KyuMinji Story : Heartstorming [Prolog – 1]

Title : KyuMinji Story : Heartstorming [Prolog – 1]

Author : Minji

Cast : Cho Kyuhyun – Kang Minji – Cho Jino – Cho Kyungsoo – Cho Gayoon and others

Genre : Romance, Family

Length : Oneshoot

 

——————————

Hai~ so here I’m starting my KyuMinji project.

Aku ngerubah sedikit konsep ceritanya dan kenapa aku buatin prolog? Ga kenapa-kenapa sih, cuma biar lebih lengkap dan lebih dapet aja feelnya. Sebenernya bukan prolog juga. Anggep aja ini appetizer sebelum kalian baca menu utamanya. Di prolog ini akan dijelasin gambaran marriage mereka dan mungkin beberapa hal yang tidak muncul di KyuMinji story sebelum-sebelumnya.

Kok ga jadi diprotect? Sengaja. Menu utama baru akan diprotect dan dibuat khusus untuk Reader Khusus aja. Thanks buat kesabarannya udah nungguin KyuMinji Story dan masih suka bacanya. Yang mau kontak aku bisa ke twitter ya @tavitacho .

Happy Reading~

——————————

Aku Kang Minji, seorang wanita yang sedang menikmati hidup di era akhir 30 tahunanku menuju ke 40 tahun. Aku seorang wanita, seorang ibu, seorang istri dan seorang menantu dari salah satu keluarga konglomerat yang ada di Seoul, Korea Selatan. Kesibukanku sejak mengandung putri bungsuku delapan tahun lalu adalah mengawasi dan menjadi menjadi pemilik sebuah café  yang merupakan usaha dan bisnisku, namun tentu saja bisa kubilang itu tidak lepas dari campur tangan suamiku yang menghadiahkan satu unit bangunan kosong untuk pada akhirnya kukelola menjadi tempat yang sudah menghasilkan banyak uang ke rekening pribadiku.

Suamiku berkata “Semuanya milikmu, atas namamu. Hasilnya tidak perlu kau berikan padaku. Aku mencintaimu.”

Suamiku menyediakan properti untuk bisnisku sebagai hadiah ulang tahunku yang ke-30. Karena itu hadiah, aku sama sekali tidak punya kewajiban untuk mengembalikan sepeserpun padanya. Aku hanya perlu menjadi istri yang baik baginya, mencintainya tanpa mengurangi sedikitpun perasaanku dari sejak aku memutuskan untuk membiarkannya masuk ke dalam hidupku yang sederhana, biasa-biasa aja, bahkan cenderung membosankan.

Jika kalian mengikuti kisah kami sejak awal, aku yakin kalian juga mengerti dan ingat bagaimana Kyuhyun Oppa (suamiku) berpikir untuk menghadiahkan sesuatu yang sangat bermakna seperti ini bagiku. Mungkin semua orang yang tahu kisah ini sangat paham bagaimana Kyuhyun mencintaiku, menjadikanku satu-satunya wanita baginya, dan bagaimana ia sangat mengerti diriku, membuat wanita manapun ingin memiliki sosok suami sepertinya.

Sederhananya— ia tahu jika aku merasa sedih telah memutuskan untuk kehilangan pekerjaan dan menghentikan rutinitasku sebagai seorang wanita karir demi mengabdikan hidupku sepenuhnya sebagai seorang ibu bagi ketiga anak kami dan juga seorang istri baginya.

Kyuhyun tahu ambisiku, watakku, mimpi dan juga cita-citaku, apa yang terlintas dalam pikiranku dan apa yang sedang kurencanakan meskipun tanpa memberitahunya lebih dulu. Ia memahamiku sebaik egonya yang selalu ingin memilikiku dan menguasaiku di atas tempat tidur kami. Ia tidak hanya tahu bagaimana melucuti pakaianku dan membuatku mendesahkan namanya berkali-kali, namun kuakui— Ia suami yang sangat sempurna dan mendukung kehidupanku secara jasmani dan rohani.

Kalian benar tentang sosoknya. Pantas jika kalian mendambakan sosok pria seperti Kyuhyun untuk menjadi pasangan hidup. Kuharap akan ada banyak Kyuhyun-Kyuhyun yang lainnya untuk membahagiakan setiap wanita di dunia, namun aku sangat bahagia sudah memiliki satu, aku beruntung karena Tuhan memberikan satu jatah pria seperti ini untuk menjadi teman hidup.

