuah rumah di kawasan Gangnam. Di depan gerbang berwarna hitam Dujun menghentikan langkahnya.

“Sudah sampai.”

“Kau tidak ingin menginap disini?” tanya Hanwoo sedikit meminta.

“Bagaimana bisa? Kalau saja bisa aku mau sekali tidur memelukmu.” Dujun memperagakan sebuah pelukan dengan memeluk dirinya sendiri. Melihat Dujun yang manja seperti itu, Hanwoo menarik tangan kanan Dujun yang tidak cidera.

“Sekali saja, menginaplah. Aku benar-benar rindu.”
Mendengar hal itu Dujun terdiam. Menatap serius Hanwoo. Tangan kanannya menyentuh wajah Hanwoo. Mengelusnya pelan. Tatapan tajamnya mampu membuat Hanwoo bungkam. Tatapan tajam nan masih terasa manis menjadi favorit Hanwoo ketika bertemu Dujun. Dujun mencium bibir Hanwoo. Mereka masih terlihat mesra. Tidak lama Dujun melepas ciumannya.

“Aku juga merindukanmu. Valentine nanti aku ingin memberikanmu kejutan.”

“Kejutan apa?”

“Kau tidak boleh tahu.”

“Yak, kau selalu seenaknya saja. Sebenarnya aku menkhawatirkanmu. Bagaimana bisa kau mandi dengan baik? Memencet pasta gigi ? memakai baju?” ujar Hanwoo.

“Yaah, masih ada Kikwang. Kau tidak usah cemas. Masuklah, sampai jumpa waktu Valentine nanti.”

“Baiklah. Apa mobil jemputan belum juga datang?”

“Mungkin sudah di jalan besar di depan. Aku akan menunggunya disana.”

“Baiklah. Hati-hati di jalan.”

“Uumm.. “

Dujun melambaikan tangannya seiring dengan langkahnya yang menjauh. Hanwoo juga melambaikan tangannya dengan senyum yang mengisyaratkan bahwa dia tidak suka perpisahan. Mereka berdua adalah pasangan yang romantis.

♥♥♥

Hyukjae datang ke butik Hanwoo untuk pertama kalinya. Dia menepati janjinya untuk datang hari ini. Hyukjae sedikit terkejut dengan butik yang dia datangi hampir seluruhnya berisi pakaian wanita. Hanwoo yang berjalan menemaninya membiarkan pria itu untuk melihat-lihat lagi.

“Kukira kau datang bersama kekasihmu.” Ujar Hanwoo

“Ahaha .. Aku tidak menyangka semua pakaian-pakaian disini hampir semua pakaian wanita. Apa kau tidak mempunyai keinginan untuk membuat kemeja pria? Aku akan menjadi pelangganmu aah.. pasti akan sering belanja disini.”

“Aku tidak tertarik sama sekali membuat kemeja pria. Aku lebih tertarik kepada fashion wanita.” Hanwoo menjawabnya dengan sebuah senyuman yang membuat Hyukjae tidak bisa berkedip. Dia mulai merindukan senyum wanita ini ketika berada dipelukannya.

“Kurasa ini cocok ..” Hyukjae mencoba memasangkannya di tubuh Hanwoo. Gaun merah yang eksotis tepat jatuh sampai di atas paha Hanwoo. Pria itu membayangkan bagaimana jika Hanwoo menggunakan gaun ini di depan matanya.

“Cantik sekali..” ambigu. Kalimat Hyukjae ditujukan untuk Hanwoo namun Hanwoo berpikir lain.

“Belikan satu untuk kekasihmu.”
Hyukjae tertawa. Dia menarik kembali gaunnya dari tubuh Hanwoo. “Baiklah, aku akan membelinya satu.” Memberikan gaun itu pada Hanwoo. Mereka kembali ke depan kasir. Hanwoo mengambil kotak di bawah raknya lalu mengemas gaun itu ke dalam kotak.

“Hanya ini saja?” tanya Hanwoo.

“Lain kali aku akan datang kembali.”

“Kekasihmu pasti akan senang.” Puji Hanwoo. Hyukjae terdiam. Kemudian pria itu kembali tersenyum menyerahkan kartu kreditnya.

“Total semua 15 ribu won.”

♥♥♥

Hyukjae duduk di sebuah restoran. Hari ini dia berhasil membujuk Hanwoo untuk makan bersama. Hyukjae tepat mengambil meja yang letaknya di sudut dipinggir kaca yang bisa melihat keadaan jalanan luar. Hyukjae menanti Hanwoo yang janji akan menemuinya hari ini. Dia sangat senang karena beberapa hari ini dia berhasil membujuk Hanwoo untuk datang menemuinya.

Semua itu berawal dimulai dengan kebohongan …

Dari kejauhan yang semakin mendekat dia melihat Hanwoo berlari tergesa-gesa memasuki restoran ini. Hanwoo tersenyum ketika matanya langsung melihat Hyukjae. Hyukjae melambaikan tangannya menyuruhnya untuk menghampiri dirinya.

“Apa kau ketinggalan bis?”

“Anio, hanya saja tadi terjebak macet. Bolehkah aku duduk?”

“Tentu saja.” Hyukjae bangkit kemudian menarik kursinya untuk Hanwoo. Hanwoo merasa kikuk diperlakukan seperti tuan putri oleh Hyukjae. Hyukjae kembali duduk ditempatnya memperhatikan Hanwoo yang mulai membuka menu.

“Kau mau pesan apa?”

“Hmmm..” Hanwoo Nampak bingung memilih makanan apa yang harus dia makan.

“Sesuatu yang manis? Seperti tiramisu cake?”
Hanwoo mengangkat wajahnya melihat Hyukjae. Bagaimana bisa Hyukjae masih mengingat makanan favoritnya sampai saat ini?

“Haha, kau dulu sangat suka makan yang manis-manis kan? Dan aku selalu memarahimu agar mengurangi kebiasaanmu itu karena takut kau akan diabet. Sudah masa lalu. Mungkin saja kau sudah berubah. Seseorang pasti berubah seiring berjalannya waktu.” Hyukjae mencoba bercanda untuk tidak membuat suasana menjadi runyam. Hanwoo juga mencoba biasa saja dari kalimat-kalimat pria itu yang sedari tadi cukup aneh didengar.

“Aku masih suka yang manis-manis seperti tiramisu cake.” Ungkap Hanwoo membuat Hyukjae sedikit tersentuh.

“Aku juga tidak banyak berubah.” Imbuhnya lagi. Pelayanpun datang. Hanwoo mulai memesan dan mengabaikan sebentar Hyukjae yang memperhatikannya. Memperhatikan Hanwoo diam-diam membuat hatinya kembali berdebar seperti pertama kali mengenal Hanwoo. Terbesit bayangan Hanwoo masa SMA berada disebelah Hanwoo di masa kini. Bagaimana bisa dulu dia memberikan Hanwoo luka yang sangat dalam?