Aku memilikinya, sebagai suamiku.

Baiklah, kurasa akan lebih menarik untuk membahas tentang sosok suamiku daripada membahas bisnis cafeku yang sudah berjalan lancar itu. Aku tidak pernah punya banyak waktu untuk membahas kebaikannya pada siapapun karena aku selalu disibukkan olehnya dan juga anak-anak kami.

Kini aku punya waktu, jadi aku akan memulai ceritaku tentang sosok Cho Kyuhyun yang aku kenal, dan mungkin aku akan banyak menggunakan sudut pandangku sebagai seorang istri dalam menilainya.

Ia tampan. Semua orang tahu itu. Sejak aku mengenalnya ia sudah diinginkan banyak gadis di kampus kami tapi dia menjatuhkan pilihannya padaku. Aku tidak akan membahasnya karena kalian sudah tahu alasannya. Bahkan hingga kini usianya menginjak 40 tahun, Kyuhyun tetaplah dirinya. Ia semakin matang, semakin tampan, semakin bijaksana, semakin dewasa, dan tetap menjadi kesayanganku serta anak-anak kami.

Sebagai seorang istri, aku melihat perkembangannya dari ketika kami masih sepasang kekasih hingga menikah. Kyuhyun banyak berubah sejak menikah. Ia mungkin tidak menyadari itu namun aku yang selalu bersamanya sangat merasakan perubahan itu. Ia semakin dewasa dan mengagumkan, membuatku tidak pernah bosan untuk mencintainya.

Ia bertanggung jawab terhadapku dan menghidupiku dengan statusnya sebagai “tahanan” yang sedang menjalani hukuman dari keluarganya. Masa-masa awal kami hidup bersama, aku sering menangis meskipun Kyuhyun  tidak pernah tahu jika aku menangis sesering itu dalam hidupku. Aku mencintainya dan berusaha untuk yakin dengan keputusan kami, dengan pernikahan kami. Aku tidak ingin menunjukkan kesedihanku di depannya karena itu hanya akan membuatnya ikut merasa sedih, kehilangan semangat, dan berpikir bahwa ia tidak bisa membahagiakanku dengan keadaannya waktu itu.

“Aku percaya padanya. Setidaknya keluarganya bukan orang sembarangan. Aku yakin Minji akan baik-baik saja.” Kudengar Appaku berbicara dengan suara pelan di kamar bersama Omma. Setelah itu, kudengar Omma kembali terisak.

Hatiku terenyuh mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu. Hari itu Kyuhyun datang ke rumahku seorang diri dan bertujuan untuk berterus terang untuk pertama kali mengenai apa yang terjadi pada diriku, pada kami.

Kedua orangtuaku bukan tidak mempercayai Kyuhyun. Mereka hanya terkejut karena semuanya begitu mendadak dan hal seperti ini bisa terjadi pada anak perempuan mereka satu-satunya— putri yang mereka banggakan. Meskipun Ommaku sangat menyukai Kyuhyun, ia tetap menangis dan aku mengerti air matanya adalah karena ia belum siap melepaskanku untuk menjadi milik orang lain.

“Omma, maafkan aku. Hingga kinipun aku masih merasa bersalah meskipun kita semua baik-baik saja.”

Mengenai Kyuhyun, ayah mertuaku memang sangat kecewa terhadapnya waktu itu. Abonim baik padaku, menganggapku sebagai anak dan menerimaku dengan mudah. Hanya saja, aku tahu sebagai seorang ayah beliau sangat kecewa karena Kyuhyun menelantarkan beasiswa bergengsi di Amerika itu hanya karena kebodohannya yang menghamili seorang gadis di usia semuda itu.

“Kau urus dia, jaga dia dan jangan sungkan untuk datang padaku jika kau merasa butuh bantuan. Namun pastikan kau hanya datang padaku ketika kau benar-benar kehilangan arah dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Aku memang punya uang, tapi sekarang aku berpikir untuk tidak semudah itu memberikannya padamu. Sekarang kau punya istri dan kau harus merasakan perjuangan hidupmu yang sebenarnya—”

Aku menitikkan air mata saat itu, ketika orangtua Kyuhyun datang mengunjungi kami di apartemen beberapa hari setelah pernikahan. Aku tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan anak itu dari balik tembok dapur, dan kulihat Ibu mertuaku menyeka air matanya.
Saat itu aku berpikir, aku membawa kesialan dalam hidup Kyuhyun. Namun aku kembali mengingat ucapan Omma sebelum melepaskanku pada suamiku.