Ketika pelayan itu pergi tangannya mencoba menyentuh tangan Hanwoo. Hanwoo terkejut. Dia hendak melepas tangan Hyukjae namun Hyukjae mulai menggenggamnya dengan erat. Mereka saling tatap. Hyukjae mulai memajukan tubuhnya. Dia hendak mencium Hanwoo. Perlahan demi perlahan … Bibirnya hampir sampai pada bibir Hanwoo..

“Hyukjae-ssi? Apa kau melamun?” Hanwoo membuyarkan lamunan Hyukjae. Hyukjae memfokuskan pandangannya kepada Hanwoo. Ternyata dia melamun. Dia benar-benar malu sekarang kepada dirinya sendiri.

“Ah anio. Apa kau sudah selesai memesan?”

“Mmm.. ne. Lalu dimana kekasihmu?”

“Mollayo, coba aku telepon dulu. Aku menunggunya sedari tadi mungkin saja dia masih dalam perjalanan.” Hyukjae mencoba menelepon seseorang yang disebutnya sebagai kekasih itu. Dia sendiri tidak yakin dengan dirinya yang sedang membohongi Hanwoo hanya agar bisa berdua dengan wanita ini.

Dia memilih keluar dan tidak mengobrol di hadapan Hanwoo. Hanwoo duduk sendiri menunggu kedatangan Hyukjae. Hyukjae memintanya untuk datang menemuinya dengan alasan dia ingin memperkenalkan Hanwoo dengan kekasihnya. Awalnya Hanwoo menolak, tapi Hyukjae membujuknya berkali-kali yang pada akhirnya mampu membuat Hanwoo mengiyakan ajakannya.

“Miane, dia tidak bisa datang karena ada urusan mendadak. Cho Eul meminta maaf padamu karena tidak bisa bertemu. Aigoo anak itu kenapa harus mendadak sekali. Ck. Apa lebih baik kita pulang saja?”

“Igemwoya? Pulang katamu? Kita sudah memesan makanan.”

“Kita bisa membungkusnya membawa pulang.”

“Anio, kita bisa memakannya disini.”

“Gwenchanayo?”

“Gwenchana. Lagipula kita sudah lama tidak berbicara seperti ini.”
Hyukjae tersenyum. Misinya untuk mengobrol berdua dengan Hanwoo berhasil. Dia begitu bahagia walau sebelumnya hatinya sedikit tidak tenang karena telah membohongi Hanwoo. Diterima seperti ini oleh Hanwoo dia mulai merasa dirinya seperti bajingan lagi. Semoga kebohongannya tidak pernah terungkap.

♥♥♥

Hari-hari berikutnya Hyukjae rajin menemui Hanwoo di butiknya. Dia sekadar membeli gaun lagi sebagai alasan. Tekad dan usahanya sudah bulat untuk mengambil hati Hanwoo lagi agar kembali padanya. Hanwoo merasa kehadiran Hyukjae menutupi kekosongan hatinya ketika Dujun tidak ada. Dujun jarang sekali mencarinya. Dia begitu sibuk dengan club sepak bolanya.

Hyukjae juga sempat mengajaknya kumpul bersama Kyuhyun, Donghae dan Siwon. Sahabat dekatnya sewaktu SMA. Mereka melakukan karaoke bersama dan juga makan siang. Hanwoo sedikit terhibur. Apalagi ketika Donghae menceritakan kehidupan rumah tangganya. Dia benar-benar kikuk sewaktu pertama kali menjadi seorang ayah. Apalagi hubungannya dengan Yoora di dapati karena hamil diluar nikah.

Sepulangnya dari karaoke, Hyukjae mengantar Hanwoo pulang. Itu saja dia harus memohon bantuan kepada teman-temannya untuk membujuk Hanwoo agar mau pulang dengannya. Mau tidak mau, Hanwoo menuruti bujukan teman-temannya. Dia juga tidak mengerti kenapa dia menjadi semudah ini.

Hyukjae mengendarai mobilnya sampai di depan gerbang hitam rumah milik Hanwoo. Dia sangat mengenal baik rumah ini. Dulu sering mengantar Hanwoo pulang dari sekolah. Hanwoo membuka sabuk pengamannya namun Hyukjae menahannya.

“Hanwooya ..” panggil Hyukjae. Hanwoo menoleh ke arah Hyukjae tanpa sadar jarak mereka sudah sangat dekat. Kira-kira hanya 3 cm. Hyukjae mulai terbawa suasana. Matanya terpejam lalu mencium bibir Hanwoo. Memeluk gadis itu erat. Hanwoo entah kenapa tidak bisa mengelak. Hatinya berdebar.

Debaran hati itu tiba-tiba berubah menjadi rasa sakit. Entah kenapa bayangan Dujun terlintas dibenaknya seperti cahaya kilat yang ingin menyambarnya. Hanwoo menangis. Dia mendorong tubuh Hyukjae lalu menampar pipinya.

PLAK’
Terdengar desahan Hyukjae berkat tamparan Hanwoo. Hanwoo mencoba mengontrol napasnya yang akan berangsur menjadi emosi. Hyukjae kembali meraih tangan Hanwoo. Hanwoo mencoba melepasnya.

“Mian.. Miane.. Bisakah kau kembali lagi padaku seperti dulu?”

“Kau masih sama saja playboy, Hyukjae. Bagaimana dengan pacarmu? Apa kau ingin mengulang perbuatanmu lagi?”

“Anio, aku tidak ingin mengulangnya kembali. Justru aku ingin memperbaiki semuanya. Aku tidak bisa tidur karena mengingatmu terus. Bisakah kau mengerti?”
Hanwoo menarik napasnya. Dia meringis menahan luka dihatinya yang kembali tergores. Hyukjae seakan-akan memberikan sayatan yang dalam.

“Aku .. Aku membohongimu. Aku tidak punya pacar. Sungguh, ini hanya agar kau mau keluar berdua denganku. Aku tidak punya alasan untuk mengajakmu keluar. Miane.. Ta.. Tapi aku ingin kau mengerti ..”

“Kau sungguh egois ! Kita tidak bisa seperti dulu lagi, Lee Hyukjae. Aku mempunyai seseorang untuk bersandar. Seperti aku sering bersandar di bahumu dulu, mian.”

Hanwoo melepas genggaman tangan Hyukjae – membuka mobil – lalu keluar berlari ke dalam rumahnya. Hyukjae menutup kedua wajahnya. Dia masih tidak percaya. Bagaimana dia bisa melakukan hal tadi?