“Menikah itu adalah babak baru dalam hidup. Kau akan merasakan kesulitan yang tidak biasa kau alami. Hidupmu tidak lagi tentang Kyuhyun saja, namun juga keluarganya. Berikanlah apa yang bisa kau berikan pada mereka sebagai seorang menantu dan yang terpenting hormatilah selalu Kyuhyun sebagai suamimu. Bicarakan setiap masalah dengannya, karena jika kau memutuskan segalanya sendiri, rumah tanggamu akan hancur dengan mudah.”

Omma membuatku kuat. Dan setiap kali aku merasa lelah sendiri ketika Kyuhyun masih sibuk di kantor, aku akan menelepon omma dan merasa jauh lebih baik. Meskipun aku bahagia menikah dengan pria yang kucintai, meskipun orang-orang merasa iri karena aku mendapatkan Kyuhyun dalam hidup, tak banyak yang mengerti betapa besar tekanan yang kurasakan.

Aku cuti kuliah. Aku hamil. Dan merasa sendirian. Aku hanya diam menunggu Kyuhyun pulang dan tidak melakukan apa-apa karena Ibu mertuaku juga mencemaskan kondisiku. Kadang beliau datang berkunjung membawakanku makanan, membawaku pergi berbelanja, dan aku tahu beliau mengasihiku karena aku mengandung cucunya dan juga merawat putra kesayangannya.

Sesungguhnya tak ada hal yang harus kukhawatirkan mengenai keluarga Kyuhyun. Kedua orangtuanya baik padaku, dan Ahra eonnie juga seperti sahabat baru bagiku. Wanita itu selalu mendengar keluh kesahku meskipun tak banyak yang bisa kukeluhkan padanya. Ia kadang meneleponku juga untuk memberikan semangat, seolah ingin menunjukkan bahwa aku kini adalah adiknya.

Kurasa, pikiran yang akhirnya menjadi beban dan tekanan di awal-awal pernikahanku itu hanyalah kekhawatiran dari diriku sendiri. Aku sangat minder dengan diriku, dan aku masih kadang merasa tidak pantas menjadi wanitanya Kyuhyun Oppa.

“Yang mana istrinya?”

“Oh— yang itu. Kelihatannya gadis baik-baik dan polos ya.”

“Iya, dia juga cantik.”

“Namun kudengar ayahnya bukan seorang pengusaha—”

Aku kerap mendengar hal-hal seperti itu saat beberapa kali datang ke acara keluarga besar Kyuhyun atau menghadiri acara dengan ibu mertuaku. Semua penasaran dengan sosok istri Kyuhyun, gadis seperti apa yang sudah dibawa Kyuhyun ke dalam lingkaran keluarga Cho yang terhormat.

Aku hanya merasa sedih, memikirkan perkataan orang lain yang mulai membahas orangtuaku, latar belakang keluargaku yang bukanlah seorang pengusaha kaya raya. Itu membebaniku, meskipun aku tahu ibu mertuaku selalu berusaha menceritakan hal baik tentang diriku pada saudara-saudara dan juga teman-temannya itu.

Dan hal itu, beban itu, kesedihan itu, aku memendamnya sendiri, tidak pernah kuceritakan pada siapapun termasuk Kyuhyun, bahkan hingga kini kami memiliki tiga orang anak. Aku tidak tega melihat wajah lelah Kyuhyun yang tiba-tiba langsung berbinar saat pulang lalu memelukku erat dan menciumku di depan pintu menjadi muram hanya karena mendengar cerita tidak penting itu.

Maafkan aku, Suamiku. Aku bukan tidak ingin jujur. Aku hanya tidak ingin membuatmu kesal, karena sifat rendah diriku dulu yang selalu saja merepotkanmu.

“Kau pintar memasak ya.” kata Kyuhyun suatu hari di tahun pertama pernikahan kami. Sepulang bekerja dan membersihkan diri, ia akan datang ke dapur dan menungguiku memasak sambil mengobrol jika aku belum selesai.

“Tidak, aku masih belajar. Aku ingin kau bisa terus makan enak dan tidak lebih memilih membeli makanan di luar.” Senyumku sambil masih mengaduk sup di panci kecil. Saat itu aku memasak sup ikan yang resepnya kudapat dari Omma kemarin siangnya saat kami pergi bersama.