♥♥♥

Valentinepun tiba. Seperti yang dijanjikan Dujun, malam valentine dia mengajak Hanwoo untuk dating. Dujun menggenggam tangan Hanwoo dengan tangan kananannya. Tangan kirinya masih terikat perban menggantung di lehernya. Ciri khas Dujun yang selalu pergi menggunakan jacket adidas. Dia masih terlihat tampan walaupun dalam masa cideranya. Sementara Hanwoo terlihat sangat manis dengan dress berwarna abu-abunya. Mereka melangkah di pinggir pertokoan tanpa harus takut diketahui oleh publik. Dujun dengan leluasa dapat menggenggam tangan Hanwoo karena dia berpikir dia bukan artis. Tidak ada yang akan peduli dengan kisah hidupnya.

Dujun mengajak Hanwoo masuk ke dalam kedai. Tapi sayangnya disana Hanwoo bertemu Hyukjae. Mereka sempat saling tatap. Hanwoo memalingkan pandangannya mengikuti Dujun yang duduk di bangku sebelah Hyukjae. Pura-pura tidak kenal. Hanwoo duduk tepat di belakang Hyukjae. Mereka saling membelakangi secara tidak langsung. Hanya dibatasi oleh sofa. Hanwoo merasa gugup dan tidak tenang. Dia menyesali keputusannya untuk makan di kedai ini. Kenapa harus bertemu Hyukjae disini.

“Ja, akhirnya kita bisa bertemu.”
Hanwoo mencoba tersenyum. Semoga saja percakapannya dengan Dujun tidak didengar oleh Hyukjae. Seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka berdua. Mereka memesan sesuatu. Hanwoo membuka kotak makan – memperlihatkan cupcakes dengan gambaran jantung diatasnya yang sudah dibuatnya untuk dujun ketika pelayan tadi pergi.

“Ini spesial cupcakes untukmu”

“Kau repot-repot sekali membuat cupcakes. Benar-benar pacar yang manis.” Goda Dujun mencubit gemas hidung Hanwoo.

Dujun mencicipi cupcakes yang dibuat Hanwoo. Hyukjae yang duduk disebelahnya bingung untuk memfokuskan dirinya kepada siapa. Apakah dia harus mendengar suara temannya yang sedang mengajaknya berbicara atau … mendengar kepada tamu yang duduk disebalahnya. Itu juga sangat penting.

Minuman yang dipesan mereka pun datang bersama dua cake tiramisu dan cheese cake. Hanwoo menyeruput minumannya. Dujun menggenggam jemari Hanwoo. Menatap lembut mata kekasihnya dengan penuh kerinduan.

“Mana surprisenya?” tagih Hanwoo.

“Surprise?” Dujun pura-pura tidak ingat.

“Iya Surprise. Kau bohong ya? Menyebalkan.”

“Tidak ada. Aku memang berbohong.” Dujun tertawa. Dia membiarkan Hanwoo merengut.

“Kau bohong.” Kesal Hanwoo.

“Kau tidak sabaran sekali. Tutup matamu.”

“Kenapa kau menyuruhku menutup mata? Kau tidak akan menciumku kan?”

“Aigooo anak ini kenapa cerewet sekali. Ayo cepat tutup matamu.” Pinta Dujun. Hanwoo menutup mata sambil tersenyum senang. Dia menebak-nebak dalam hati apa hadiah yang akan diberikan Dujun. Dujun mengeluarkan sebuah kotak kecil berbentuk jantung. Dia membuka kotak itu sehingga memperlihatkan isi di dalamnya.

“Ja, buka matamu..” perintah Dujun. Perlahan-lahan Hanwoo membuka matanya. Hanwoo melihat sebuah cincin berlian dengan kilauan cahaya mempercantik paras cincin itu. Hanwoo menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa hari ini Dujun akan melamarnya.

“Tidak usah terkejut seperti itu. Kau sungguh berlebihan. Haha.” Ledek Dujun. Dia sangat tahu Hanwoo pasti sangat senang sekali karena hari ini adalah hari spesial untuknya. Tidak sembarang wanita yang pernah dia beri cincin atau mengajaknya makan di hari Valentine. Hanya Hanwoo seorang dia pernah sebahagia ini menjadi lelaki. Dujun mengambil cincin itu hendak memakaikannya pada jari kelingking Hanwoo.

“Hari ini aku melamarmu. Dua tahun sudah kita bersama ini membuat perasaanku semakin tumbuh untuk melindungimu selalu. Aku tidak ingin ada orang lain yang melindungimu selain diriku seorang. Aku akan memasukkan cincin ini ke jemarimu jika kau bersedia kulamar untuk menjadi tunanganku. Aku ingin serius denganmu. Apa kau bersedia Lee Hanwoo?”

Dujun menatap Hanwoo serius. Hanwoo berdebar. Ketika Hanwoo hendak mengiyakan – ketika Hanwoo hendak mengangguk, Hyukjae datang menghampirinya. Hyukjae membungkuk-bungkuk melihat wajah Hanwoo. Hanwoo terkejut melihat Hyukjae berada dihadapannya dan juga dihadapan Dujun. Hanwoo menarik tangannya dari tangan Dujun membuat suasana menjadi canggung.

“Aku mendengar suaramu. Ternyata benar kau. Ah apakah dia kekasihmu?”
Yoon Dujun dengan berat hati memasukkan lagi cincinnya ke dalam kotak – lalu memasukkannya ke dalam kantong celananya. Dia tersenyum pada Hyukjae. Sementara Hanwoo meringis takut Hyukjae melalukan hal-hal diluar dugaannya. Jantungnya berdebar sangat kencang saat ini.

“Anyeong, aku Yoon Dujun.”

“Ah anyeong, aku Lee Hyukjae. Kau pemain sepak bola itu kan? Waah jadi setelah kau putus dariku seleramu adalah pria ini?”

Hanwoo memejamkan matanya sejenak ketika mendengar Hyukjae mengatainya seperti itu di depan Dujun. Hyukjae duduk disamping Dujun membuat Dujun harus menggeser posisinya kesamping – dengan bebas menatap Hanwoo dan membiarkan dirinya seperti ini – menjadi pengganggu sementara. Dia hanya ingin melihat wajah Hanwoo. Hanya sesaat saja. Dia juga tidak ingin lamaran itu terdengar bebas begitu saja di telinganya.

Dujun mulai mencium bau alkohol di badan Hyukjae. Pria ini sedang mabuk pikirnya. Dalam hati Dujun bertanya-tanya apa yang sebenarnya membuat pria ini datang ke tempat duduk mereka? Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikannya.

“Kau benar serius mencintainya?” Hyukjae bertanya pada Dujun. Dujun mengerti dengan pertanyaannya yang ditujukan untuknya kepada Hanwoo.