“Masih belajar saja sudah menggoda baunya. Bagaimana aku tidak ingin cepat-cepat pulang? Semakin bertambah saja hal yang membuatku ingin pulang cepat.”

“Oh ya? Apa yang membuatmu ingin pulang cepat?” aku memancingnya.

“Yang pertama, tentu saja kau. Yang kedua, bayi di dalam perutmu ini. Yang ketiga sekarang, masakanmu.” Kyuhyun memelukku dari belakang, tepatnya ia mengusap perut buncitku yang sudah menginjak lima bulan.

Ia mencium tengkuk leherku lalu meletakkan wajahnya di pundakku, membuatku bergetar memegang spatula kayu di tangan kananku. Kyuhyun masih memelukku posesif, dan bisa kulihat senyuman tersungging di bibirnya.

“Minji-ya, apa kau lelah hari ini?” ujarnya lembut di telingaku.

“Tidak juga. Kenapa?”

“Hmm— jadi boleh ya?”

Aku mengerutkan keningku, menoleh menatapnya. Kyuhyun Oppa hanya menyeringai tampan.

“Maksudnya?”

“Kalau kau tidak lelah, itu— aku mau itu—”

Wajahku seketika bersemu. Aku bisa merasakan kedua pipiku menjadi panas. Bukan karena uap dari sup yang sedang kurebus, namun karena perkataan Kyuhyun.

“Boleh ya? Nanti, setelah makan malam. Atau jika kau ingin membaca buku dulu tidak apa-apa. Setelah membaca saja.”

Kyuhyun seakan hapal betul kegiatanku masa-masa itu. Dan begitulah dia, di awal-awal pernikahan kami. Ia selalu meminta ijin jika ingin bercinta denganku, kecuali pada beberapa keadaan yang tidak disengaja. Ia mungkin berpikir aku belum terbiasa, padahal aku sudah terbiasa dengannya.

Aku hanya bisa mengangguk pasrah dengan perasaan berdebar setiap kali Kyuhyun mengungkapkan keinginannya. Dan setelah ia tahu dari dokter kandunganku bahwa bercinta juga dianjurkan bagi wanita hamil, Kyuhyun mulai jarang meminta ijin, dan ia terlihat sangat senang karena hal itu.

Apa kalian tahu mengapa anak-anak sangat menyayangi Kyuhyun, ayah mereka? Anak-anak juga takut padanya, sangat menghormatinya dan bahkan Kyungsoo – putra kedua kami yang sedang nakal sekalipun tidak akan berani membantah jika Kyuhyun sudah angkat bicara terhadapnya. Menurutku, Kyuhyun sangat paham bagaimana mendidik dan membesarkan anak-anak kami. Ia selalu menegur dengan memberikan solusi dan pikiran yang baik agar anak-anak tidak saling membenci— dan kuakui aku kalah dalam hal itu.

Ia sosok ayah yang sangat dekat dengan anak-anak.

Cho Jino, putra sulung kami. Kelahiran Jino adalah salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidupku, dan aku rasa hal yang sama juga dirasakan oleh Kyuhyun. Jino anak pertama kami, seorang anak laki-laki yang ketika kecil tidak begitu nakal dan juga tidak rewel dan tidak merepotkan. Membesarkan Jino adalah salah satu pengalaman berharga bagiku, dan sekali lagi aku yakin Kyuhyun tidak akan pernah lupa dengan fase-fase awal dirinya menjadi seorang ayah.

Sejak Jino kecil terutama ketika aku sudah mulai kembali melanjutkan kuliahku, Kyuhyun kerap membawa Jino pergi bersamanya. Kadang bahkan ia membawa Jino ke kantor jika itu adalah permintaan ayah mertuaku. Jino juga sering dibawanya keluar ketika Kyuhyun berkumpul dengan Eunhyuk Oppa dan juga beberapa teman lama mereka.

Suamiku itu, ia sepertinya ingin memamerkan Jino pada semua orang yang ia kenal. Ia ingin orang-orang tahu bahwa Jino, anak laki-laki yang mewarisi paling banyak gen ketampanannya itu adalah putra kebanggaannya. Ya— Kyuhyun sudah begitu bangga pada Jino bahkan ketika anak itu masih kecil dan belum melakukan apapun. Menurutku, Kyuhyun hanya merasa terlalu senang dan bangga pada dirinya sendiri karena akhirnya ia menjadi seorang ayah sementara teman-temannya yang lain masih melajang. Aku mengerti karena hal itulah yang juga kurasakan saat itu. Kurasa Kyuhyun benar-benar merasa dirinya hebat dengan memiliki seorang anak laki-laki. Ia bahkan sering mengucapkan terima kasih padaku karena sudah melahirkan Jino untuknya waktu itu.