“Iya benar. Waeyo?”
Hyukjae terdiam. Jadi begini rasanya karma. Dia merasakan rasa sakit yang mungkin pernah Hanwoo rasakan dulu.

“Aku juga mencintainya.” Hyukjae berterus terang.

“Hyuk..!” Hanwoo sudah mulai tidak enak dengan ucapan Hyukjae yang sudah diluar batas. Hanwoo benar-benar tidak percaya Hyukjae berani berterus terang seperti itu di depan Dujun. Dia hanya takut membuat keadaan hubungannya dengan Dujun menjadi tidak baik.

“Aku menunggunya 10 tahun.”
Dujun tidak tahu harus menjawab apa. Dia menunggu ucapan Hyukjae lagi. “Aku punya satu kesalahan padanya. Jika dia mendengar kata-katamu, tolong katakan padanya bahwa aku meminta maaf.” Dujun semakin tidak mengerti. Ada suatu hal yang tidak pernah dia tahu atau mungkin dia melewatkan hal tersebut. Hanwoo tidak pernah bercerita padanya mengenai pria ini. Dujun bingung harus memihak pada siapa. Bahkan dia belum bisa memihak pada kekasihnya sendiri. Ada rasa kecewa ketika menatap Hanwoo dihari spesial yang telah dia tunggu sebelum-sebelumnya hancur dengan perasaannya sendiri.

“Meminta maaf untuk apa?” tanya Dujun dingin.

“Hyuk ..” Hanwoo mulai meminta Hyukjae untuk menghentikan itu semua. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Jangan membuat kesalah-pahaman ini terjadi!”

Dujun mulai merasa tidak baik. Dia mencoba menghela napasnya. Dia mencoba berpikir jernih. “Aku ingin dia kembali padaku.” Ujar Hyukjae membuat Dujun tertawa mendengarnya. Baginya ini benar-benar konyol.

“Hanwooya jawab aku sekarang, aku tidak tahu siapa orang ini. Tapi aku ingin tahu siapa yang kau pilih aku atau dia?”

Hanwoo bangkit dari duduknya. “Miane Hyuk .. Aku tidak bermain-main dengan Dujun. Miane.” Hanwoo pergi dari tempat itu diikuti Dujun. Meninggalkan Hyukjae sendirian yang sedang menangis.

♥♥♥

Hanwoo keluar dari kedai. Hatinya kenapa sakit sekali meninggalkan Hyukjae di dalam seorang diri? Hyukjae terlalu banyak memberikan rasa sakit bahkan di hari bahagia ini dia juga memberikan goresan lagi di hatinya. Dujun keluar dari kedai mengejar Hanwoo yang sudah jauh darinya. Pria itu menarik tangan Hanwoo.

“Nuguya?”
Hanwoo tidak menjawab. Dia menunduk agar wajahnya yang memerah tidak dilihat Dujun. “Hanwooya siapa orang yang tadi, jawablah !!!”

“Kenapa kau berteriak seperti itu padaku?” kesal Hanwoo. Dujun mencoba menghela napasnya.

“Seseorang yang kau suka? Kau menyukai orang itu?” tanya Dujun.

“Anio, kau jangan salah paham.”

“Lalu siapa?”

Dujun menutup wajahnya mencoba menarik napas – menetralkan suasana hati. “Dia masa laluku.” Jawaban Hanwoo membuat Dujun terdiam.

“Jadi kau bertemu dengannya saat acara reuni kemarin?” tebak Dujun teringat dengan seorang mantan yang pernah Hanwoo ceritakan waktu itu namun dirinya tidak bertanya lebih lanjut lagi. Sekarang dia merasa sangat menyesal.

“Ne. Itu juga tidak disengaja.”

“Bagaimana bisa tidak disengaja? Kalian bertemu sewaktu reuni. Kau menyukainya kan? Aku mulai tidak mengerti. Katakan saja sejujurnya !”

“Yak, Yoon Dujun bagaimana bisa kau menuduhku menyukainya?” Hanwoo menatap mata Dujun. Kali ini dia yang kesal bagaimana prianya menuduhnya yang tidak-tidak. Hanwoo tidak tahu harus bersikap bagaimana. Kepalanya sedikit sakit. Dia melangkah namun Dujun menariknya kembali.

“Aku cemburu.” Ujar Dujun. Ada perasaan sakit ketika mendengarnya. Secara tidak langsung dia telah membuat Dujun khawatir dan memiliki perasaan cemburu terhadap pria yang baru saja dia temui setelah 10 tahun tidak pernah bertemu.

“Dia 10 tahun menunggumu. Perasaannya sangat kuat.”

“Jika kau tidak ingin menungguku 10 tahun lamanya, tetaplah bersamaku maka kau tidak akan sesakit itu.” Perkataan Hanwoo yang sangat tajam, seperti dia benar-benar memberikan peringatakan kepada kekasihnya melalui sindirannya.

♥♥♥

Hanwoo sampai di dalam kamar. Dia tidak menyalakan lampu – menutup pintu – menguncinya. Dia melangkah duduk di atas ranjang. Kakinya sedikit lemas. Kata-kata Hyukjae di kedai tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya.

“Aku menunggunya 10 tahun ..”
Seperti petir perkataan Hyukjae menusuk hatinya. Perasaan yang baru pulih ini bisa saja kembali terluka karena perkataan pria itu. Hanwoo yang berusaha melupakan kenangan-kenangan indahnya bersama Hyukjae tiba-tiba teringat kembali. Baginya Ini sungguh konyol. 10 tahun dia berusaha melupakan semuanya kini dengan mudah ingatan itu datang lagi.

Mengingat bagaimana waktu itu Hyukjae mendekatinya sehingga mereka berpcaran. Seorang Pacar pertama yang sangat Hanwoo cintai. Tiga tahun mereka berpacaran memang tidak selalu indah yang dibayangkan. Hyukjae terlalu banyak memberinya sakit. Dia memang terkenal playboy. Bahkan dia sering tertangkap basah berselingkuh tapi dia selalu memaafkannya. Hingga sesuatu terjadi ketika Hanwoo tidak bisa lagi memaafkannya sewaktu dia melihat kekasihnya mencium bibir Hyojin tepat dihadapannya. Itu catatan terakhirnya untuk Hyukjae bahwa selain hari itu dia tidak bisa mencintai Hyukjae lagi.

♥♥♥

Yoon Dujun sampai di dormnya. Dia masuk ke dalam kamar mandi menyalakan shower membiarkan tubuh bersama pakaiannya basah. Wajahnya menengadah – mencoba memejamkan matanya. Dirinya masih penasaran dengan pria misterius yang ditemuinya di kedai itu. Hari dimana yang seharusnya menjadi hari bahagia berangsur menjadi tidak baik.

Pria itu datang tiba-tiba. Hanya satu pria yang dia ketahui, bagaimana dengan pria lainnya? Adakah mantan-mantanya yang masih disembunyikannya lagi selain pria itu? Ini salahnya ia tidak pernah bertanya tentang kehidupan masa lalu Hanwoo. Dia terlalu santai untuk saat ini. Bagaimana jika Hanwoo jatuh ke tangan orang lain? Disamping itu jadwalnya begitu sibuk dengan latihan bersama club sepak bola. Dia menyadari Hanwoo pasti kesepian selama ini.

♥♥♥

Keesokan paginya, Hanwoo membuka pintu gerbangnya. Dia terkejut melihat siapa yang datang pagi ini. Orang itu bersender pada mobilnya. Lee Hyukjae melepas kacamatanya tersenyum menyapa Hanwoo. Dia benar-benar ringan sekali pagi ini mendatangi Hanwoo seperti lupa dengan kejadian kemarin.

“Aku akan mengantarmu kerja.” Pinta Hyukjae.

“Anio, tidak usah.”

“Kau takut jika ketahuan oleh kekasihmu?”

“Anio. Aku tidak takut jika dia mengetahuinya. Dia percaya padaku sepenuhnya.”

“Ah kalau begitu kau pasti takut akan jatuh cinta lagi padaku? Begitu?”
Hanwoo meringis mendengarnya. Terdengar menjijikkan sekali di telinga. Dia tidak mempedulikan pria dihadapannya. Dia memutuskan untuk meninggalkan Hyukjae tanpa peduli kebaikan pria itu yang sudah rela menunggunya pagi-pagi di depan rumahnya.

Hyukjae memberhentikan mobilnya di dekat halte karena Hanwoo sedang duduk menunggu bus datang. Dia mengikuti Hanwoo dari belakang. Sesungguhnya dia sedikit kecewa karena Hanwoo menolaknya lagi. Tidakkah bisa sedikitpun Hanwoo peduli padanya? Melihat usahanya yang segigih ini? Hyukjae melirik arlojinya.

“Aiish jika saja dia mau menurut untuk ikut denganku dia pasti sudah sampai.” Dumel Hyukjae.
Tak lama kemudian busnya datang. Hyukjae memperhatikan gerak-gerik Hanwoo memasuki bus. Hyukjae melihat handphone wanita itu ketinggalan. Dia membuka kacanya dan sempat berteriak ke arah Hanwoo – tapi sayang sekali Hanwoo sudah masuk ke dalam bus. Pintu bus itu tertutup. Hyukjae melihat halte itu masih sepi. Matanya menatap handphone milik Hanwoo yang tergeletak disana.

♥♥♥

Hanwoo mencari-cari sesuatu di dalam tasnya ketika sudah sampai di butiknya. Handphonenya hilang. Dia mengingat-ingat kembali kapan terakhir kali dirinya mengeluarkan handphone. Dia mengingat saat di dalam bus, dia membaca majalah. Tidak ada sama sekali dia ada mengeluarkan handphonenya karena terakhir kali membalas pesan line yang dikirim Dujun ..

Sekarang dia ingat ! Handphonenya tertinggal di halte bus. Terakhir kali dia membalas pesan line Dujun di halte busway. Hanwoo menjadi panik. Kemana dia harus mencari? Disana banyak sekali nomor kontak penting dari beberapa teman bisnis atau konveksi busana. Bahkan disana juga banyak foto-foto mesranya bersama Dujun. Hanwoo mulai resah. Dia menggigit bibir bawahnya.

Sementara Hyukjae berada di dalam mobil sebuah parkiran bawah tanah di salah satu mall. Mall itu adalah tempat dimana butik Hanwoo berada – di kawasan Gu Ro. Dia berencana mengembalikan handphone milik Hanwoo tapi dia malah berakhir penasaran dengan isi handphonenya. Handphone yang tidak ada passwordnya dengan mudah telunjuknya sebagai kursor menyentuh-nyentuh layar handphonenya. Banyak yang sudah dia buka. Dia membuka pesan line yang dikirim Dujun. Hyukjae berdecak kesal. Wajahnya merengut karena membaca pesan-pesan romantis yang dikirimkan Hanwoo untuk Dujun.

“Miane karena pria itu aku merusak acara kemarin.. Ooho pria itu? Nuguya? Apakah dia sedang membicarakan aku? Aigooo gadis ini.” Kesal Hyukjae.

“Aku akan melamarmu di waktu yang tepat bila perlu di private villa agar tidak ada seorangpun yang tahu. Cih.. Aku akan mengejar kalian sampai kesana juga.”

Sekarang telunjuknya membuka gallery pic setelah bosan membaca-baca isi pesannya. Dia melihat-lihat banyak koleksi folder foto Hanwoo. Ada folder project busana, satu folder foto bersama Dujun, bersama keluarganya, dan potonya sendiri. Hyukjae tertarik membuka folder foto Hanwoo sendiri yang berjudul ‘HanU Zone’. Hanu adalah singkatan dari namanya. Hyukjae masih mengingat kepribadian Hanwoo yang belum berubah. Dia memandang senyum pada salah satu foto wanita itu. Telunjuknya repleks memberikan zoom pada wajah Hanwoo lalu memperkecilnya lagi.

Hanwooya

Hyukjae mengernyitkan keningnya tiba-tiba. Suasana hatinya berubah. Hatinya kini terasa sakit. Dia bertanya-tanya kenapa dia sampai pada tahap ini? Kenapa dia harus mengejar-ngejar Hanwoo lagi? Masih banyak wanita di dunia ini kenapa harus Hanwoo orangnya? Kenapa dia tidak bisa melupakan masa lalunya? Hyukjae tiba-tiba menitikkan air matanya.

2005 at Anyang High School

Hyukjae mengejar Hanwoo menuruni anak tangga. Dia meninggalkan Hyojin di kelas sendirian. Sedikit lagi langkahnya bisa menyamai Hanwoo. Tangannya menarik tangan Hanwoo. Dia melihat Hanwoo menangis. Hanwoo tidak berani sedikitpun untuk menatap Hyukjae.

“Kau melihatku lagi?”

Hanwoo tidak menjawab. Dia berusaha melepas cengkraman Hyukjae.

“Sakit kan? Bagaimana rasanya? Sudah kubilang hentikan semua ini. Aku bosan.”
Hanwoo benar-benar merasa sakit. Dia menangis terisak. Hyukjae membuatnya hancur. Bukannya meminta maaf tapi pria itu malah mengiris hatinya lagi.