Jadi bisa kusimpulkan, Jino sangat dekat dengan Kyuhyun bahkan sampai sekarang ia sudah remaja. Kyuhyun memang dekat dengan semua anak kami, hanya saja menurut penilaianku ia sangat loyal pada Jino. Mereka biasa pergi berdua tanpa aku dan yang lainnya, entah karena semua hobi Kyuhyun juga menurun pada Jino atau hal lain. Namun Kyuhyun memang senang berbicara pada Jino dan mereka bisa membahas apa saja apalagi ketika Jino sudah besar seperti sekarang.

Sementara Kyungsoo, ia memang lebih dekat denganku dibandingkan ayahnya. Mungkin asuhan sejak kecil berpengaruh besar dalam hal ini. Aku berhenti bekerja dan mengawasi pertumbuhan Kyungsoo yang memang rentan sakit sejak bayi. Ia sering menangis dan rewel, sangat berbeda ketika aku merawat Jino dulu. Siapa sangka ketika Kyungsoo sudah duduk di sekolah menegah pertama sekarang, ia menjadi anak yang agak keras dan menyibukkan diri dengan hobinya sendiri. Dibandingkan kakaknya, Kyungsoo agak susah diberitahu meskipun pada dasarnya ia anak yang penurut. Ia hanya lebih sibuk dengan dirinya sendiri ketika menginjak remaja, namun aku bersyukur Kyungsoo tumbuh sehat dan tidak lagi lemah akan penyakit.

Aku tidak akan pernah lupa momen di mana Kyungsoo menangis karena dimarahi oleh ayahnya. Saat itu Kyuhyun sampai membentaknya dan aku juga ikut menangis karena suamiku adalah tipe orang yang jarang marah. Kejadiannya adalah ketika Kyungsoo duduk di kelas 5 SD. Saat itu Kyuhyun dan aku menerima laporan dari wali kelas dan kepala sekolahnya bahwa Kyungsoo tidak hadir di kelas. Hal itu kontan membuat Kyuhyun yang sedang rapat sangat bingung dan meneleponku. Kami khawatir kemana perginya Kyungsoo hari itu.

Kalian tahu apa yang Kyungsoo lakukan? Ia pergi ke Lotte World bersama dengan beberapa kakak kelasnya dengan alasan ingin melihat parade robot gundam yang ada di sana pada hari itu. Kami baru mengetahuinya menjelang petang ketika Kyungsoo pulang diantar supir taksi.

Aku paham mengapa Kyuhyun sampai membentaknya. Alasan kemarahannya bukan karena Kyungsoo membolos dan pergi ke Lotte World. Kyuhyun marah karena ia tidak tahu keberadaan Kyungsoo selama hampir 12 jam. Ia sangat khawatir, terlampau khawatir dan cemas kalau-kalau Kyungsoo diculik orang. Belum lagi aku yang sangat panik dan membuatnya semakin pusing karena terus menangis sebelum Kyungsoo pulang.
Sejak peristiwa itu, Kyungsoo lebih menghormati ayahnya dan juga aku sebagai ibunya. Kyungsoo bilang padaku malam harinya jika ia sangat takut melihat kemarahan Kyuhyun. Aku berusaha menenangkannya dan tidur dengannya malam itu sambil memeluknya. Kyungsoo pun akhirnya berjanji bahwa kemanapun ia pergi, ia akan memberikan kabar padaku dan wajib juga melaporkan keberadaannya pada Kyuhyun.

Dan keesokan harinya, kulihat Kyungsoo meminta maaf dan memeluk ayahnya di ruang makan. Sekali lagi aku menangis terharu melihat peristiwa kecil yang berharga itu.

Cho Gayoon, putri bungsu kami— ia adalah moodbuster Kyuhyun. Sejak ada perempuan lain di rumah selain aku (dan Bibi Jung tentu saja), aku merasa cinta Kyuhyun mulai terbagi. Aku tidak cemburu, tapi aku bisa melihat bagaimana Kyuhyun memanjakan Gayoon dan lebih sering tertawa karenanya.