“Baiklah. Ayo kita hentikan semua ini ..”
Mendengar hal itu dengan mudah dari bibir Hanwoo, Hyukjae melepas cengkramannya. Hanwoo menghapus air matanya. Dia mencoba tegar walaupun sakit. Ini adalah kisah cinta yang paling pahit yang pernah ia alami. Hyukjae adalah cinta pertamanya, tidak semudah itu bisa melepaskan semuanya. Tapi hal yang tidak pernah Hanwoo ucapkan akhirnya terucapkan juga.

“Kau tidak akan bersamaku lagi. Jika suatu saat kau menyesalinya, jangan menangis karena mengingatku. Jangan menangis karena merindukanmu. Terima kasih untuk waktu 3 tahun yang telah kau berikan. Kau tahu, aku mencintaimu dan akan sangat susah untuk melupakan semua ini.”

Hanwoo meninggalkan Hyukjae. Hanya suara derap kaki yang semakin tidak terdengar. Hyukjae melirik kebawah melihat lingkaran anak tangga yang mulai kosong. Menyisakan dirinya sendiri di ruangan ini.

 

Eunhyuk’s POV
———————
Aku duduk di bangku taman setelah kuputuskan untuk bertemu seseorang. Aku mengingat lagi sebuah kenangan yang tidak bisa kulupakan sejak 10 tahun ini lewat.

“Kau tidak akan bersamaku lagi. Jika suatu saat kau menyesalinya, jangan menangis karena mengingatku. Jangan menangis karena merindukanmu. Terima kasih untuk waktu 3 tahun yang telah kau berikan. Kau tahu, aku mencintaimu dan akan sangat susah untuk melupakan semua ini.”

Bayangan di masa lalu teringat kembali. Kata-katanya seperti badai yang sedang menghempasku. Aku yang salah. Semua ini aku yang salah. Bukankah hal yang sangat memalukan jika mengejarnya lagi? Ada suatu hal seperti rasa bersalah terhadapnya sehingga aku ingin menebusnya. 3 tahun adalah waktu yang tidak sebentar. Apa yang kupikirkan dalam waktu 3 tahun kemarin? Menyakitinya? Membuatnya malu dengan mencium gadis-gadis lain? Dia selalu memaafkanku dan berkata ‘Bukan hanya kita saja yang menjalani hubungan ini. Aku memikirkan keluargaku dan juga keluargamu yang sudah sangat merestui kita berdua.’

Kata-katanya benar-benar dewasa namun aku masih terlihat seperti anak-anak. Seharusnya aku membiarkan dia bahagia. Hidup bahagia bersama pria yang dicintainya. Yoon Dujun yang sekarang sedang ada dihadapanku. Aku memperhatikan pria ini. Apakah yakin dia bisa membahagiakan Hanwoo? Seharusnya aku tidak mengganggu Hanwoo lagi. Hidupnya akan sakit dan penuh dengan kekecewaan jika aku terus seperti ini.

“Mau apa kau menemuiku?” tanya Dujun.
Aku memutuskan untuk menemui Dujun ketika aku menelponya menggunakan handphone milik Hanwoo. Dia benar-benar mengumpatku tahu aku menggunakan handphone milik kekasihnya. Tangannya masih dibalut perban yang aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu. Aku bangkit dari dudukku menghampirinya.

“Yak, bagaimana handphonenya bisa ada padamu?”

“Aku menculiknya.”

“Mwo?”
Tatapan tajam matanya seperti ingin memakanku. Laki-laki yang seperti inikah yang disukai Hanwoo? Bagaimana bisa dia yang mendapatkan wanita yang selama 10 tahun ingin aku temui? Bagaimana bisa dulu aku melepasnya begitu saja tanpa meminta maaf terlebih dahulu? Tanpa mengatakan penyesalan atau menyusulnya ketika dia pergi dari hadapanku?

“Haha .. Aku bercanda. Dia begitu ceroboh meninggalkan handphonenya begitu saja di halte busway tadi pagi. Jangan salah paham. Aku hanya mengembalikannya saja padamu. Aku.. hanya mengikutinya tadi. Dia sering ceroboh dan ternyata masih sama saja seperti dulu. Kuharap kau bisa menjaganya dengan baik.” Ujarku sambil menyerahkan handphone berwarna putih dengan casing kelinci berwarna pink itu. Dujun mengambilnya menatapku dengan bingung. Aku memberi isyarat padanya untuk pergi. Dia masih terdiam yang mungkin melihat kepergianku.

♥♥♥

Aku kembali datang pada Hanwoo – ke butiknya setelah bertemu Dujun. Kuberikan bingkisan yang kubawa untuknya. Hanwoo menatapku kesal. Dia masih marah kepadaku. Aku tahu ekspresi wajahnya yang sedang merengut ini.

“Aku kesini hanya sebentar saja. Kau tidak usah marah lagi padaku.”

“Sudah kubilang jangan menggangguku lagi ! Kenapa kau memaksa sekali ?! Aku dan Dujun akan bertunangan. Apa sekarang kau ingin merusaknya juga? Kenapa kau selalu merusak hidupku? Jangan seperti ini Hyuk.. Kau tahu dulu aku sangat-sangat mencintaimu seperti apa?” Nadanya yang berteriak sekarang melemah. Bahkan tubuhnya bergetar. Air matanya hendak keluar namun masih bisa ia tahan.

“Kau tidak ingin kembali lagi padaku?”
Kepalanya menggeleng. “Kau hanya masa laluku Hyuk, masa depanku adalah Dujun.” Perkataannya yang serius itu benar-benar menusuk hatiku. Seperti pisau yang tidak sengaja mengiris tanganku sendiri.

“Apa kau benar baik-baik saja bahkan tanpa aku? Kau tidak merindukanku lagi? Kau tidak ingin mengulangnya kembali? Aku akan menjadi baik jika kau mau. Kau gampang sekali kesepian.”

“Cukup Hyuk.. Cukup.”
Hanwoo berhasil menitikkan air matanya. Dia mudah sekali menangis. Aku membuatnya menangis lagi. Kenapa aku hanya selalu bisa membuatnya menangis? Lalu Kapan aku bisa membuatnya tersenyum?

“Kenapa kau menangis? Kau harus mengatakan semua itu dengan senyuman. Ja, aku kesini hanya untuk mengucapkan salam perpisahan. Kuharap kau mengenakan hadiah terakhir yang kuberikan untukmu. Dulu aku tidak pernah meminta maaf. Tapi hari ini, aku mengakui kesalahan dan keegoisanku. Mian, Hanwoo-ya. Aku tidak tau bagaimana cara mencintaimu..”

Hanwoo terdiam. Aku menundukkan kepala karena mataku hampir berkaca-kaca. Rasanya tangisanku ingin memaksa keluar. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Air mataku menetes. Sial sekali. Aku tidak ingin menunjukkannya dihadapan Hanwoo. Aku menengadahkan kepala menatap langit-langit – segera untuk menghapus air mata.

“Semoga kau bahagia.” Itu kata-kata terakhirku.

“Aku mencintaimu. Ya, aku mencintaimu sebagai teman. Kita bisa menjadi teman, Hyuk.”
Aku tersenyum mendengarnya. Sungguh ini kisah sedihku. Ini pelajaran buatku karena aku membiarkan begitu saja mutiara indah jatuh ke tangan orang lain. Hanwoo masih tetap sangat baik padaku. Apakah aku bisa menjalani semua ini hanya sebagai temannya? Bunuh saja aku.

♥♥♥

Aku mengendarai mobil. Membuka kaca – menjulurkan tanganku ke luar mencoba merasakan angin yang menghembus tubuhku. Suara Hanwoo masih terngiang-ngiang di pikiranku. ‘Kau hanya masa laluku, Hyuk. Masa depanku adalah Dujun.’ . Seperti ada aliran listrik yang mengalir di dalam tubuhku – menyengat sangat keras.

‘…. Kau gampang sekali kesepian
Aku tersenyum kecut. Malu pada diriku sendiri. Kenapa aku harus mengatakan hal itu padanya? Justru akulah yang gampang kesepian. Akulah yang lemah. Bahkan aku memikirkan diriku sendiri apakah nanti malam aku bisa dengan mudah tidur seperti sebelum-sebelumnya? Apakah aku bisa makan dengan baik? Tanpanya, apa yang bisa kulakukan?

Kenapa aku tidak bisa melupakannya seperti orang bodoh? Kenapa aku masih tinggal dalam kenangan itu? Acara reuni itu .. Kenapa dia harus datang? Padahal akulah yang pengecut sudah melepaskannya. Akulah yang melepas genggam erat tangannya yang menjauh. Aku tidak lagi mempunyai kehangatan seperti waktu dulu karena aku bukan lagi menjadi sandarannya.

Hanya merasa terkunci dalam ruangan sepi. Pikiranku kosong. Aku seperti orang gila yang masih tenggelam dalam kenangan tentangnya, tentang kita dulu. Seberapapun aku memanggil dan memanggil, dia tidak disini. Saat waktu berlalu dan berlalu. Saat luka menjadi kenangan. Jika saja dia bisa kembali padaku dengan hati yang mencintaiku lagi…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How to Love …..

 

Author’s POV
——————-

Hanwoo memikirkan kata-kata yang diucapkan Hyukjae tadi. Dia berjalan sambil melamun –menghela napasnya panjang. Hari ini dia sedikit lelah. Tangannya memegang tas bingkisan yang diberikan Hyukjae tadi yang ternyata adalah sebuah gaun yang dibelinya beserta sepucuk surat dengan perkataan maafnya. Sebenarnya dia tidak tega dengan Hyukjae. Tapi mau bagaimana lagi, Dujun adalah pria yang bisa mengerti dirinya selama ini. Semoga Hyukjae bisa mengerti perasaannya..

Dujun yang sedang menendang bola tengah malam di lapangan dekat rumah Hanwoo, mata tajamnya tidak memberikan sedikit kelengahan untuk melihat seorang wanita yang melewati lapangan ini. Dia menunggu Hanwoo datang. Dujun menendang lagi bolanya ke gawang – bola itu berhasil melesat masuk ke dalam gawang. Dengan tangan yang masih di perban, dia sungguh berbakat.

“Yaak, Yoon Dujun tanganmu masih luka berhentilah bermain.”
Hanwoo datang ketika mendengar suara tendangan di tengah malam. Dia sangat tahu ini adalah kebiasaan Dujun ketika menunggunya pulang dari bekerja. Hanwoo menghampiri kekasihnya begitu juga Dujun yang menghentikan aktivitas bermainnya.

“Aku menghubungimu tapi tidak kau jawab sama sekali. Apa kau sudah bosan denganku? Atau kau .. Kau tertarik dengan mantan kekasihmu itu dan sudah melupakanku?”

“Anio, jangan salah paham. Handphoneku hilang.”
Dujun menjitak kening Hanwoo membuat Hanwoo meringis. “Kau ceroboh sekali. Bagaimana bisa kau melupakan handphonemu begitu saja? Ini … Lain kali hati-hati.” Kesal Dujun sambil mengembalikan handphone milik Hanwoo.
Hanwoo terkejut. Dia meraih handphonenya – memandang gadgetnya dengan penuh keheranan. Bagaimana bisa handphonenya ada pada kekasihnya? Seseorang telah mengembalikannya?

“O? Bagaimana bisa ada padamu?”

“Seseorang mengembalikannya padaku.”

“Nuguya?”

“Orang itu.” Dujun memberikan kode.

Namun Hanwoo tidak mengerti dengan kodenya. “Siapa orang itu?”
Dujun kemudian mencium bibir Hanwoo lembut. Hanwoo mengalah. Dia tidak akan bertanya lagi, itu sudah tidak penting baginya. Yang terpenting adalah bagaimana dirinya bahagia bersama Dujun. Kakinya berjinjit. Hanwoo mengalungkan tangannya ke leher Dujun – membalas ciuman yang Dujun berikan.

Aku pikir sesuatu seperti cinta
Tidak akan pernah datang lagi
(tapi kau datang padaku)
Kau muncul dihadapanku
Itulah sebabnya aku tidak ingin kehilanganmu
Aku berharap tidak ada akhir untuk jalan ini
Yang kita jalani …

 

 

Setahun kemudian ….
10-01-2016

Hari yang bahagia untuk Dujun dan Hanwoo. Pada akhirnya Dujun menikahi Hanwoo. Penuh senyum bahagia mengisi raut wajah Dujun sehingga kerutan di matanya sedikit terlihat. Begitu juga dengan Hanwoo. Banyak orang yang menyetujui hubungan mereka. Dujun menutupi kilauan cincin sebagai simbol ikatan di jari telunjuk Hanwoo karena menggenggam tangan Hanwoo erat.

Dujun dan Hanwoo sedang bersiap untuk sesi pemotretan setelah acara pernikahan mereka berlangsung dengan baik. Mereka berdiri di atas anak tangga dan berada tepat ditengah-tengah para kerabatnya yang juga ikut berfoto disamping mereka.

“1 … 2… 3.. Cheers !”

‘KREEEK’

Suara kamera terdengar beberapa kali. Pengarah gaya menuntun mereka untuk berpose bebas dan lagi-lagi kamera itu berbunyi berkali-kali. Dujun dan Hanwoo saling pandang dan penuh tawa. Mereka sangat bahagia.