“Aku akan selektif dalam memilih calon suami untuk Gayoon.” Ujar Kyuhyun suatu hari saat aku dan dia mengantar Gayoon ke sekolah untuk pertama kalinya. Saat itu Gayoon sudah punya teman di hari pertamanya, dan temannya itu adalah seorang anak laki-laki. Kami mengamatinya dari jauh ketika Gayoon dan temannya itu bermain perosotan.

“Oppa, yang benar saja. Dia baru saja mengenal dunia luar dan kau sudah membahas calon suami untuknya.”

“Tentu saja. Kau lihat putri kita? Apa kau rela kita memberikannya pada sembarang laki-laki? Pokoknya aku akan memastikan Gayoon hidup layak dan menentukan dengan siapa ia akan menghabiskan sisa hidupnya nanti.”

Aku hanya tersenyum.

“Daripada kau sibuk memikirkan hal-hal yang tidak jelas, lebih baik kau bantu aku mencari suami kedua. Kau kan selektif.”

Kyuhyun menoleh lalu mendelik padaku. Aku hanya tersenyum menantangnya.

“Berani mencari suami kedua?”

“Kenapa tidak? Kalau perlu, aku ingin laki-laki yang lebih muda.”

“Kau akan cepat menjanda dengannya. Percaya padaku.”

“Hhahaha— jangan dibunuh.”

“Siapapun yang menggoda istriku harus dibereskan dengan cepat.”

“Wowww— kau mengerikan sekali.” Dan Kyuhyun tertawa.

Satu hal yang harus kalian tahu. Kyuhyun Oppa, suamiku— dia adalah tipe lelaki yang sangat pencemburu dan posesif terhadapku. Sifatnya ini sudah terlihat sejak kami masih sepasang kekasih, namun semakin menjadi ketika kami sudah menikah.
Sifat pencemburunya sangat merepotkan. Aku terkadang juga suka cemburu terhadapnya karena beberapa wanita, namun kurasa dalam hal ini aku bisa mengatasi perasaanku dengan lebih baik.

Beberapa pria yang pernah membuatnya cemburu adalah Soohyun Oppa, seniorku di klub bahasa Inggris dulu, Kim Myungsoo, salah satu anak SMA yang pernah kumbimbing belajar bahasa Inggris. Myungsoo ini cukup mengesalkannya dan kami sempat bertengkar hebat. Itu semua karena Myungsoo ternyata memang menaruh hati padaku waktu itu. Pria berikutnya adalah Choi Siwon, atasanku di perusahaan asuransi tempatku membangun karirku bertahun-tahun. Namun Kyuhyun tahu ia cemburu pada orang yang salah, karena Siwon ternyata adalah temannya dulu sesama penerima beasiswa di Amerika. Belum lagi ia tahu bahwa Siwon adalah atasan yang sangat baik terhadapku.

Oh ya, Kyuhyun juga pernah begitu cemburu pada Dokter Jang, dokter kandunganku yang mulai mengawasiku sejak mengandung Gayoon. Kupikir ini juga wajar, karena aku bercerita padanya bahwa dokter muda itu adalah cinta monyetku meskipun bertepuk sebelah tangan.

Dan masih banyak deretan pria-pria lain yang kadang menurutku tidak penting namun tetap dijadikan objek untuk ia cemburui.

Belakangan, kesibukanku di café meningkat. Mereka yang datang juga tak sedikit para pebisnis dan pengusaha yang kerap melakukan meeting kecil di tempatku. Hal itu membuatku memiliki lebih banyak kenalan dan teman terutama teman pria karena aku bertemu orang baru hampir setiap harinya. Mereka-mereka itu juga banyak kolega Kyuhyun dan orang yang mendapatkan rekomendasi darinya.

Bisa dibayangkan, aku bukanlah apa-apa tanpa keberadaan Cho Kyuhyun di belakangku. Ia selalu menyokongku, menyemangatiku, dan mencintaiku.

Namun satu hal yang tidak pernah kusangka, sifat pencemburunya itu pernah membuatnya menjadi orang lain di depanku. Aku seperti tidak mengenalnya, dan merasa begitu jauh dengannya untuk pertama kalinya seumur hidup aku mengenalnya.

 

END-

Ditunggu ya rentetan berikutnya.

ThanKYU  for reading and waiting ^^