Kini acara yang ditunggu-tunggu yaitu melempar bouqet bunga. Hanwoo berdiri diantara barisan orang-orang yang sudah menunggu dibelakangnya. Dujun hanya mengamati istrinya dari samping. Senyumnya tidak luntur sama sekali. Dia terkesima dengan Hanwoo yang saat ini sangat cantik.

“Siap? 1.. 2.. 3…”
Hanwoo melemparkan bunganya hingga seseorang mendapatkannya. Acara sakral ini berakhir dengan baik. Hanwoo berlari memeluk Dujun. Pria itu malah mengangkat tubuhnya membuat Hanwoo sedikit berteriak. Kameramenpun tidak membiarkan moment ini hilang begitu saja. Dia langsung bermain dengan kameranya. Menjepret moment itu sehingga menjadi sebuah kenangan yang indah yang bisa mereka lihat lagi di tahun-tahun berikutnya.

“Saranghaeeee Hanwoo-yaaaa!”

“Nado Saranghae Dujuniiiii !!!”

 

Eunhyuk’s POV
——————–

Jeju, 10-01-2016
1 tahun berlalu. Aku berada di sebuah café, duduk sendiri di pagi hari. Memesan Americano dan secarik kertas yang ada di atas meja. Aku memutuskan untuk tinggal di Jeju menemui ayah ibuku yang ada disana. Aku menerima sebuah lamaran perjodohan dengan seorang wanita Korea yang sudah 5 tahun tinggal di Jeju dan menyibukkan diri mengurusi resort keluarga yang kukelola. Aku berharap aku bisa melupakan masa laluku. Ya, aku harus bisa meninggalkan masa laluku yang sudah terbuang sia-sia.

Tidak sengaja membuka SNS, aku tersenyum melihat beberapa foto pernikahan Hanwoo dan Dujun. Aku memutuskan untuk tidak datang padahal mereka mengundangku. Aku sedang membenahi hatiku, bagaimana bisa aku datang? Semoga mereka mengerti dengan keadaanku.

Tapi .. Melihat semua ini, entah kenapa aku merasa sangat bahagia ketika melihat foto-foto ini. Tawa dan senyum mereka yang tulus memperlihatkan kebahagian. Kini aku sangat lega. Aku tidak lagi membuat Hanwoo menangis seperti dulu. Dengan melepaskannya, sekarang aku melihatnya tersenyum bahagia. Sekarang aku tahu bagaimana cara mencintai Hanwoo. Apakah aku sudah menebus kesalahanku? Aku mengambil secarik kertas yang sedari tadi berada di atas meja dan menulis sesuatu disana.

 

 

 

 

 
How to Love …

 

THE END
Hello all, my lovely readers ! Salam selamat Valentine dari saya, cinta untuk orang-orang terkasih. Di hari kasih sayang ini saya membuat sebuah cerita yang sangat manis dengan seorang pria yang belakangan ini seperti sedang menghipnotis saya. Hahaha Beri applause untuk Yoon Dujun xp
Miane Hyukjae.. Aku nggak lupa kok sama kamu. Hanya bosan saja dengan crita klise yang ujung-ujungnya Hanwoo sama kamu terus xp sekali-sekali pisah dulu lah hahahha. T____T sempet nangis juga buat ending yang akhirnya Hanwoo bahagia sama Dujun. Kasian sama Eunhyuknya T_____T yeobo miane.
Seneng banget ini FF berhasil aku buat sampai end. Sebelum-sebelumnya ada beberapa FF yang aku buat tapi stuck mulu. Hehehe. Buat FF itu susaaaaaaaah harus pakek cinta. Haha. Harus terbakar emosi dan ikut nangis pas bagian scene sedih. Buat aku ini sudah sedih, tapi aku gatau gimana perasaan pembaca makanya aku pengen kalian special komenin ini panjang lebar deh ehehhe.
Thanks to Beast’s song yang selalu menemani saya dalam pembuatan FF ini. Shadow, How to Love, I’m Sorry, Midnight, pokoknya the best lah lyricnya untuk FF ini banget . Thanks to Supportnya author Minji dan author Hyojin yang memberikan dukungan beserta saran. Thanks to all, jangan lupa comment ! Happy Valentine semua baik yang jomblo maupun yang taken.

15 thoughts on “[Oneshoot] How To Love

  1. ya tuhan. kenapa berakhir sedih gini.
    happy ending sih bagi hanwoo-dujun, tapi bagi aku hanwoo-hyuk shipper mah sad ending :((((((
    jadi galau dan ikutan sedih sama hyuk. gila. :(((

    Suka

  2. hwaaaaa couple yg dtunggu2 my lovely eunwoo couple sampe sering aq nnyain d’twitter,akhrnya ada jg :)..tpi sayang mreka bener2 brpisah ya 😦

    Aq tuh pling suka bca crita yg sad gtu tpi klo smpe pisah nyesek bacanya ya aneh bgt ya aq..tpi pas bca ini ko aq pngen getok hyuk dh egois bgt apa lg pas wktu tau hanwoo dh pnya pacar dia yg mksa2 gtu smpe brbhong sgla eh tpi pas tau endingnya kya gtu tetep aja aq nangis ksihan ama hyukjae..
    Daebk bgt critanya dtunggu crita2 eunwoo couple lainnya min smoga slalu dpat ide dan dlancarin waktunya buat nulis faigthing author..

    Suka

  3. Yaah playboy patah hati kekeke~ 😛 ‘V’
    sosok hyukjae cocok sma julukan playboynya.
    Kirain bakal balik lg sma hyuk.
    semua tebkanku slaahhh 😀 😀

    Suka

  4. Dujuuuuunnnnn… kau menyelamatkan hanwoo….. hanwoo jjang!!! Sudah geregetan ini baca.. berharap hanwoo gak balikan lg ke hyukjae.. trnyata endingnya hyukjae yg tersakiti krna penuh dg rasa penyesalan..

    wlupun sad ending.. tp sesungguhnya hyukjae bahagia.. bahagia hanya dg melihat org yg dicintainya bahagia itu sudah cukup.. kyaaak.. uls…….. /cry/

    Suka

  5. Duuh,, kirain hanwoo bakal balik lg sma hyuk tp ternyata ga yaaa… salut jg sma keteguhan hati hanwoo yg cinta bgt sma dujun, walaupun hyuk dtg minta maaf dan ngajak balik lg tp dia nolak krn dia cinta sma dujun..mgkn jg krn hyuk udh norehin luka yg sakit bgt buat hanwoo inget lg
    Tp beruntung nya hanwoo ketemu dujun yg cinta sma dia dg tulus,, dan bisa ngerti dia dg baik

    Nice story,,,

    Suka

Leave a Comment ...